TITRASI REDOKS Titrimetri  melibatkan rekasi oksidasi dan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSENTRASI LARUTAN Stoikiometri : MOL…. LITER NORMAL GRAM ??
Advertisements

Metode Titrimetri / Volumetri
Struktur dan Kereaktifan Reaksi redoks
Redoks dan Elektrokimia
Redoks Loading... Materi Redoks Latihan Evaluasi.
Pokok Pembahasan 1. Pengertian Elektrokimia 2. Jenis – jenis sel Elektrokimia 3. Elektroda 4. Potensial Elektroda 5. Reaksi Redoks 6. Termodinamika sel.
Mikhania C.E., S.Farm, M.Si, APt
Reaksi oksidasi - reduksi
REAKSI REDUKSI-OKSIDASI DAN ELEKTROKIMIA
TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012
HARI / TANGGAL : MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : X / 2
Contoh Soal: Hitung potensial sel yang terdiri dari elektroda Zn dan Cu: Zn / Zn 2+ // Cu 2+/ Cu Eo Cu = 0,34 volt Eo Zn = -
VOLUMETRI / TITRIMETRI
ELEKTROKIMIA Listrik (Kelistrikan) dan Perubahan Kimia
TITRIMETRI ETRINALDI VALENT ANGGI ARIAWAN BAYU ANATIFANI.
YODOMETRI TAK LANGSUNG
Hellna Tehubijuluw Kimia Anorganik Jurusan Kimia-FMIPA
REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. PENYETARAN REAKSI REDOKS Dalam menyetarakan reaksi redoks JUMLAH ATOM dan MUATAN harus sama harus sama.
Elektrokimia TIM DOSEN KIMIA DASAR.
KIMIA ANALISA KUANTITATIF
ELEKTROKIMIA Kimia SMK
ANALISA TITRIMETRI Dasar Umum: a A + t T Hasil Beberapa istilah:
ANALISA KUANTITATIF ANALISA TITRIMETRI.
Kimia Dasar II, Dept. Kimia, FMIPA-UI, 2009 Bab 5 Elektrokimia.
METODE ANALISIS TITRIMETRI
PERUBAHAN KIMIA DAN KERJA LISTRIK
ELEKTROKIMIA.
Redoks Dan Elektrokimia
OLEH EKO BUDI SUSATYO ANALISIS KUANTITATIF OLEH EKO BUDI SUSATYO
REAKSI REDOKS ??????.
ANALISA TITRIMETRI Dasar Umum: a A + t T Hasil Beberapa istilah:
Titrasi Reduksi Oksidasi (Redoks)
Titrimetri Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi.
Asam basa dan analisis kuantitatif
PENYETARAAN REAKSI REDOKS
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
KIMIA ANALISIS (KIA.211) REDOKS
TITRASI REDOKS Titrimetri  melibatkan rekasi oksidasi dan
Kimia Analitik Kimia analitik:
ELEKTROKIMIA.
REAKSI REDOKS.
Bab 2 : Reaksi Redoks dan Elektrokimia
PENYETARAAN REAKSI REDOKS
Sel Elektrolisis.
Bab III Analisis Volumetri.
Reaksi oksidasi - reduksi
ELEKTROKIMIA OLEH : RYANTO BUDIONO.
YODOMETRI LANGSUNG/YODIMETRI
TITRASI REDOKS.
TITRASI.
TITRASI ASAM BASA.
KIMIA ANALITIK Cabang ilmu kimia yang bertugas mengidentifikasi zat, memisahkannya serta menguraikannya dalam komponen-komponen, menentukan jenis serta.
Lismaryani Bertin SMK Negeri 13 Bandung
IODOMETRI oleh: yusuf pratama.
PERUBAHAN KIMIA DAN KERJA LISTRIK
Reaksi dalam Larutan Berair
TITRASI REDUKSI OKSIDASI (REDOKS). Titrasi redoks merupakan proses titrasi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron.
ZAT ORGANIK/ANGKA PERMANGANAT
BILANGAN OKSIDASI NITROGEN
PERUBAHAN KIMIA DAN KERJA LISTRIK
PERUBAHAN KIMIA DAN KERJA LISTRIK
Reaksi Redoks Reaksi Oksidasi Reaksi Reduksi Bilangan Oksidasi Penyetaraan Redoks Metoda Bilangan Oksidasi Metoda Setengah Reaksi Pengikatan oksigen Pelepasan.
PERUBAHAN KIMIA DAN KERJA LISTRIK
POTENSIOMETRI Nur Pajriah Pengertian  Potensiometri adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari pengukuran perubahan potensial dari elektroda.
POTENSIOMETRI Analisis instrumen Indri Kusuma Dewi., M.Sc.,Apt
Indri Kusuma Dewi,S.Farm.,M.Sc.,Apt.
Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan
Analisis Anion PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK.
1 REAKSI REDOKS & ELEKTROKIMIA. 3 PENGERTIAN Reaksi kimia dimana terjadi perubahan bilangan oksidasi (Pengertian lebih luas) Reaksi kimia dimana terjadi.
Reaksi Redoks dan Elektrokimia
Transcript presentasi:

TITRASI REDOKS Titrimetri  melibatkan rekasi oksidasi dan reduksi yg berkaitan dg perpindahan elektron Perubahan e-  perubahan valensi atom / ion yang bersangkutan. Zat pengoksid mendapatkan e- dan tereduksi valensi atom / ion menurun Zat pereduksi kehilangan e- dan teroksidasi  Valensi atom /ion meningkat

Ox1 + Red2  Red1 + Ok2 Contoh : Perubahan dari : Fe2+  Fe3+ +2  +3 Cl-  Cl2 -1  0 reaksi oksidasi Cu  Cu2+ 0  +2 Prinsip reaksi redoks (Reduksi – Oksidasi) Ox1 + Red2  Red1 + Ok2 ½ reaksi syst reduksi Tereduksi ½ reaksi syst oksidasi teroksidasi Proses oksidasi – reduksi terjadi bersama sama pada pelaksanaan TITRASI.

Secara umum reaksi redoks digambarkan Ma+ + ne-  M(a-n)+ : E o V ½ reaksi tereduksi Ox.1 Red.1 di katoda Ma+  M(a-n)+ + ne- : E 0 V ½ reaksi teroksidasi Red.2 Ox.2 di anoda Contoh: Fe2+ + Ce4+  Fe3+ + Ce3+ Fe3+ + e-  Fe2+ : Eo = 0,771 Volt potensial reduksi Ce4+ + e-  Ce3+ : Eo = 1,61 Volt

Zat pengoksid lemah  cenderung kurang shg hanya dpt mengoksidai zat pereduksi yg plg siap menghasilkan e- Kekuatan zat pengoksidasi dan pereduksi di tunjukkan ole nilai potensial reduksi nya.

SETENGAH REAKSI Sistem Redoks POTENSIAL STANDAR SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt H2O2 + 2H+ + 2e-  2 H2O 1,77 MnO4- + 4H+ + 3e-  MnO2 + 2H2O 1,695 Ce4+ + e-  Ce3+ 1,6 1 MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4 H2O 1,51 Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2Cr3+ + 7H2O 1,3 3 MnO2 + 4H+ 2e-  Mn2+ + 2H2O 1,23 2IO3- + 12H+ + 10e-  I2 + 6H2O 1,20 H2O2 + 2e-  2OH- 0,88 Cu2+ + I- + e-  CuI 0,86 Fe3+ + e-  Fe2+ 0,771 O2 + 2H+ + 2e-  H2O2 0,682 I2(aq) + e-  2I- 0,6197 H3AsO4 + 2H+ + 2e-  HAsO2 + 2H2O 0,559

SETENGAH REAKSI Sistem Redoks Eo Volt I3- + 2e-  3I- 0,5355 Sn4+ + 2e-  Sn2+ 0.154 S4O62- + 2e-  S2O3 2- 0,08 2H+ + 2e-  H2 0,0000 ** Zn2+ + 2e-  Zn -0,763 2H2O + 2e-  H2 + 2OH- -0,828 ** Normal Hidrogen Elektrode (NHE) atau Standard Hydrogen Elektrode (SHE)

Reagen yang berperan sebagai Reduktor/Oksidator Reagen mengalami autooksidasi. Titrasi redoks merupakan bagian dr Titrasi Volumetri yang akan terlaksana dengan baik bila : Kesetimbangan redoks tercapai dengan cepat setiap penambahan volume titran Adanya indikator penunjuk TE.stokhiometri ½ reaksi syst oksidasi dan ½ reaksi syst reduksi saat titrasi selalu terjadi kesetimbangan pada seluruh titik pengamatan

Pengaruh Konsentrasi & Reaksi dari medium Hubungan antara beda potensial (E) sistim redoks dan konsentrasi bentuk teroksidasi dan tereduksi ditunjukkan oleh pers NERNST sbg turunan dari HK.Termodinamika. Eo = potensial standard ln = 2,303 log R = konstante gas (8,313 joule) T = temperatur absolut F = konstante Faraday (96500 coulomb) n = banyaknya elektron yang ditransf dlm reaksi RT [spesies tereduksi] E = Eo - ------- ln -------------------------------- (1) nF [spesies teroksidasi]

Penentuan TAT atau TE. Kurve Titrasi Redoks Dalam titrasi redoks zat atau ion yang terlibat dlm reaksi berubah secara kontinyu, yang akan mempe ngaruhi perubahan potensial (E) larutan. Dengan mengalurkan potensial (E) thd perubahan Vol titran yg ditambahkan  diperoleh kurve titrasi spt kurve titrasi netralisasi. Contoh : titrasi garam Fe2+ dg KMnO4 dalam larutan asam teroksidasi MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + Fe3+ + 4H2O tereduksi

Reaksi yg terjadi reversibel,  larutan akan selalu mengandung kedua ion awal dan ion yang terbentuk selama reaksi, dg kata lain pada tiap tahapan titrasi larutan akan mengandung dua redoks Fe2+ /Fe3+ dan MnO4-/Mn2+  untuk menghitung E menggunakan pers 2 atau 3 0,0591 [Fe2+ ] Pers (2) E = 0,771 – ----------- log ----------- 1 [Fe3+ ] 0,0591 [Mn2+ ] Pers (3) E = 1,51 - -------------- log ----------------------- n [MnO4-] [H+]8 RT ----- x 2,303 = 0,0591 pers (2) & pers (3) memberikan F hasil yg sama. F

KURVE TITRASI mL titran E Volt Daerah setelah TE TE X Daerah Sebelum Daerah TE mL titran

Pers (2) dan (3) dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Pers(2) akan lebih mudah untuk menghitung E besi ketika penambahan vol titran mendekati TE. Sedang pers (3) dipakai untuk menghitung E MnO4 ketika terjadi kelebihan vol titran. Contoh: Brp E pada keadaan sebelum TE, TE, dan sesudah TE 50 mL lrtn KMnO4 Nx 100 mL FeSO4 Nx Dicapai 50% Fe2+  Fe3+

Maka dapat dituliskan 0,0591 [50] E = 0,771 - ---------- log ------- = 0,771 volt. 1 [50] Keadaan sebelum TE. E pada penambahan 0,1 sebelum TE  pada pe (+) 99,9 mL lrt KMnO4  0,0591 [0,1] E = 0,771 - ----------- log ---------- = 0,944 volt 1 [99,9] Keadaan sesudah TE 0,0591 ` [100] E = 1,51 - ------------ log ----------------- = 1,475 volt 5 [0,1] [H+]8

Keadaan TE, diasumsikan [H+] = 1 M ,  0,0591 [Fe2+] E = 0,771 - ------------ log ----------- ½ sel sist redoks 1 [Fe3+] 0,0591 [Mn2+ ] E = 1,51 - ------------ log ------------- ½ sel sist redoks 5 [MnO4-] -------------------------------------------------------------- [+] 0,0591 [Fe2+ ] [Mn2+ ] 6E = 0,771 + 5x1,51 - ---------- log ------------------------ (****) 1 [Fe3+ ] [MnO4- ] Pada TE banyaknya eq titran = eq titrat.

Pada TE banyak ion MnO4- yang di (+) kan sesuai dg persamaan reakasi berikut : MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O Pada kesetimbangan setiap 1 ion MnO4- harus ada 5 ion Fe2+ Shg persamaan (****)  harga log [ ] = 0 0,771 + (5 x 1,51) Maka ETE = ------------------------------ = 1,387 volt 6

1). Buat kurve titrasi contoh diatas dg memperhatikan keadaan sebelum TE, TE, dan kelebihan titran ( sesudah TE di capai). Secara umum jika Eo zat pengoksid dan pereduksi dinyatakan sebagai Eo1 dan Eo2 dan koefisien stokhi- ometri sebagai a dan b,  E larutan saat TE adalah: b.Eo1 + a.Eo2 E.TE = ------------------------- (4) a + b 2).Buktikan secara matematika dg mengacu reaksi stokhiometri rumus diatas

Kurve titrasi redoks secara umum sama dg kurve Titrasi netralisasi (asam-basa). E berubah tiba-tiba saat TE, dan berikutnya kurve tetap mendatar  ini menunjukkan perubahan E sangat lambat selama titrasi. belokan pd kurve dapat digunakan utk penentu TE dg bantuan indikator. Besarnya perubahan E lrt tgt pada perbedaan Eo dari kedua sistim redoks. Kurva oksidimetri biasanya tdk tgt pengenceran, krn Pers NERNST merupakan perbandingan [teroksidasi] [tereduksi], shg tdk berubah dg pengenceran. “Keadaan ini benar jika koefisien bentuk redoks kedua sistem sama”

Titik belok kurve titrasi redoks dapat diperlebar jika Salah satu ion yang terbentuk membentuk kompleks. Contoh : pada titrasi redoks penambahan PO43- , F- bergabung dg Fe3+  kompleks stabil [Fe(PO4)2]= , [FeF6]=

Indikator Reaksi Redoks. TE titrasi redoks dapat dilakukan dengan / tanpa Ind Tanpa indikator bisa dilakukan jika semua zat pereduksi teroksidasi oleh oksidator dan memberikan perubahan fisik (warna/tidak berwarna ) yang bisa teramati dg jelas. Contoh : MnO4- dlm suasana H+, warna ungu lemba yung ion MnO4- hilang krn tereduksi   Mn2+ ketika Semua zat pereduksi telah dititrasi, kelebihan 0,1 mL permanganat  larutan menjadi merah muda. Contoh lain: titrasi zat pereduksi dg lrt Iod, perubhn warna coklat gelap  tak berwarna dr Iod I2  I- , karena warna Iod krg tajam mk utk mempertajam digunakan indikator amilum  biru kuat (I 2 <<)

Indikator  berubah warna ketika E lrtn yg di titrasi mencapai harga tertentu. Ind oks + ne Ind red Dengan menerapkan pers Nernst  dapat dituliskan 0,0591 [Ind red] E = Eoind - ---------- log ---------------- (5) n [Ind oks] Utk kepentingan praktek rentang jangkauan indikator Redoks dinyatakan dengan : 0,0591 E = Eoind - -------------- (6) n

Contoh : Indikator Difenilamin Eo = +0,76 volt , n = 2  Rentang E Indikator redoks : 0,0591 E1 = 0,76 – ----------- = 0,73 volt. Rentang E 2 0,73  0,79 volt E2 = 0,76 + ------------ = 0,79 volt. 2 E=0,73 < < E=0,79 Bentuk berubah bentuk tereduksi bertahap teroksidasi tidak berwarna ungu lembayung

E.Ind Redoks dg perub warna / kondisi larutan Indikator Warna teroks Warna teredk Eo.volt Kondisi lrtn Kompl,Fe(II) 5-nitro-1,10 -fenantrolin Biru pucat Merah ungu +1,25 1M H2SO4 Asam 2,3-difenilamin dikarbosilat Biru-violet Tak berwarna +1,12 7-10 M H2SO4 Kompl,Fe(II) 1,10-fenantrolin merah +1,11 Erioglaucin A Biru-merah Kuning-hijau +0,98 0,5M H2SO4 As difenilamin sulfonat Merah-ungu +0,85 Asam encer difenilamin ungu +0,76 P-ethoksikrisoidin kuning 0,76 1M asam Biru metilen biru +0,53 Indigo terasulfonat fenasafranin Biru +0,36 +0,28

Reaksi samping dalam Titrasi Redoks Salah satu kesukaran dalam titrasi Redoks adalah terjadinya reaksi samping,sehingga akan mem pengaruhi penggunaan titran  anlisa menjadi tidak akurat . Contoh : pada penetapan Ferro dg permanganat. 5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O Dari persamaan reaksi ion H+ dibutuhkan  harus dilakukan dalam suasana asam. Namun sifat dari asam yang menghasilkan H+ sangat berarti. Dalam praktek asam yang tepat dan benar digunakan Asam sulfat. Bagaimana kalau digunakan HCl?

Reaksi yang terjadi dg adanya HCl 10Cl- + 2 MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2 Terlihat kebutuhan permanganat menjadi lbh banyak karena dibutuhkan untuk reaksi samping. klor yang terbentuk dalam reaksi harus mengoksidasi Fe2+ mengikuti reaksi  2Fe2+ + Cl2 2 Fe3+ + 2 Cl- Jika semua klor ada di larutan, banyaknay besi yang teroksidasi ekivalen dengan banyaknya permanganat yg diperlukan dlm pembentukan reaksi samping Cl2. Namun dalam praktek beberapa klor menguap dan ini Mengakibatkan penggunaan permanganat menjadi lbh Banyak.

Beberapa sistim redoks CERIMETRI Lrt stand : Ce(IV) Sulfat (oksidator) dpt digunakan spt lrt std KMnO4 dg sistem Titrasi Kembali dg lrtn stand Na.Oksalat Ce4+  Ce3+ kuning tdk berwarna  perlu indikator krg terdukung (NH4)2Ce(NO3)6 / HClO4 Amonium Heksa Nitro Serat dlm HClO4 Indikator : α Penantroline , Feroin . Rentang Eind 1,0  1,2 volt /SHE

Dalam titrasi dibutuhkan senyawa organik utk meng oksidasi dg membentuk CO2 1) 12M H2SO4 HO O C—CH—CH—C + 10Ce4+ + 12.H2O O OH OH OH 2) 4M HClO4 Asam tartrat 1) n=10 , 2) n = 6 (1) 4CO2 + 10Ce3+ + 10H3O+ O (2) 2CO2 + 2HC + 6Ce3+ + 6H2O OH

Contoh aplikasi titrasi Cerimetri. suasana asam 250 mL dilarutkan scr pasti Wo = 1,75gr titrasi a) metoda Walden Reduktor (Ag reduktor)  membutuhkan titran 18,2 mL b) metoda John Reduktor (Zn reduktor)  membutuhkan titran 46,2 mL Berapa % Fe sbg Fe2O3 dan % Ti sbg TiO2 Fe2+ & Ti4+ Titran Ce 0,075 N Per 50 mL aliquot

Reaksi yang terjadi pada Walder Reduktor. Walden Reduktor Ag(s) + Ce- AgCl(s) + e- Fe3+ + e- Fe2+ TiO2+ Reaksi yang terjadi pada John Reduktor John Reduktor Zn(s) Zn2+ + 2e- Fe2+ + e- Fe3+ TiO2+ + 2H3O+ + e- Ti3+ + 3H2O

Penyelesaian soal : Dari Walden R  Fe3+ Fe2+ n=1 Ti meq Fe2O3 setara meq titran Cerri meq Ce = 18,2 x 0,075 W Fe2O3 (mg) ---------------------- = meq Fe2O3 Mr Fe2O3 / n WFe2O3 = 0,075 x 18,2 x 100 = 136.5 mg per 50 mL W Fe2O3 dalam sampel = 136,5 x 250/50 = 682,5 mg = 39 %

Dari John Red Fe dan Ti tereduksi Fe3+ Fe2+ meq titran = setara meq Fe3+ + Ti4+ Ti4+ Ti3+ W.TiO2 (mg) 46,2 x 0,075 = ------------------- + meq Fe2O3 Mr.TiO2 / n 3,465 mg = -------------- + 1,365 mg 35/1 W.TiO2 (mg) = (3,465 – 1,365) x 35 = 73,5 mg`/ 50 mL dlm sampel = 73,5 x 5 =367,5 mg =367,5 / 1750 x 100 % = 21 %

PEMANGANOMETRI Metoda titrimetri dg larutan standard KMnO4 Titran KMnO4  oksidator kuat (+) * sbg self indikator titran * TE ditunjukkan oleh perubahan warnanya sendiri ungu  jambon  tidak berwarna. (-) * kekuatan oksidasi tergantung medium larutan, asam , netral, basa kuat. & reaksi yg terjadi * dlm medium HCl, KMnO4 teroksidasi oleh Cl- * Kestabilan larutan terbatas * larutan standard sekunder (perlu standardisasi)

Penggunaan KMnO4 SUASANA ASAM 0,1 N MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O MnO4- + 8H3O+ + 5e- Mn2+ + 12H2O Mn7+  Mn2+  n = 5 Eo = 1,51 volt SUASANA NETRAL MnO4- + 4H3O+ + 3e- MnO2 + 6H2O Mn7+  MnO2  n = 3 Eo = 0,1695 volt 3. SUASANA BASA KUAT MnO4- + e- MnO42- n = 1 Eo = 0,564 volt

Larutan KMnO4 dlm air tdk stabil  air teroksidasi 4.MnO4- + 2.H2O 4.MnO2 + 3.O2 + 4.OH- Perurian dikatalis adanya : cahaya, panas, asam, basa Mn2+ MnO2 dekomposisi sendiri bersifat auto katalitik S STANDARDISASI KMnO4 Larutan (standrd 1o) utk standardisasi KMnO4 : Oksalat, Naoksalat  (banyak digunakan), As2O3, K4[Fe(CN)6]3H2O, logam besi dll

Lart stand primer hrs murni secara kimia, sesuai dg rumus mol, mudah dimurnikan. Na2C2O4 mudah dimurnikan dg rekristalisasi dari air & pengeringan pada suhu 240 – 250oC. tdk higroscopis dan tdk berubah pd penyimpanan. Asam Oksalat agak lbh sukar dimurnikan krn me- ngandung air kristal  bisa berkembang. Untuk mempersiapkan lrt stand KMnO4 harus bebas / dihindarkan dari MnO2

Persamaan Reaksi standardiasi KMnO4 *) 2.Na2C2O4 + 2.KMnO4 + 8.H2SO4 2.MnSO4 + K2SO4 + 5.Na2SO4 + 8.H2O + 10.CO2 *) 5.H2C2O4 + 2.KMnO4 + 3.H2SO4 2.MnSO4 + K2SO4 + 8.H2O + 10.CO2 Dari kedua reaksi ion C2O42- teroksidasi sbb C2O42- 2CO2 + 2e- shg 1grek asOksalat = 1 mol [ lrt stnd ] = 0,02 N 1 grek NaOksalat = ½ mol

Contoh aplikasi analisa Lrt KMnO4 distandardisasi dg lrt sdt 1o Na2C2O4 Bila 282 mg Naoksalat membutuhkan 35,87 mL KMnO4 pada TE  hitung berapa N KMnO4 Lrt KMnO4 (a) dipakai utk menentukan Mn2+ Hitung % Mn dalam sampel mineral, bila 487,4 mg sampel membutuhkan 45,73 mL lrt KMnO4 pd TE Pemecahan soal : dengan tinjauan Normalitas. Meq KMnO4 setara meq Na2C2O4 pada TE W.Na2C2O4 (mg) NKMnO4 x V = --------------------------- Mr.Na2C2O4 / n

Na2C2O4 2Na+ + C2O4= C2O4= 2CO2 + 2e- n = 2 282,0 N x 35,87 = --------------  [KMnO4] = 0,1173. N 134,0 / 2 Dalam suasana asam  n = 5 [KMnO4] dalam Molar  0,1173 / 5 = 0,02347 M b) Meq Mn2+ setara meq MnO4- pada TE Reaksi yg terjadi  2MnO4- + 3Mn2+ + 4OH- 5MnO2 + 2H2O n = 3

Kekuatan oks KMnO4  3/5 x 0,1173 N = 0,0704 N W.Mn (mg) W.Mn (mg) ------------------- = N x mL  -------------- = 0,074 x 45,73 Mr.Mn / n 54,94/2 88,44 W.Mn (mg) = 88,44 mg  % = ------------ x 100 % = 487,4 = 18,15 % 1) Coba selesaikan pemecahan soal dengan Tinjauan konsentrasi dalam mol (M) 2) Tugas materi Bikromatometri dan Iodo-iodimetri.

Pemecahan dg tinjauan molar.(M) Standardisasi mengikuti persamaan reaksi 2.MnO4- + 5.C2O4 + 6.H3O+ 2.Mn2+ + 10.CO2 + 8.H2O mmol KMnO4 = mmol Na2C2O4 x 2/5 = W.Na2C2O4 2 282,0 2 -------------------- x ----- = ---------- x ------- = 0,8418 mmol Mr.Na2C2O4 5 134,0 5 0,8418 mmol KMnO4 = [ ] M x V mL = [ ] M x 35,87 0,8418 [KMnO4] M = -------------- = 0,02347 M  5 x 0,02347 = 35,87 0,1173 N.

2MnO4 + 3.Mn+ + 4OH- 5.MnO2 + 2.H2O Sesuai stokhiometri mmol Mn dlm mineral setara mmol KMnO4 x 3/2 3 Mmol Mn = [ ] M x V mL x ------ 2 = 0,02347 x 45,37 x 3/2 = 1,610 mmol Kand Mn dlm mineral = 1,610mmol x 54,94 mg/mol = 88,44 mg 88,44 mg % Mn = ----------------- x 100 % = 18,5% 487,4 mg

Aplikasi metoda permanganometri Beberapa contoh * Penentuan Ferro ( Ferro teroksidasi  Ferri) Reaksi yg terjadi: 10.FeSO4 + 2.KMnO4 + 8H2SO4 2MnSO4 + 5.Fe2(SO4)3 + K2SO4 + 8.H2O Σ besi dihitung dari vol lrt KMnO4 yg diperlukan dg normalitasnya. * Penentuan H2O2 Berdasar reaksi : 5H2O2 + 2.MnO4- + 6.H+ 5O2 +2.Mn2+ + 8.H2O teroksidasi Pereduksi H2O2 O2 + 2H+ + 2e-  1 grek H2O2 = ½ mol

H2O2 perdagangan mengandung sekitar 3%, maka untuk penetapan hrs diencerkan dlm vol tertentu kira-kira 250 mL). Titrasi dilakukan 3 kali per 25 mL, diasamkam dg 5 – 10 mL H2SO4 (1:4), Kadar H2O2 berdasar rerata vol titran yg digunakan. Penentuan Nitrit Berdasar reaksi : 5.NO2- + 2.MnO4- + 6H+ 5.NO3- + 2.Mn2+ + 3.H2O Krn oks ion  NO2- + H2O NO3- + 2.H+ + 2e- n = 2  1 grek NO2- = ½ mmol Ciri khusus penetapan ini, nitrit siap terurai oleh H+ Nitrogen oksida. NO2- + 2H+ 2HNO2 NO(g) + NO2(g) + H2O

Pada analisa agar tidak kehilangan NO2 dalam penetapannya  prosedur titrasi dilakukan terbalik. Dalam kasus ini larutan KMnO4 yg telah diasam kan dititrasi dg larutan nitrit netral. Ketika lrt nitrit ketemu KMnO4,  akan teroksidasi langsung menjadi nitrat dan tdk terbentuk NO titrasi 25 mL lrt KMnO4 (+) H2SO4 1:4 Lrt nitrit W gr 250 Lrt nitrit 0,02N 250 mL

BIKROMATOMETRI Titran K2Cr2O7  oksidator kuat. Eo = 1,33 volt (+) Lrt stnadard primer , Stabil, tdk perlu tempat glp. Tidak terurai pada pemanasan, penguapan asam Rekristalisasi dari lrt nya dan pengeringan t=200oC memungkinkan diperoleh dg kemurnian tinggi. (-) Kekuatan oks lebih lemah dari KMnO4 dan Cerri Reaksi lambat Karsinogen  perlu penanganan hati-hati. Sbg zat pengoksid  terjadi peningkatan Cr3+ slm titrasi, orange warna hijau (sukar diamati pad TE) Perlu indikator, indikator redoks yg biasa di pakai : as difenilamin-sulfnt Ba difenilamin-sulfnt

Sebelum Indik redoks (indk internal) dikenal, TE di tentukan dg menggunakan dg indik eksternal melalui perlakuan uji noda. Indik K3[Fe(CN)6] untuk titrasi Ferro dg kromat. 2Fe2+ + 2[Fe(CN)6]3- Fe3[Fe(CN)6]2 biru turmbul indik ekst REAKSI OKSIDASI ION BIKROMAT Cr2O7 2- + 2H+ + 6e- 2Cr3+ + 2H2O n = 6  1greq Cr2O72- setara 1/ 6 mol Cr6+ Cr3+  3e- , 2.Cr  n = 3 x 2 = 6

Aplikasi penting metoda bikromat  penetapan besi Dalam bijih, slag (ampas bijih), dan alloy. Sampel dilarutkan  besi diperoleh dlm bntk ion Fe3 Shg perlu direduksi  Fe2+ dg SnCl2 dan dikuti menghilangkan kelebihan SnCl2 dg HgCl2 / dg amalgm Pereduksi yg sering digunakan adalah log seng. Reaksi yg terjadi  2.Fe3+ + Zn 2.Fe2+ + Zn2+ Penentuan berikutnya ferro dititrasi dg lrt bikromat. Contoh aplikasi metoda bikromatometri Penentuan besi dalam bijih besi. Indk difenilamin Setelah besi direduksi  Fe2+,  dititrasi dg bikromat Mengikuti reaksi : K2Cr2O7 + 6.FeCl2 + 14HCl 2CrCl3 + 2KCl + 6FeCl3 + 7 H2O

Iodum yg dibebaskan dititrasi Na2SO3 0,1 N Contoh soal di (+) Iodum yg dibebaskan dititrasi Na2SO3 0,1 N sampai TE membutuhkan 48,8 mL Berapa gr K2Cr2O7 dalam lart. Pemecahan soal : Cr2O7= + 14.H+ + 6e- 2.Cr3+ + 7.H2O Cr2O7= + 6I- + 14.H+ 2Cr3+ + 3.I2 + 8.H2O 6e- 2S2O3= + I2 S4O6= + 2I- 2e- Meq Na2S2O3 setara meq K2Cr2O7 Lrt KI >> Lrt K2Cr2O7

V x Ntio setara meq K2Cr2O7 294,18 Mr,K2Cr2O7 48,8 x 0,1 x ------------ = W.K2Cr2O7 6 0,2393 gr = berat bikromat b) Bila berat bikromat di a) dilarutkan dalam volume 1 liter, berapa vol diperlukan utk menitrasi 3.402 gr FeSO47H2O dalam suasana asam. Solusi : * cari N K2Cr2O7, * TE  meq K2Cr2O7 setara meq FeSO47H2O

BROMATOMETRI KBrO3 BROMATOMETRI Oksidator kuat, dg laju reaksi rendah Standard primer (KBrO3) / kering dg t 150 – 180oC Stabil Indikator MO, MR , α.Naftaflavon , Quinoline Banyak digunakan utk penentuan senyawa organik Reaksi yg terjadi. BrO3- + 6.H+ + 6e- Br- + 3.H2O 1 greq KBrO3= 1/6 mol Eo = 1,44 % Penentuan untuk asam2 organik (Oksin),

Dari reaksi terlihat untuk konversi BrO3- perlu H+ Untuk mempercepat reaksi konversi dilakukan pe manasan dalam asam kuat. Selama titrasi ion BrO3- tereduksi  Br2 , kelebihan Ion ini menyebabkan warna kuning pucat, shg kurang Tegas pada penentuan TE  perlu indikator z.warna MO atau MR (indikator ini tdk reversibel shg tdk ter masuk ind redoks) Aplikasi bromatometri banyak digunakan utk penen- tuan arsen dan antimon valensi III, penetapan dilaku kan dg adanya Sn val IV

Penentuan antimon dlm tartar emetic Tartar emetic  tartar dr antimon trivalen dg rumol K(SbO)C4H4O6. Ketika lrt garam ini dititrasi dg KBrO3 dg adanya HCl Terjadi reaksi : 3.K(SbO)C4H4O6 + KBrO3 + 15.HCl 3.SbCl5 + KHC4H4O6 + KBr + 6.H2O Dalam reaksi Sb (III)  Sb (V)  2 e- tertransfer  1greq Sb = ½ mol Indikator yg biasa digunakan Metil Jingga atau Metil merah.

Contoh lain : penentuan Mg dlm lrt Mg Dengan Metoda hidroksikuinolin Metoda ini berdasar reaksi : MgCl2 + 2.H(C9H6NO) + 2.NH4OH Mg(C9H6NO)2 + 2.NH4Cl + 2.H2O Mg Hidroksikuionolat (endapan) Endapan disaring , cuci dilarut dalam HCl, hidroksi- kuinolin yang dilepas di titrasi dg lrt KBrO3 dg adanya KBr, reaksi yg terjadi : KBrO3 + 5.KBr + 6.HCl 3Br2 + 6.KCl + 3.H2O H(C9H6NO) + 2.Br2 HC9H4Br2NO + 2.HBr

Dari persamaan reaksi terlihat 1 atom Mg ekuivalen dg 2 mol hidroksikuinolin, yang masing-masing ekui valen dg 4 atom Br,  1 greq Mg = 1/8 mol Metoda ini mempunyai presisi analisis 0,03 mg lbh tinggi dr metoda gravimetri sbg Mg2P2O7 metoda ini dapat digunakan untuk penentuan Mg dengan adanya Al3+ dan Fe3+ , yg sebelumnya di- ubah dulu menjadi kompleks tartratnya.

IDO -IODIMETRI * Kalium iodat KIO3 banyak dipakai dlm Kimia Analit IO3- + 5I- + 6.H+ 3I2 + 3.H2O * Pemakaian iodium sbg reagen Redoks reduktor * Sistim iodium dapat berfungsi oksidator I2(s) + 2e- 2I- Eo = 0,5345 volt I3- + 2e- 3I- Eo = 0,536 volt * I2  oksidator lemah , iodida  reduktor lemah * Kelarutan KIO3 dlm air cukup baik

* I2 larut dalam KI dingin * Perlu disimpan ditempat gelap * Bukan standard primer  perlu standardisasi dg *) As2O3 dan *) Na2S2O3.5H2O lrt thio sulfat perlu di standardisasi lebih dulu dg K2Cr2O7 indikator amilum / kanji (I-) << 10-5 M dapat ditekan dg mudah oleh amilum Kelarutan I- -- Amilum << dlm air  pe (+) nya dila kukan mendekati TE / TA.

Reaksi – reaksi yang terjadi Iodium – thiosulfat larutan iodium dalam KI dg suasana netral / asam I3- + 2.S2O3= 3I- + S4O6= Selama titrasi S2O3I- terbentuk,  larutan tidak ber warna Tahap reaksi yg terjadi : S2O3= + I3- S2O3I- + I3- titrasi berjalan S2O3I- + I- S4O6= + I3- S2O3I- + S2O3= S4O6= + I-  warna indk pH 5 muncul.

b. Reaksi dg Cu Kelebihan KI bereaksi dg Cu2+  CuI + I2 2.Cu2+ + 4.I- 2.CuI + 4.I2 2.Cu2+ + 3.I- 2.CuI + 4 I3- I- sbg reduktor Cu2+ + e- Cu+ Eo = 0,15 volt I2 + 2.e- 2I- Eo = 0,54 volt Cu2+ + I- + e- CuI Eo = 0,86 volt Hasil terbaik dilakukan pd pH 4. dan 4% KI, suasana Basa Cu2+ sulit dioksidasi.

Penmbahan lrt thio Na2S2O3 dilakukan perlahan Lahan krn iodium yg teradsorbsi dilepas sedikit demi sedikit. Adanya Cl- akan mengganggu reaksi pada saat titrasi berlangsung. Iodida tdk mampu mereduksi Cu2+ secara kuantitatif. c. Reaksi dengan O2 terlarut. Metode ini pemanfaatan reaksi ini adalah metode Winkler diapakai untuk menentukan O2 terlarut Dilakukan pd pH 9. Dasar metoda winkler

Dasar metoda Winkler * reaksi O2 dengan Mn2+ dalam media alkali * pe (+) H+  MnOH berubah  MnI eq Iodium dengan O2 terlarut dititrasi dg Na2SO3 Pada pH 9 Reaksi yang terjadi : 2 Mn2+ + 4.OH + O2 2.MnO2 + 2.H2O MnO2 + 4H+ + 2.I- I2 + Mn2+ + 2.H2O Sumber kesalahan penentuan O2 terlarut karena Adanya reduktor SO3=, S2O3=, Fe2+, Mn2+ Kesalahan ini dpt diatasi dengan membandingkan Lrt blanko terutama anal lingkungan terpolusi.