DERET TAYLOR dan ANALISIS GALAT Pertemuan-2

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
1.DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT
Advertisements

Pendahuluan Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi,
Deret Taylor & Maclaurin
DERET TAYLOR & ANALISIS GALAT
METODE NUMERIK EDY SUPRAPTO 1.
By: NI WAYAN SUARDIATI PUTRI, S.Pd, M.Pd
METODE NUMERIK „Hampiran dan Galat”
Persamaan Differensial Biasa #1
Deret Taylor dan Analisis Galat
Sistem Bilangan dan Kesalahan
3. HAMPIRAN DAN GALAT.
BILANGAN TITIK-KAMBANG (FLOATING-POINT)
METODE NUMERIK.
4. SOLUSI PERSAMAAN NON-LINIER.
DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT
BILANGAN TITIK KAMBANG
BAB II Galat & Analisisnya.
ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
Metode Numerik.
Pertemuan kedua DERET.
Gema Parasti Mindara 26 Februari 2013
2. Konsep Error.
Metode Numerik Analisa Galat & Deret Taylor
TEORI KESALAHAN (GALAT)
HAMPIRAN NUMERIK SOLUSI PERSAMAAN POLINOMIAL Pertemuan 4
METODE NUMERIK Kesalahan / Error
Kontrak Perkuliahan dan Pengenalan Metode Numerik
Pendekatan dan Kesalahan
INTEGRASI DAN DIFERENSIASI NUMERIK
INTEGRASI DAN DIFERENSIASI NUMERIK
DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT
Kesalahan Pemotongan.
METODE NUMERIK PRESENTED by DRS. MARZUKI SILALAHI.
DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT
Metode Empat Persegi Panjang, Trapesium, Titik Tengah
ANALISA NUMERIK 1. Pengantar Analisa Numerik
Sistem Bilangan dan Kesalahan
Metode Numerik Analisa Galat & Deret Taylor
8. Persamaan Differensial Biasa (PDB)
Metode Numerik dan Metode Analitik Pertemuan 1
Turunan Numerik.
Kontrak Perkuliahan dan Pengenalan Metode Numerik
BAB II Galat & Analisisnya.
Turunan Pertama & Turunan Kedua
Turunan Numerik.
Deret Taylor dan Analisis Galat Indriati., ST., MKom.
MOMEN DAN FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN
Galat Relatif dan Absolut
METODE NUMERIK IRA VAHLIA.
Program S1 Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Jadid
BILANGAN TITIK KAMBANG
Materi I Choirudin, M.Pd PERSAMAAN NON LINIER.
PRAKTIKUM 2 GALAT DALAM KOMPUTASI NUMERIK
ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
TURUNAN/Derivative MATEMATIKA DASAR.
METODE NUMERIK MENGHITUNG KESALAHAN.
Komputasi Numerik Kelompok 3 - JTK 2015 D4 Teknik Informatika
Galat Kelompok 5, Kelas 3A/D4-Teknik Informatika KKTI4543 Komputasi Numerik, JTK Polban.
(Pertemuan 1) Oleh : Wiwien Widyastuti
Review Kalkulus dan Aritmatika Komputer
INTEGRASI DAN DIFERENSIASI NUMERIK
METODE NUMERIK „Pendekatan dan Analisa Kesalahan”
Sistem Bilangan dan Kesalahan
MATA KULIAH: METODE NUMERIK
Deret Taylor dan Analisis Galat
METODE NUMERIK (3 SKS) STMIK CILEGON.
DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT
Hampiran Numerik Turunan Fungsi Pertemuan 9
Sistem Bilangan dan Kesalahan
Metode Empat Persegi Panjang, Trapesium, Titik Tengah
Transcript presentasi:

DERET TAYLOR dan ANALISIS GALAT Pertemuan-2 Matakuliah : K0342 / Metode Numerik I Tahun : 2006 DERET TAYLOR dan ANALISIS GALAT Pertemuan-2 TIK: Mhs dapat menjelaskansumber-sumber galat dalam metoda numerik serta mampu menghitung perambatan galat

f(n)(x0) adalah turunan ke-n dari f(x) untuk x = x0 DERET TAYLOR Teorema Taylor: Untuk f suatu fungsi yang mempunyai turunan sampai orde (n+1) dan kontinu dalam selang [a,b], maka f dapat diperluas (diekspansikan) dalam deret Taylor yaitu: f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + … n=~ = 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n n=o Dimana: f(n)(x0) adalah turunan ke-n dari f(x) untuk x = x0 x disekitar x0 dan (x, x0)  a,b

Secara geometris, deret Taylor mempunyai arti: apabila harga suatu fungsi diketahui di x = x0, maka harga fungsi tersebut dapat dihitung disekitar x0 Contoh: 1 = 1; Tentukan 1,01=? Jawban: f(x) = x = (x)1/2, dengan x = 1,01 dan x0 = 1 dan x – x0 = 0,01 f(‘)(x) = ½ x-1/2,  f(‘)(1) = ½ = 0,5 f(“)(x) = -1/4 x-3/2, f(“)(1) = - ¼ = - 0,25 f(3)(x) = 3/8 x-5/2 , f(3)(1) = 3/8 = 0,375 f(4)(x) = -15/16 x-7/2 , f(4)(1) = -15/16 = - 0,9375

n 1 2 f(n)(1) 0,5 -0,25 3 4 0,375 - 0,9375 f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + … = 1 + (0,5)(0,01) + (0,5)(-0,25)(0,01)2 + (0,16667)(0,375)(0,01)3 + (0,04167)(-0,9375)(0,01)4 + … = 1,0049875 (perhitungan tujuh desimal)

Berikut ini beberapa fungsi yang diekspansikan dalam deret Taylor di sekitar x0 = 0 1. f(x) = ex = 1 + x + ½! x2 + 1/3! x3 + … + 1/n! xn + … n=~ =  (1/n!) xn ………………..untuk -~ < x < ~ n=0 2. f(x) = sin x = x – 1/3! x3 + 1/5! x5 + … 1/(2n+1)! X(2n+1) + … n=~ =  (-1)n {1/(2n+1)! } x(2n+1) ……untuk -~ < x < ~ n=0

3. f(x) = Cos x = 1 – 1/2! x2 + 1/4! x4 + … 1/(2n)! X(2n) + … =  (-1)n {1/(2n)! } x(2n) …………untuk -~ < x < ~ n=0 4. f(x) = ln (x+1) = x – 1/2 x2 + 1/3 x3 - … 1/n xn + … n=~ =  (-1)n+1 (1/n) xn ……………..untuk -1 < x < 1 n=1

Animasi deret Taylor untuk f(x) = cos x

ANALISIS GALAT Galat atau ralat atau kesalahan (error) yaitu selisih antara nilai sejati (sebenarnya) dengan nilai hampirannya Dalam metoda numerik, galat berarti selisih antara nilai hasil perhitungan analitik (nilai sejati = a) dengan nilai hasil Perhitungan numerik (nilai hampiran = â)

Contoh: Misalkan nilai sejati (a) = 10,45 dan nilai hampiran (â) = 10,5, maka galat mutlaknya adalah: em = |a - â| = |10,45 – 10,5|= 0,01 Dengan galat mutlak kita tidak mengetahui seberapa dekat (teliti) hasil hampiran yang kita peroleh terhadap nilai sejatinya Contoh: Perhitungan -1  em1 = |100,5 – 99,8| = 0,7 Perhitungan -2  em2 = |10,5 – 9,8| = 0,7 Dari dua perhitungan tsb, perhitungan mana yang lebih teliti? Jawaban: er1 = (0,7/99,8) x 100 % = 0, 7014 %  ketelitian 99,2986 % er2 = (0,7/9,8) x 100 % = 7,14286 %  ketelitian 92,8571 % Perhitungan -1 lebih teliti.

Sumber galat numerik Galat pemotongan (trancation error) Galat pembulatan (round-off error) Galat pemotongan timbul akibat penggunaan rumus hampiran sebagai pengganti rumus eksak Deret Taylor f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + Rn(x) Rn(x) = {1/(n+1)!} f(n+1)() x(n+1),  x0 <  < x Rn(x) adalah galat pemotongan

Contoh: Cos x = 1 – 1/2! x2 + 1/4! x4 + … 1/(2n)! X(2n) + Rn(x) = 1 – ½! x2 +R1(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 + R2(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 – 1/6! x6 + R3(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 – 1/6! x6 + ¼! x8 + R4(x) R1(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -1 R2(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -2 R3(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -3 R4(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -4

Galat pembulatan timbul akibat penggunaan alat hitung (misalnya, kalkulator, komputer) yang kemampuannya terbatas Contoh: 1. Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan 1/3 = 0.3333… yang tidak pernah tepat 1/3. Untuk perhitungan tiga desimal, 1/3 = 0.333 Terdapat galat pembulatan = 0.000333… Untuk perhitungan 6 desimal, 1/3 = 0.333333 Terdapat galat pembulatan = 0.000000333… 2. Dalam sistim bilangan biner, (0.1)10 = (0.0001100110011001100110011…)2  (0.1)10

Penyajian bilangan Dalam komputasi numerik, pada umumnya bilangan riil disajikan dalam format “floating point” atau disebut “titik kambang” yang dinormalkan. Format floating point ternormalisasi: x =  m . p  tanda; m mantisa;  bilangan pokok; p eksponen m = 0.d1d2d3…dk   -1  m <1 Untuk sistim bilangan desimal, maka  = 10 0.1  m <1; 1  d1 < 9; 0  dk < 9 Untuk sistim bilangan biner, maka  = 2 0.5  m <1; d1=1 ; 0  dk  1

Sistim bilangan desimal Contoh: Sistim bilangan desimal 0.7392.104 sering juga ditulis 0.7392 E+04 (= 7392) - 0.3246.102 sering juga ditulis - 0.3246 E+02 (= - 32.46) 0.1627.10-3 sering juga ditulis 0.1627 E-03 (= 0.0001627) 2. Sistim bilangan biner Untuk komputer 32 bit word, 1 bit untuk tanda, 7 bit untuk eksponen bertanda dan 24 bit untuk mantisa 1 1 Pangkat bertanda Mantisa Tanda 0 = + 1 = - X = 0.100000000000001000110011.2-13 = 0.5000335574.10-7

Orde Penghampiran Bilangan â disebut mendekati a sampai pada d digit-digit yang signifikan bila d adalah bilangan positif terbesar yang memenuhi:

Contoh: 1. a = 3,141592; â = 3,142 â mendekati a teliti sampai tiga desimal Pada deret Taylor: f(x) = f(x0) + f(’)(x0) (x-x0) + ½! f(”)(x0) (x-x0)2 + 1/3! f(3)(x0) (x-x0)3 + … + 1/n! f(n)(x0) (x-x0)n + Rn(x) Rn(x) = {1/(n+1)!} f(n+1)() x(n+1),  x0 <  < x

Bila (x-x0) = h atau x = x0 + h, maka:

Dapat dituliskan menjadi: p(h) adalah fungsi hampiran untuk f(h) dengan galat O(hn+1). O(hn+1) disebut sebagai Big-Oh (O-besar). Pada umumnya 0 < h < 1, jadi semakin besar n semakin dekat p(h) menghampiri f(h) Contoh: Cos h =1 – ½! h2  O(h4) = 1 – ½! h2 + ¼! h4 O(h6) = 1 – ½! h2 + ¼! h4 – 1/6! h6  O(h8) = 1 – ½! h2 + ¼! h4 – 1/6! h6 + ¼! h8  O(h10)

Perambatan Galat Misalkan dua buah bilangan a1 dan a2 dengan nilai hampirannya masing-masing â1 dan â2 Maka: a1= â1  e1  er1= e1/ â1 a2 = â2  e2  er2 = e2/ â2 Perambatan galat dari a1 dan a2 pada: Penjumlahan A = a1  a2 = (â1  e1)  (â2  e2) = (â1  â2)  (e1 + e2) = (â1  â2)  eA eA = e1 + e2 , yaitu galat absolut dari penjumlahan ()

2. Perkalian B = a1 . a2 = (â1  e1).(â2  e2) = (â1. â2)  (â1 e2 + â2 e1 + e1 e2) = (â1. â2)  eB eB = (â1 e2 + â2 e1 + e1 e2)  erB = er1+er2 3. Pembagian P= (â1/ â2)  eP  eP =

Contoh: Hasil pengukuran jari-jari suatu bola adalah: R = (4,50  0,45) m Hitung galat maksimum dari: a. Luas permukaan bola b. Volume bola Jawaban: a. Luas permukaan bola S = 4 R2 Galat relatif luas permukaan bola: er(S) = 2 er® = 2 (0,45/4,50) = 0,2 Galat mutlak luas permukaan bola: eS = S er(S) = 4 R2 .2 er® = 4 (3,14) (4,50)2 (0,2) = 50,868 S = (254,340  50,868) m2

Volume bola : V = 4/3  R3 Galat relatif volume bola: er(V) = 3 er® = 3 (0,45/4,50) = 0,3 Galat mutlak volume bola: eV = V.er(V) = 4/3  R3 er(V)= 4/3 (3,14)(4,50)3 (0,3) = 114,453 V= (381,51  114,453) m3