TUBERKULOSIS Oleh : M. Marvel, S.Farm 118115091 Meiryna Harjani, S.Farm 118115092 Maretta Putri A., S.Farm 118115093 Monica Mayan P., S.Farm 118115094 Natalia Endah Utami, S.Farm 118115095 Pika, S.Farm 118115096 Prisma Andini Mukti, S.Farm 118115097 Ria, S.Farm 118115098 Sebastianus Baho, S.Farm 118115099 Sisca Devi, S.Farm 118115100
DEFINISI Yinski dan Widiyanto, 2010 Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey, 2008 Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi teratas yang menjadi pembunuh secara global. TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat berkembang secara silent, infeksi laten atau progresif, dan penyakit yang aktif Yinski dan Widiyanto, 2010 Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Bakteri ini juga dapat menyerang organ lain, menimbulkan tuberkulosis ekstra paru Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan Setiowulan, 2001 Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
Epidemiologi Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis (TB) WHO Global Emergency Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. INDONESIA
FAKTOR RISIKO TBC Lokasi dan tempat lahir Ras, Etnis, Usia dan Gender Koinfeksi dengan HIV
PATOFISOLOGI
Gejala dan Tanda - Batuk berat selama 3 minggu atau lebih - Rasa sakit di dada Batuk berdarah atau batuk dengan mukus kental yang berlebih (phlegm) (CDC, 2010). - Demam, terutama di siang hari - Malaise - Keringat malam - Hilangnya nafsu makan dan terjadi penurunan BB - Batuk produktif disertai nyeri dada - Frank hemoptysis (batuk dengan sputum bercampur darah) (Corwin, 2008; Dipiro, et al., 2008)
TB paru BTA negatif foto toraks positif KLASIFIKASI TBC TBC PARU Berdasarkan LOKASI ORGAN TBC EKSTRA PARU TBC PARU BTA positif Berdasarkan PEMERIKSAAN DAHAK TBC PARU BTA negatif TB paru BTA negatif foto toraks positif Berdasarkan TINGKAT KEPARAHAN TB ekstra paru
KASUS PUTUS BEROBAT (DO) KLASIFIKASI TBC KASUS BARU KASUS KAMBUH (relaps) Berdasarkan RIWAYAT PENGOBATAN KASUS PUTUS BEROBAT (DO) KASUS GAGAL
DIAGNOSIS PADA ORANG DEWASA
DIAGNOSIS PADA ANAK-ANAK
TERAPI Non farmakologis Istirahat yang cukup Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun. Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal. Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru. Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari. Mencegah penularan Memulihkan kondisi pasien Pembedahan untuk mengambil jaringan yang rusak permanen Farmakologis Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negative secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Prinsip Pengobatan 1 Obat anti tuberculosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi dengan beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. 2 Agar dapat menjamin kepatuhan pasien menelan obat, maka perlu dilakukan pengawasan langung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) 3 Tahap awal (Intensif) Tahap lanjutan
DOSIS OBAT TBC Obat Dosis Setiap hari Dua kali/minggu Tiga kali/minggu Isoniazid 5 mg/kg (maks. 300mg) 15 mg/kg (maks. 900mg) Rifampicin 10 mg/kg (maks. 600mg) Pirazinamid 15-30 mg/kg (maks. 2 g) 50-70 mg/kg (maks. 4 g) (maks. 3 g) Etambutol* (maks. 2,5 g) 50 mg/kg 25-30 mg/kg Streptomycin (maks. 1 g) (maks. 1,5 g)
EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI Nama obat Efek samping Kontraindikasi Isoniazid Mual/muntah, hepatotoksik, polineuritis periferal Hipersensitive, penyakit hati akut dan kronis, Rifampin Nyeri perut, heart burn, urin merah, pusing Hipersensitive, menerima obat antiviral Pirazinamid Demam, mual/muntah, hepatotoksik Hipersensitive, penyakit hati, gout Etambutol Pusing, penglihatan kabur, mual/muntah Hipersensitive, optic neuritis, anak dibawah 6 tahun Streptomicin Ototoksik, neurotoksik Hipersensitive, hamil
Panduan obat anti TB (OAT) pada TB paru (WHO 1993) Panduan OAT Klasifikasi dan tipe penderita Fase awal Fase lanjutan Kategori 1 BTA (+) baru 2HRZSE(E) 4RH Sakit berat: BTA (-), rontgen (+) ekstra paru berat 2RHZSE(E) 4R3H3 Kategori 2 Kambuh BTA (+) 2RHZES/1RHZE 5RHE Gagal 5R3H3E3 Kategori 3 TB paru BTA (-)/ rontgen (+) 2RHZ Ekstra paru ringan 2RHZ/2R3H3Z3 Keterangan: 2HRZ = tiap hari selama 2 bulan 4RH = tiap hari selama 4 bulan 4H3R3 = 3 kali seminggu selama 4 bulan
Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1 Berat badan (kg) Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT 38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT 55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT ≥ 71 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2 Berat badan (kg) Tahap intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S Tahap lanjtan 3 kali seminggu RH (150/150) + E (275) Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu 30-37 2 tab 4KDT + 500 mg Sterptomisin inj. 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 38-54 3 tab 4KDT + 750 mg Sterptomisin inj. 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol 55-70 4 tab 4KDT + 1000 mg Sterptomisin inj. 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol ≥ 71 5 tab 4KDT + 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol
Dosis KDT untuk sisipan Berat badan (kg) Tahap intensif tiap hari selama 28 hari RHZE (150/75/400/275) 30-37 2 tablet 4KDT 38-54 3 tablet 4KDT 55-70 4 tablet 4KDT ≥ 71 5 tablet 4KDT
PENGOBATAN TBC ANAK Jenis obat BB < 10 kg 10-20 kg 20-32 kg Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam waktu 6 bulan. Pada tahap intensif dan lanjtan, OAT diberikan setiap hari pada anak. pemberian OAT harus disesuaikan dengan berat badan anak (Departemen Kesehatan RI, 2006). Jenis obat BB < 10 kg 10-20 kg 20-32 kg Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg Pirasinamid 600 mg
PENGOBATAN PADA KONDISI KHUSUS tidak dianjurkan menggunakan streptomisin karena bersifat permanen dan ototoksik dan dapat menembus barier plasenta. IBU HAMIL mendapat pengobatan yang adekuat IBU MENYUSUI dan bayinya Pirazinamid tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi hati Kelainan hati kronik streptomisin dan etambutol tidak dianjurkan untuk pasien gagal ginjal karena kedua obat tersebut diekskresikan melalui ginjal. Gagal ginjal Pengguna kontrasepsi rifampisin akan berinteraksi dengan kontrasepsi tersebut dan dapat dimungkinkan penurunan efektifitas kontrasepsi.
PENGOBATAN PADA KONDISI KHUSUS Prinsip pengobatannya yaitu dengan mendahulukan pemberantasan bakteri M. tuberculosis Infeksi HIV/AIDS Apabila pengobatan TB sangat diperlukan maka dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan hingga hepatitis pasien sembuh dan dilanjutkan dengan rifampisin (R) dan Isoniasid selama 6 bulan Hepatitis akut Tidak dianjurkan pemberian etambutol karena dapat memperberatretinophati diabetika Tidak dianjurkan pemberian etambutol karena dapat memperberatretinophati diabetika Diabetes mellitus Tambahan kortikosteroid Indikasi operasi
TERIMA KASIH