Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Dewan Ketahanan Pangan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Dewan Ketahanan Pangan"— Transcript presentasi:

1 INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Dewan Ketahanan Pangan
DRAFT INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Dewan Ketahanan Pangan 2009

2 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Landasan Hukum KONDISI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI SAAT INI Produksi dan Ketersediaan Pangan Distribusi dan Akses Pangan Konsumsi dan Keamanan Pangan Status Gizi Masyarakat ISU STRATEGIS MENUJU INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Sistem Produksi Pangan Nasional Ketersediaan Pangan dan Keterjangkaun Pangan di Seluruh Daerah Kecukupan Konsumsi Pangan dan Gizi Konsumsi Pangan Beragam dan Bergizi Seimbang Keamanan Pangan Segar dan Pangan Olahan Kerawanan Pangan Berkaitan Erat dengan Kemiskinan Beban Ganda Status Gizi Masyarakat STRATEGI DAN KEBIJAKAN INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Pelajaran dari Kebijakan Ketahanan Sebelumnya Visi dan Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Strategi nuhfil hanani :

3 TUJUAN UMUM INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015
Panduan dan acuan bagi para pemangku kepentingan baik instansi pemerintah di tingkat pusat maupun propinsi dan kabupaten/ kota,swasta,BUMN/BUMD,perguruan tinggi, petani, nelayan, industri pengolahan, pedagang, penyedia jasa, serta masyarakat pada umumnya dalam menjabarkan lebih lanjut secara terintegrasi, terkoordinasi dan sinergis berbagai kegiatan nyata untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi nasional dan wilayah tahun 2015

4 JUSTIFIKASI 1: PANGAN ADALAH HAK AZASI MANUSIA
Universal Declaration of Human Right (1948) dan The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (1966) yang menyebutkan bahwa “everyone should have an adequate standard of living, including adequate food, cloothing, and housing and that the fundamental right to freedom from hunger and malnutrition”. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit yang ditanda tangani oleh 112 kepala negara atau penjabat tinggi dari 186 negara peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu di antara penandatangannya. Isinya adalah pemberian tekanan pada human right to adequate food (hak atas pemenuhan kebutuhan pangan secara cukup), dan perlunya aksi bersama antar negara untuk mengurangi kelaparan Millenium Development Goals (MDGs) menegaskan bahwa tahun setiap negara teramsuk Indonesia menyepakati menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuhnya Hari Pangan Sedunia tahun menekankan pentingnya pemenuhan Hak Atas Pangan.

5 JUSTIFIKASI 2 : KONDISI OBYEKTIF INDONESIA
Masalah gizi berakar pada masalah ketersediaan, distribusi, dan keterjangkauan pangan, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan serta perilaku masyarakat. Dengan demikian masalah pangan dan gizi merupakan permasalahan berbagai sektor dan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan tersebar dalam bebagai wilayah memerlukan penanganan Ketahanan Pangan yang terpadu. Penanganan ketahanan pangan memerlukan perencanaan lintas sektor dan dengan sasaran serta tahapan yang jelas dan terukur sehingga memerlukan perencanaan jangka menengah dan panjang Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2006 para Gubernur selaku Ketua DKP Provinsi seluruh Indonesia telah mencanangkan beberapa butir kesepakatan yang telah yang salah satunya adalah untuk penyusunan Indonesia Tahan Pangan dan Gizi dan telah dideklarasikan dihadapan Presiden RI selaku Ketua DKP pada tanggal 21 Nopember di Istana Bogor.

6 PERUBAHAN KONDISI GLOBAL YANG MENUNTUT KEMANDIRIAN
JUSTIFIKASI 3 : PERUBAHAN KONDISI GLOBAL YANG MENUNTUT KEMANDIRIAN Harga pangan internasional mengalami lonjakan drastis dan semakin tida menentu Negara-negara di dunia semakin egois untuk mementingkan kebutuhannya sendiri Kompetisi penggunaan komoditas pertanian: pangan vs pakan vs energi Resesi Ekonomi global diambang pintu Serbuan pangan asing (“westernisasi diet”) berpotensi besar penyebab gizi lebih dan meningkatkan ketergantungan pada impor 6

7 LANDASAN HUKUM UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan PP No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan PP 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Perpres No. 83 tahun tentang Dewan Ketahanan Pangan Perpres No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) – 2009 Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (pencanangan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005), termasuk kebijakan dan program pembangunan ketahanan pangan Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Arahan Presiden pada rapat pleno Dewan Ketahanan Pangan, 18 April 2006 Komitmen Gubernur pada 20 November 2006

8 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
SITUASI PANGAN DUNIA nuhfil hanani :

9 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil

10 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Food Protests (2008) nuhfil hanani : Source: United Nations World Food Programme

11 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Haiti food riot, April 2008 nuhfil hanani :

12 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Mexico Argentina nuhfil hanani :

13 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Pakistani women buy subsidized flour in Lahore. The price of staple foods and fuel has risen drastically in the country in the last few months. Many people in Pakistan are now dependent on state subsidies. nuhfil hanani :

14 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Philippines In Manila, the capital of the Philippines, soldiers stand guard during the sale of government rice. With the price of rice soaring, the government is looking at ways to ensure none of its citizens starve. nuhfil hanani :

15 Bangladesh: Food queues have become longer as prices have gone up
Bangladesh: Food queues have become longer as prices have gone up. Fights over food frequently break out in the queues.

16 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil

17 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil

18 Ketersediaan Lahan Per Kapita
nuhfil hanani : 18

19 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Produksi pangan dunia Total Million tons Million tons nuhfil hanani : Source: Data from FAO 2003, .

20

21 Perkembangan Cadangan Pangan Dunia
Batas toleransi cadangan 20 %) nuhfil hanani :

22 Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Beras
Lampu kuning karena kurang 20 %) FAPRI, 2008

23 Menurun dibandingkan sebelum th 2000
Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Gandum Menurun dibandingkan sebelum th 2000 FAPRI, 2008

24 Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Jagung
Lampu kuning karena kurang 20 %) FAPRI, 2008

25 Rasio Cadangan Pangan-Penggunaan, Harga Dunia Untuk Gula
FAPRI, 2008

26 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil

27 Perkembangan Harga pangan dunia
(As of Sept. 2008) New trend? nuhfil hanani : Source: Data from FAO 2008 and IMF 2008.

28 RAMALAN HARGA PANGAN DUNIA

29 Keberhasilan Produksi (Swasembada Pangan)

30 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Cadangan Pangan untuk Ketahanan Pangan Indonesia sangat kritis karena kurang 20 %) nuhfil hanani :

31 Ramalan Neraca Pangan Dunia

32 BERBAGAI ESPON KEBIJAKAN PEMERINTAH
KEBIJAKAN DALAM PANGAN Trade restriction Trade liberaliz. Consumer subsidy Social protection Increase supply Asia Bangladesh X China India Indonesia Malaysia Thailand Latin America Argentina Brazil Mexico Peru Venezuela Africa Egypt Ethiopia Ghana Kenya Nigeria Tanzania Source: IMF, FAO, and news reports,

33 SITUASI KETAHANAN PANGAN INDONESIA
nuhfil hanani :

34 PRODUKSI PANGAN INDONESIA
nuhfil hanani :

35

36 Trend Produksi pangan nabati untuk padi dan jagung konstan, sedangkan komoditas laiinya cenderung menurun

37 PRODUKSI PANGAN INDONESIA (LANJ’)
nuhfil hanani :

38 Trend Produksi pangan hewani meningkat

39

40

41

42 KETERGANTUNGAN IMPOR PANGAN DI INDONESIA
nuhfil hanani :

43 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil

44 nuhfil hanani : www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
Cadangan Pangan untuk Ketahanan Pangan Indonesia sangat kritis karena kurang 20 %) nuhfil hanani :

45 KETERSEDIAAN PANGAN PER KAPITA (KKAL/KAPITA/HARI)
Minimum 57 gram Minimum 2200 nuhfil hanani :

46 KONSUMSI 2000 52 Energi Protein

47

48

49

50 Konsumsi Beras (gram/kapita/hari) Konsumsi Ketela (gram/kapita/hari)
100 200 300 400 500 600 Myanmar Laos Viet Nam Bangladesh Cambodia Indonesia Philippines Thailand Timor-Leste Madagascar Sri Lanka Nepal Guinea-Bissau China Korea, Republic of Sierra Leone Guyana Guinea Malaysia India Senegal Korea, Dem People's Suriname Cuba Solomon Islands Côte d'Ivoire Brunei Darussalam Mauritius Vanuatu Japan Costa Rica Comoros Liberia Peru United Arab Emirates Kuwait Maldives Ecuador 700 800 900 Congo, Dem Republic of Angola Congo, Republic of Mozambique Ghana Benin Tanzania, United Rep of Central African Republic Paraguay Togo Nigeria Rwanda Uganda Burundi Cameroon Gabon Zambia Malawi Brazil Chad Colombia Sao Tome and Principe Kenya Venezuela, Boliv Rep of Dominican Republic French Polynesia

51 Konsumsi Buah (gram/kapita/hari) Konsumsi Sayuran (gram/kapita/hari)
100 200 300 400 500 600 700 Brunei Darussalam China Indonesia Japan Korea, Republic of Malaysia Philippines Thailand Viet Nam Korea Viet Nam Philippines Thailand Malaysia Indonesia Japan Brunei Darussalam 20 40 60 80 100 120 140 160

52 Konsumsi Ikan laut (gram/kapita/hari)
Konsumsi daging (gram/kapita/hari) 10 20 30 40 50 60 Malaysia Brunei Darussalam Japan Viet Nam Indonesia Korea, Dem People's Rep Myanmar 50 100 150 200 250 Israel United Arab Emirates United States of America China Malaysia Brunei Darussalam Viet Nam Japan Thailand Philippines Indonesia

53 Konsumsi Susu (gram/kapita/hari) Konsumsi Telur (gram/kapita/hari)
10 20 30 40 50 60 Japan China Brunei Darussalam America Malaysia Israel Thailand Brazil Philippines Saudi Arabia Indonesia 20 40 60 80 100 120 140 Japan Thailand Malaysia Indonesia Philippines Brunei Darussalam China Viet Nam

54 Konsumsi Kedelai (gram/kapita/hari)

55 Perkembangan Konsumsi Komoditas Pangan Kelompok
117 125 116,0 110,0 107,0 105 104,0 100,0 20 40 60 80 100 120 140 konsumsi (Kg/kap/thn) 1993 1996 1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Perkembangan Konsumsi Komoditas Pangan Kelompok Padi-padian Penduduk Indonesia Selama Tahun Beras Jagung Terigu

56

57

58

59 MASALAH GIZI DI INDONESIA

60 Persentase Pelanggaran Produk Pangan
15,65 46,2 25,91 26,5 12,18 14,06 6,71 16,22 30,45 5,65 2,62 57,97 37,76 40,8 21,45 4,13 5,49 11,71 16,37 7,29 6,52 9,81 7,17 6,77 8,43 9,1 7,8 16,94 12,92 13,61 11,31 20,54 5,72 23,55 17,04 10,64 10 20 30 40 50 60 70 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Persentase Pemanis buatan TMS Pengawet TMS Formalin Boraks Pewarna bukan untuk makanan Cemaran mikroba TMS Lain-lain

61 Jumlah Kasus Keracunan Tahun 2001 – 2007
3.42 0.72 54 7471 19120 179 2007 3.99 0.46 40 8733 21145 159 2006 4.11 0.55 49 8949 23864 184 2005 3.37 0.69 51 7366 22297 164 2004 0.84 0.65 12 1843 8651 34 2003 1.67 0.28 10 3635 6543 43 2002 Incident Rate Case fatality rate ∑ Meninggal ∑ Sakit ∑ Terpapar ∑ KLB Tahun

62 ISU STRATEGIS KETAHANAN PANGAN
Sistem Produksi Pangan Nasional Ketersediaan Pangan dan Keterjangkaun Pangan di Seluruh Daerah Kecukupan Konsumsi Pangan dan Gizi Konsumsi Pangan Beragam dan Bergizi Seimbang Keamanan Pangan Segar dan Pangan Olahan Kerawanan Pangan Berkaitan Erat dengan Kemiskinan Beban Ganda Status Gizi Masyarakat

63 1. Sistem Produksi Pangan Nasional ISU STRATEGIS KETAHANAN PANGAN
Berlanjutnya konversi lahan pertanian ke non pertanian, Menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan Rusaknya prasarana pengairan sekitar 30 persen Persaingan pemanfaatan sumberdaya air dengan sektor industri dan pemukiman Kurang terealisasinya harga pupuk bersubsidi Lambatnya penerapan teknologi akibat kurang insentif ekonomi dan masalah sosial ekonomi petani Masih berlanjutnya pemotongan ternak betina produktif, Masih tingginya luas areal tanam tebu rakyat dengan pertunasan lama (ratoon) Anomali ikllim dan menurunnya kualitas lingkungan. ISU STRATEGIS KETAHANAN PANGAN

64 2. Ketersediaan Pangan dan Keterjangkaun Pangan di Seluruh Daerah
Aspek Ketersediaan : (a) laju peningkatan produksi cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan < 1 % sedangkan pertambahan penduduk > 1 % per tahun , (b) melemahnya sistem penyuluhan dan kapasistas kelembagaan petani, (c) belum berkembangnya kapasitas produksi pangan daerah dengan teknologi sesifik lokasi, (d) kondisi Sosek petani yang rendah menyebabkan terbatasnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan, teknologi, sarana produksi dan pasar (d) banyak dijumpai kasus terhambatnya distribusi pupuk bersubsidi Distribusi Pangan : (a) prasarana dan sarana distribusi, (b) prasarana dan sarana pemasaran seperti jalan usaha tani, pasar desa, fasilitas penampungan produksi, (c) sarana dan prasarana pasca panen, (d) kelembagaan pemasaran, (e) standard kualitas, (e) jaringan pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah, (f) sistem informasi pasar, (g) informasi dan data konsumsi, produksi, dan stok Cadangan pangan : Belum berkembangannya sistem cadangan pemerintah dan masyarakat Stabilitas Harga : Masa panen dan gejolak harga internasional

65 3. Kecukupan Konsumsi Pangan dan Gizi
Ketersedian pangan Indonesia telah melebihi standar yakni sebesar kilo kalori (standar 2200) dan protein 76,28 gram per kapita per hari ( standar 54 gram) Kemandirian pangan yang diukur dengan ketergantungan impor (rasio impor terhadap ketersediaan), tampak bahwa umumnya kurang dari 10 persen (padi 0,77 %, jagung 9,14 %, kacang tanah 7,87 %, ubi kayu 0%, ubi jalar 0 %, sayuran 6,95 %, buah-buahan 0,47 % , minyak goreng 0 %, dan daging 4,07 %, sedangkan yang melebihi dari 10 persen terjadi pada komoditas kedelai 60,98 % dan susu 92, 38 %. Namun perkembangan kemandirian pangan dari komoditas pangan Indonesia relatif konstan dan daya saingnya rendah.

66 4. Konsumsi pangan Beragamdan Bergizi Seimbang
Konsumsi beras masih cukup tinggi yaitu sebesar 105,2 kg/kap/thn (Susenas 2005). Skor PPH 2005 mencapai 79,1 dan 2007 mencapai 83.1, namun konsumsi pangan sumber protein, sumber lemak dan vitamin/mineral masih jauh dari harapan. Konsumsi pangan dengan bahan baku terigu mengalami peningkatan yang sangat tajam yakni sebesar sebesar 19,2 persen untuk makanan mie dan makan lain berbahan terigu 7.9 persen pada periode Faktor penyebab adalah : (1) belum berkembangnya teknologi tepat guna dan terjangkau mengenai pengolahan pangan berbasis tepung umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya, (2) belum berkembangnya bisnis pangan untuk peningkatan nilai tambah ekonomi melalui penguatan kerjasama pemerintah-masyarakat-dan swasta, (3) belum optimalnya usaha perubahan perlaku diversifikasi konsumsi pangan dan gizi sejak usia dini melalui jalur pendidikan formal dan non formal, (4) rendahnya citra pangan lokal, (5) belum optomalnya

67 5. Keamanan pangan Saat ini masih cukup banyak digunakan bahan tambahan pangan (penyedap, pewarna pemanis, pengawet, pengental, pemucat dan anti gumpal) yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan. Masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat konsumen maupun produsen (khususnya industri kecil dan menengah) terhadap keamanan pangan, yang ditandai merebaknya kasus keracunan pangan baik produk pangan segar maupun olahan. Belum ada sangsi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan keamanan pangan. Oleh karena itu usaha-usaha untuk pencegahan dan pengendalian keamanan pangan harus dilakukan

68 6. Kerawanan Pangan Pada Tahun 2008 persentase penduduk yang termasuk sangat rawan konsumsi pangan (< 70% AKG) mencapai % (25.1 juta jiwa). Masyarakat yang rendah dalam mengakses pangan ada pada golongan masyarakat miskin, yang diperkirakan sekitar 14.7 persen atau sekitar 34.9 juta pada tahun Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sekitar 68 persen tinggal di pedesaan damana umumnya adala petani. Kerawanan yang terjadi erat dengan kemiskinan.

69 7. Beban Ganda Status Gizi Masyarakat
Jumlah anak balita dengan status gizi buruk diperkirakan sebesar 8.81 persen (sekitar 5 juta jiwa) dan gizi kurang sebesar 19,0 persen dan beberapa masalah gizi lainnya seperti anemia gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) dan kurang vtamin A (KVA) masih terjadi (2005). Masalah kurang energi kronis (KEK) adalah 16,7 persen pada Pada saat yang bersamaan pada kelompok usia produktif juga terdapat masalah kegemukan (IMT>25) dan obesitas (IMT>27). Peningkatan staus gizi harus dilakukan dengan dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro yang diprioritas pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya. Hal ini dapat ditempuh melalui : (1) komunikasi, informasi dan edukasi tentang gizi dan kesehatan , (2) penguatan kelembagaan pedesaan seperti Posyandu, PKK, dan Dasa Wisma; (3) peningkatan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi

70 KEBIJAKAN DAN STRATEGI MENUJU INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015
Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang Peningkatan status gizi masyarakat Peningkatan mutu dan keamanan pangan

71 KEBIJAKAN DAN STRATEGI MENUJU INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015

72 Visi “Terwujudnya rumahtangga tahan pangan dan gizi yang berlandaskan pada kemandirian penyediaan pangan berbasis sumberdaya lokal yang efisien dan berkelanjutan” Nilai yang terkadung dalam visi ini adalah Rumahtangga tahan pangan dan gizi adalah kelompok sasaran ketahanan pangan jangka panjang yang hendak dicapai yakni rumah tangga dengan konsumsi pangan yang cukup, beragam berdasarkan prinsip gizi seimbang dan aman yang dapat mendukung status gizi yang baik dan terwujudnya hidup aktif, sehat dan produktif Sumberdaya lokal yang efisien dan berkelanjutan mengandung pengertian hendaknya dalam penyediaan pangan bersumber pada sumberdaya domestik yang spesifik lokal yang dimanfaatkan secara arif dan efisien dengan memperhatikan kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta memperkokoh kemandirian dalam penyediaan pangan

73 Misi Memantapkan ketersediaan pangan di tingkat nasional dan wilayah
Meningkatkan aksesibilitas pangan setiap rumahtangga setiap saat secara berkelanjutan Mempercepat upaya penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya local menuju konsumsi pangan yang cukup, beragam, bergizi seimbang untuk mewujudkan status gizi yang baik dan menunjang hidup sehat, aktif dan produktif

74 TUJUAN Memantapkan ketersediaan pangan secara mandiri berbasikan pada sumberdaya lokal Meningkatkan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan bagi setiap rumahtangga di berbagai wilayah di tanah air seiring upaya menurunkan prevalensi penduduk rawan pangan Meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang. Meningkatkan mutu dan keamanan pangan Meningkatkan status gizi masyarakat.

75 SASARAN Meningkatnya produksi pangan domestik untuk mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gram/hari, terutama protein yang diiringi dengan menurunnya ketergantungan impor pangan maksimal 5 persen pada tahun serta tersedianya cadangan pangan pemerintah untuk kondisi darurat karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan dan berkembangnya cadangan pangan masyarakat Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai rendahnya perbedaan harga antara musim panen dan non panen dengan perbedaan maksimum 10 persen Turunnya jumlah penduduk miskin minimal 1 persen per tahun dan berkurang 50 persennya menjadi 8 persen pada tahun 2015. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal kkal/hari dan protein sebesar 52 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta meningkatkan keragaman konsumsi pangan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mendekati 100 pada tahun

76 SASARAN (Ljt) Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi masyarakat dengan menekan pelanggaran terhadap ketentuan keamanan pangan sampai 10 persen Prevalensi penduduk sangat rawan pangan (deficit konsumsi energy tingkat berat) menurun hingga 5 persen pada tahun 2015; Gizi kurang bukan masalah kesehatan masyarakat, dengan prevalensi gizi kurang turun 1- hingga 2% per tahun dan prevalensi gizi buruk turun dari 5.4% menjadi 2.5% pada tahun 2015 Menguatnya kelembagaan ketahanan pangan dan gizi di pedesaan , khususnya PKK, Posyandu dan lembaga cadangan pangan komunitas Terimplementasikannya dengan baik Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi pada setiap kabupaten/kota pada tahun 2015.

77 KEBIJAKAN Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang Peningkatan status gizi masyarakat Peningkatan mutu dan keamanan pangan

78 1. Arah kebijakan Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
Menjamin ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan keragaman untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah kesehatan dan gizi seimbang Mengembangkan dan memperkuat kemampuan dalam pemupukan dan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat hingga di tingkat desa dan atau komunitas Meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan air.

79 2. Arah kebijakan Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan
Meningkatkan daya beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan perdagangan pangan melalui pengembangan sarana dan prasarana distribusi dan menghilangkan hambatan distribusi pangan antar daerah Mengembangkan teknologi dan kelembagaan pengolahan dan pemasaran pangan untuk menjaga kualitas produk pangan dan mendorong peningkatan nilai tambah Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan kelembagaan ekonomi perdesaan dalam rangka mengembangkan skema distribusi pangan kepada kelompok masyarakat tertentu yang mengalami kerawanan pangan

80 3. Arah kebijakan Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang
Meningkatkan kemampuan rumahtangga dalam mengakses pangan untuk kebutuhan setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dan halal dikonsumsi dan bergizi seimbang Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan; Mengembangkan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya melalui peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program suplementasi zat gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan dan gizi Meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin terutama anak-anak dan ibu hamil yang bergizi kurang.

81 4. Arah kebijakan Peningkatan status gizi masyarakat
Mengutamakan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral) Memprioritaskan pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya Meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya keterpaduan kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan sektor kesehatan, pertanian, industri, perdagangan, pendidikan, agama, serta pemerintahan daerah.

82 5. Arah kebijakan Peningkatan mutu dan keamanan pangan
Meningkatkan pengawasan keamanan pangan Melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan keamanan pangan Meningkatkan kesadaran produsen, importir, distributor dan ritel terhadap keamanan pangan Meningkatkan kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan, Mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna makanan yang aman dan tidak memenuhi syarat kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan menengah produsen makanan dan jajanan.

83 STRATEGI A. Strategi Memantapkan Ketersediaan Pangan berbasis Kemandirian Peningkatan Kapasitas produksi domestik, melalui : (1) pengembangan produksi pangan sesuai dengan potensi daerah, (2) peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan dengan teknologi spesifik lokasi, (3) pengembangan dan menyediakan benih/bibit unggul dan jasa alsintan, (4) peningkatan pelayanan dan pengawasan pengadaan sarana produksi, (5) peningkatan layanan kredit yang mudah diakses petani Pelestarian sumberdaya lahan dan air, melalui : (1) pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian untuk mewujudkan lahan abadi, (2) sertifikasi lahan petani, (3) konservasi dan rehabilitasi sumberdaya lahan dan air pada daerah aliran sungai (DAS), (4) pengembangan sistem pertanian ramah lingkungan (agroforestry dan pertanian organik), (5) pemantapan kelompok pemakai air untuk peningkatan pemeliharaan saluran irigasi, (6) penataan penggunaan air untuk pertanian, pemukiman dan industri, (7) pengembangan sistem informasi bencana alam dalam rangka Early Warning System (EWS), (8) rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam, (9) perbaikan dan peningkatan jaringan pengairan

84 Penguatan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat/komunitas, melalui: (1) pengembangan sistem cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 (tiga) bulan , (2) pengembangan cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan tidur, tanaman bawah tegakan perkebunan), (3) menguatkan kelembagaan lumbung pangan masyarakat dan lembaga cadangan pangan komunitas lainnya, (4) pengembangan sistem cadangan pangan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ataupun lembaga usaha lainnya

85 B. Strategi Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang berbasis pada pangan lokal Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masayarakat untuk peningkatan daya beli pangan beragam dan bergizi seimbang Peningkatan kelancaran distribusi dan akses pangan, melalui: (1) peningkatan kualitas dan pengembangan infrastruktur distribusi, (2) peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pasca panen, (3) pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah dan membuka daerah yang terisolir, (4) pengembangan sistem informasi pasar, (5) penguatan lembaga pemasaran daerah, (6) pengurangan hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak resmi, (7) pencegahan kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan, (8) pemberian bantuan pangan pada kelompok masyarakat miskin dan yang terkena bencana secara tepat sasaran, tepat waktu dan tepat produk;

86 Penjaminan Stabilitas Harga Pangan, melalui : (1) pemberlakuan Harga Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis , (2) perlindungan harga domestik dari pengaruh harga dunia melalui kebijakan tarif, kuota impor, dan/ pajak ekspor, kuota ekspor pada komoditas pangan strategis, (3) pengembangan Buffer stock Management (pembelian oleh pemerintah pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis, (4) pencegahan impor dan/ ekspor illegal komoditas pangan, (5) peningkatan dana talangan pemerintah (propinsi dan kabupaten/kota) dalam menstabilkan harga komoditas pangan strategis, (6) peningkatan peranan Lembaga pembeli gabah dan Lembaga usaha ekonomi pedesaan, (7) pengembangan sistem tunda jual , (8) pengembangan sistem informasi dan monitoring produksi, konsumsi, harga dan stok minimal bulanan Peningkatan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin (misalnya Raskin) dan mengembangkan pangan bersubsidi bagi kelompok khusus yang membutuhkan terutama anak-anak dan ibu hamil yang bergizi kurang

87 C. Strategi Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang berbasis pada pangan lokal Pengembangan dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal melalui pengkajian berbagai teknologi tepat guna dan terjangkau mengenai pengolahan pangan berbasis tepungumbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya Pengembangan bisnis pangan untuk peningkatan nilai tambah ekonomi, gizi dan mutu ketersediaan pangan yang beragam dan bergizi seimbang melalui penguatan kerjasama pemerintah-masyarakat-dan swasta; Pengembangan materi dan cara ajar diversifikasi konsumsi pangan dan gizi sejak usia dini melalui jalur pendidikan formal dan non formal

88 Penguatan pola konsumsi pangan lokal yang didaerah dan kelompok masyarakat tertentu telah beragam;
pengembangan aspek kuliner dan daya terima konsumen, melalui berbagai pendidikan gizi, penyuluhan, dan kampanye gizi untuk peningkatan citra pangan lokal, serta peningkatan pendapatan dan pendidikan umum. Pengembangan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya melalui peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program suplementasi zat gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A;

89 D. Strategi Peningkatan status gizi masyarakat, melalui
Peningkatan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin yang terintegrasi dengan program penanggulangan kemiskinan dan keluarga berencana, dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral) yang diprioritas pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya; Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi tentang gizi dan kesehatan guna mendorong terbentuknya keluarga dan masyarakat sadar gizi yang tahu dan berperilaku positif untuk mencegah gangguan kesehatan karena kelebihan gizi seperti kegemukan dan penyakit degeneratif lainnya

90 Penguatan kelembagaan pedesaan seperti Posyandu, PKK, dan Dasa Wisma dalam promosi dan pemantauan tumbuh kembang anak dan penapisan serta tindak lanjut (rujukan) masalah gizi buruk; Peningkatan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya keterpaduan kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan sektor kesehatan, pertanian, industri, perdagangan, pendidikan, agama, serta pemerintahan daerah untuk promosi keluarga sadar gizi, pencegahan dan penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk secara dini dan terpadu.

91 F. Strategi Peningkatan mutu dan keamanan pangan, melalui
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan pangan di tingkat rumahtangga, industri rumahtangga dan UKM serta importir, distributor dan ritel serta pemahaman tentang implikasi hukum pelanggaran peraturan keamanan pangan yang berlaku; Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dengan melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan keamanan pangan, law enforcement bagi produsen, importir, distributor dan ritel yang melakukan pelanggaran terhadap keamanan pangan; Peningkatan kesadaran dan perlindungan konsumen terhadap keamanan pangan

92 TAHAP PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN KE DEPAN
Kemandirian pangan Waktu Orientasi Kecukupuan energi Bisnis pangan Orientasi kecukupan energi Orientasi kualitas pangan Orientasi bisnis pangan Bisnis pangan Mutu Pangan Mutu pangan Kita masih disini Kemandirian Pangan : penurunan impor, peningkatan cadangan pangan, stabilisasi harga Kecukupan energi : kecukupan energi termasuk protein dan penurunan masy awan pangan Mutu Pangan : peningkatan mutu dan gizi mayarakat termasuk gizi mikro & keamanan pangan Bisnis Pangan : pengembangan agroindusti pangan dan pangan lokal

93 TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA


Download ppt "INDONESIA TAHAN PANGAN DAN GIZI 2015 Dewan Ketahanan Pangan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google