HUKUM Ditinjau Dari Agama Buddha Bagian 1 HUKUM Ditinjau Dari Agama Buddha Pertemuan 5
Pengertian secara umum Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana. (Wikipedia) Hukum adalah peraturan yang dibuat untuk mencegah manusia melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral. Jadi hukum mengkondisikan manusia untuk selalu melatih perilaku dan batinnya ke arah yang baik. 2
Contoh Hukum Buatan Manusia Hukum Perdata Hukum Pidana Hukum Tata negara Hukum Internasional Hukum adat Hukum Agraria Hukum Islam, dll Pada dasarnya hukum ditetapkan untuk mengatur ketertiban dan keamanan dalam masyarakat.
Pengertian Hukum Alam Hukum alam/universal (hukum kesunyataan) adalah hukum abadi yang berlaku dimana saja dan kapan saja, mengatasi waktu, tempat dan keadaan. Ketertiban alam semesta dan segala isinya tunduk oleh hukum ini. “Apakah Tathagata (Buddha) muncul di dunia ini atau tidak, Dharma (hukum kesunyataan) tetap ada” (Dhammaniyama sutta)
Perbedaan Hukum Buatan Manusia dan Hukum Kesunyataan Berlaku diwilayah tertentu Dapat berubah sesuai dg perkembangan jaman Mengikat orang sesuai dg domisilinya Sanksinya buatan manusia yg dapat berubah-ubah Hukum kesunyataan Berlaku di semua alam kehidupan (31 alam) Berlaku melintasi ruang dan waktu Berlaku bagi semua orang tanpa kecuali Sanksinya alamiah, sebagai konsekuensi dari perbuatan sesorang
Hukum dan Keadilan Setiap orang akan menerima hasil dari perbuatannya. Tidak seorang pun dapat menyembunyikan diri atau menghindar dari segala akibat perbuatan jahat (Dhp. 127) Dalam buddhisme, tidak menempatkan hukum sebagai pembalasan demi keadilan. Hukum yang baik memiliki dasar moral yang dapat diterima secara universal dan mengandung unsur pendidikan. Berdasarkan kemanfaatan, penggunaan cara-cara menyakitkan kadang tak terelakkan. (Percakapan Buddha dengan Pangeran Abhaya, mengenai anak yang tersedak. (M. I, 395)
Fungsi Profetik Agama dalam Hukum Negara Membekali para pelaku hukum dengan moralitas, dan kebijaksanaan, dalam merumuskan dan menjalankan hukum negara (agama sebagai sumber moral) Membekali para pelaku hukum dg kearifan yg menjiwai langkah hukum dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap (dalam rangka memberi pelajaran bukan karena kebencian) sehingga membuat orang bisa memperbaiki kesalahan (bertaubat)
Hukum Kesunyataan Yang diajarkan Buddha Empat Kebenaran Mulia (CATUR ARIYA SACCANI) Tiga Corak Universal (TRI LAKKHANA) Karma dan Kelahiran Kembali (KARMA DAN PUNABBHAVA) Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (PATICCASAMUPPADA)
Empat Kebenaran Mulia (Catur Ariya Saccani) Tujuan: Untuk memahami ajaran Buddha tentang penderitaan dan cara mengatasinya.
Kebenaran Mulia Pertama Aduh aku sakit... Dukkha Ariyasacca Dukkha adalah ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan (dukkha) Setiap orang mengalami dukkha pada suatu saat dalam kehidupan mereka Kebenaran Mulia Pertama
Kebenaran Mulia Pertama ”Dukkha” = du + kha = sulit + ditanggung tidak memuaskan penderitaan 1. Kelahiran (Jati) 2. Penuaan (Jara) 3. Penyakit (Vyadhi) 4. Kematian (Marana) 5. Berkumpul dengan yang tidak disukai (Appiyehisampayoga) 6. Berpisah dengan yang disukai (Piyehisampayoga) 7. Tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan (Yampiccam nalabhati tampi dukkham) Kesedihan (Soka) Ratapan (Parideva) Rasa sakit jasmani (Dukkha) Ketidaksenangan batin (Domanassa) Keputus-asaan (Upayasa)
TIGA JENIS UTAMA DUKKHA: 1. Penderitaan Intrinsik (Dukkha Dukkha) - Penderitaan badan & batin 2. Penderitaan Karena Perubahan (Viparinama Dukkha) - Penderitaan karena ”Anicca” 3. Penderitaan Karena Kondisi (Sankhara Dukkha) - Lima kelompok kehidupan adalah penderitaan (Samkhittena pancupadanakkhanda dukkha)
Kebenaran Mulia Kedua Sebab dari dukkha – Tanha – nafsu keinginan (Keserakahan & Keegoisan) Kami ingin lebih dari segalanya. Kita menjadi tidak bahagia dengan apa yang kita miliki. Selalu ada sesuatu yang lain akan membuat kita merasa lebih baik.
Keinginan (TANHA) ada tiga yaitu: 1. Kamma TANHA; Keinginan untuk kenikmatan sensual 2. Bhava TANHA; Keinginan untuk kenikmatan sensual yang terkait dengan pandangan eternalisme, (keabadian) 3. Vibhava TANHA; Keinginan untuk kesenangan sensual dengan pandangan nihilisme, yaitu menikmati kesenangan dengan berpikir bahwa segala sesuatu binasa /lenyap setelah kematian. Adalah sudut pandang materialistik. Nafsu Keinginan adalah alami namun mengatasi nya sangat sulit. TANHA DAN AVIJJA merupakan faktor yang paling kuat di lingkaran samsara. Ketidaktahuan ditunjukkan sebagai penyebab dari masa lalu untuk masa saat ini, dan keinginan, penyebab saat ini untuk masa depan.
Kebenaran Mulia Ketiga Akhir dari PENDERITAAN Melenyapkan tanha - Nibbana Kemudian Anda akan memiliki kebahagiaan yang sempurna Ini adalah Pencerahan (Enlightenment-Buddha)
Kebenaran Mulia keempat Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha- Praktikkan jalan Mulia Berunsur Delapan. Jalan ini disebut juga Jalan Tengah. Jalan ini akan membimbingmu menuju kebahagiaan dan terbebas dari derita
Kebenaran Mulia keempat Jalan Mulia Berfaktor delapan dikelompokan menjadi tiga yaitu: Silā (kemoralan), Samadhi (konsentrasi), Pañña (kebijaksanaan)
Tugas: Gunakan prinsip empat kebenaran Mulia, untuk menemukan solusi dari masalah dalam kehidupan Pilih satu masalah yang umum terjadi di dunia dewasa ini seperti obat-obatan, polusi, kekejaman terhadap hewan, kemiskinan ATAU masalah di sekolah atau di rumah misalnya intimidasi Gambarlah empat gambar untuk menjelaskan ide Anda. Gunakan prinsip - Masalah Penyebab Solusi Tindak lanjut
1. Masalah 2. Penyebab Minuman beralkohol Minum terlalu banyak 4. Tindaklanjut Bergabunglah dengan kelompok pendukung untuk membantu Anda menjauhi alkohol 3. Solusi Berhenti minum
Tiga Corak Universal (Tri Lakkhana) 1. Sabbe Sankhara Anicca Segala yang terkondisi SELALU BERUBAH 2. Sabbe Sankhara Dukkha Segala yang terkondisi TIDAK MEMUASKAN 3. Sabbe Dhamma Anatta Segala fenomena TIADA INTI DIRI (Dhammapada 277, 278, 279)
Apa yang Anda perhatikan dari gambar berikut ini
Tidak ada yang Tetap Sama! Buddha memahami kebenaran sebagaimana adanya. Tapi kita memahami dengan cara yang berbeda Jenis-jenis kebenaran yang Buddha ajarkan adalah tentang aspek-aspek penting dari kehidupan dan maknanya bukan fakta sehari-hari belaka. Salah satu kebenaran yang penting yang Buddha tunjukkan adalah bahwa segala sesuatu di dunia terus berubah. Tidak ada yang berlangsung selamanya. Sampai orang dapat menerima hal ini orang akan selalu menderita
Anatta - Doktrin tentang tanpa jiwa/inti Kristen dan Islam memiliki gagasan tentang jiwa seseorang. Hindu memiliki ide tentang Atmam. Jiwa atau diri ini yang ada di dalam manusia adalah pemikir dari pikiran, peraba sensasi dan penerima penghargaan dan hukuman untuk semua aksinya baik dan buruk. Buddhisme berpendapat bahwa gagasan tentang diri / jiwa adalah kepercayaan, khayalan palsu yang tidak memiliki realitas yang sesuai, dan menghasilkan pemikiran berbahaya dari "saya" dan "milikku", keinginan egois, nafsu keinginan, kemelekatan dan kekotoran batin lain, kotoran dan masalah. Pandangan salah (micchaditthi) dapat ditelusuri sebagai penyebab semua kejahatan di dunia dari konflik pribadi hingga peperangan antar bangsa.
Mengapa ide Diri diciptakan? Ada dua ide yang berakar dalam diri manusia: Perlindungan diri sendiri Pertahanan diri Untuk perlindungan diri sendiri, manusia menciptakan Tuhan, pada siapa ia dapat bergantung untuk keselamatannya sendiri, perlindungan dan keamanan. Untuk pertahanan diri, manusia memiliki ide tentang Jiwa abadi atau Atman, yang akan hidup selamanya. Dalam, kelemahan, ketakutan, kebodohan, dan keinginannya, manusia membutuhkan dua hal untuk menghibur dirinya sendiri. Oleh karena itu ia berpegang teguh kepada ide ini secara mendalam dan fanatik.
Anatta - Doktrin tentang tanpa jiwa/inti Ajaran Sang Buddha tidak mendukung kebodohan, kelemahan, ketakutan dan keinginan tetapi bertujuan membuat manusia tercerahkan dengan menghapus dan menghancurkan kebodohan dan keinginan. Buddha menyadari bahwa gagasan tentang diri ini begitu dalam berakar dan tidak banyak orang yang bersedia mendengarkan ajaran apa pun yang berlawanan dengan gagasan mereka. Empat minggu setelah pencerahan-Nya, Buddha berpikir: "Saya telah menyadari Kebenaran yang mendalam, sulit dilihat, sulit dipahami ..... Dipahami hanya oleh Manusia bijak ..... yang dikuasai oleh nafsu dan dikelilingi oleh kegelapan batin tidak bisa melihat Kebenaran, yang melawan arus, yang tinggi, dalam dan halus dan sulit untuk dipahami. "
Be Happy
Jawab Pertanyaan Berikut Jelaskan perbedaan hukum buatan manusia dengan hukum alam semesta! Sebutkan hukum kebenaran/hukum alam yang diajarkan Buddha! Apakah tujuan diajarkan hukum 4 kebenaran mulia (cattari ariyasaccani)? Sebutkan isi hukum 4 kebenaran mulia (cattari ariyasaccani! Jelaskan hukum tilakkhana!