FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG EVALUASI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
8 KLAS BAHAN PAKAN INTERNASIONAL HIJAUAN KERING DAN JERAMI PASTURE, HIJAUAN SEGAR SILASE BUKAN SILASE BIJI-BIJIAN, KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN SUMBER ENERGI : PK < 20 % SK < 18 % NDF < 35 % SUMBER PROTEIN : PK ≥ 20 % SUMBER MINERAL SUMBER VITAMIN ADITIF ANALISIS PROKSIMAT → KLAS BAHAN → TDN
ANALISIS DAN EVALUASI PAKAN KUALITAS BAHAN PAKAN FISIK KIMIAWI MELIHAT KANDUNGAN FISIK KHIMIKALIA < AKURAT > AKURAT CEPAT DAN MUDAH BIAYA DAN WAKTU >>
ANALISIS FISIK MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS MIKROSKOP SAAT PEMBELIAN PAKAN MENDAPATKAN KUALITAS PAKAN YANG BAIK ADANYA PEMALSUAN Σ BAHAN PALSUAN Σ KONTAMINAN KONSENTRAT : HIJAUAN : UTUH/PECAH BK≤88 % BEBAS JAMUR WARNA RASIO BATANG/DAUN BEBAS JAMUR BAU, WARNA, BK
MIKROSKOP PENGENALAN KUALITATIF PENGENALAN BAHAN PAKAN BERDASARKAN SIFAT FISIK YANG KARAKTERISTIK WARNA, BENTUK, UKURAN PARTIKEL, TEKSTUR DIKETAHUI KEMURNIAN BAHAN STEREO MIKROSKOP (50X PEMBESARAN) PEMERIKSAAN KUANTITATIF TUJUAN MENGETAHUI ADA TIDAKNYA PEMALSUAN DILANJUTKAN BANYAKNYA BAHAN PALSUAN 2 CARA FAKTOR BAHAN + TEKNIK PEMISAHAN
ANALISIS KIMIA TUJUAN : 1. MENGETAHUI KOMPOSISI KIMIA 2. ZAT-ZAT ANTI NUTRISI MACAM : 1. ANALISIS PROKSIMAT (WEENDE) 2. ANALISIS SERAT (VAN SOEST) 3. BOMB CALORIMETER 4. CHROMATOGRAPHY 5. SPECTOFOTOMETRY 6. ANALISIS AA
ZAT MAKANAN = NUTRIEN Adalah : penyusun bahan pakan yang mempunyai komposisi kimia serupa yang dibutuhkan untuk hidup dan produksi, terdiri dari protein, karbohidrat, vitamin dan mineral serta air air BM Protein Lemak KH vitamin BK bahan organik BETN SK bahan an-organik
Analisa Proksimat scr Skematik Air Bahan Pakan B.Anor Mineral BK PK BO LK B.Tanpa N SK KH BETN 2017/10/31 NTDBMT
ANALISIS PROKSIMAT AIR ABU/MINERAL/bhn anorganik EE/LK PK (N X 6,25) SK BETN : 100-(AIR+ABU+EE+PK+SK)
Keuntungan Sederhana Menghasilkan analisis garis besar Semua Lab. Menggunakan Dapat menghitung TDN Kerugian Tidak mencerminkan zat makanan secara individual Hasil kurang tepat SK + LK BETN
ANALISIS ENERGI BOMB CALORIMETER ZAT MAKANAN DIBAKAR SEMPURNA CO2+H2O+GAS GE KANDUNGAN ENERGI 1. DE 2. ME 3. NE NEm NEl Neg 4. TDN
EKSPRESI PROTEIN PK DP AA RDP (Rumen Degradable Protein) IDP (Intestine Digestible Protein)
ANALISIS SERAT (VAN SOEST) EVALUASI HIJAUAN DETERJEN ISI SEL LARUT DINDING SEL SELULOSA HEMISELULOSA LIGNIN SILIKA
2. Van Soest Method Sodium lauril sulfat (ND) AD (CTAB dlm 1 N H2SO4) Bh. Makanan Sodium lauril sulfat (ND) Isi sel (NDS) Dd. Sel (NDF) AD (CTAB dlm 1 N H2SO4) Hemisel, dd. Sel mgd N (ADS) Lignosellulosa (ADF) H2SO4 72 % Sellulosa Lignin 2017/10/31 NTDBMT
2017/10/31 NTDBMT
GC LC HPLC CHROMATOGRAFI SEDERHANA KROMATIGRAFI KERTAS CROME LAPIS TIPIS KROMATOGRAFICAIR KINERJA TINGGI
APLIKASI GC ANALISA VFA ANALISA ASAM LEMAK ANALISA RESIDU PESTISIDA ANALISA ALKOHOL ANALISA MINYAK ATSIRI ANALISA FLAVOR ANALISA HIDROKARBON ANALISA STEROID ANALISA POLUSI UDARA ANALISA ASAM LAKTAT
APLIKASI HPLC ANALISA AA ANALISA ASAM ORGANIK ANALISA AFLATOKSIN ANALISA TANIN ANALISA MIMOSIN ANALISA VITAMIN ANALISA HCN
APLIKASI SPECTOFOTOMETRI MINERAL VITAMIN ANTITRIPSIN UREA DARAH DERIVAT PURIN
EVALUASI PAKAN IN VIVO IN SACCO IN VITRO
IN VIVO KECERNAAN NUTRIEN RETENSI N KONSUMSI NUTRIEN PALATABILITAS KEUNTUNGAN KERUGIAN KECERNAAN NUTRIEN RETENSI N KONSUMSI NUTRIEN PALATABILITAS SELEKTIFITAS DERIVAT PURIN SINTESIS PROTEIN MIKROBA
IN SACCO DEGRADASI PROTEIN PADA MASING-MASING ALAT PENCERNAAN KEUNTUNGAN KERUGIAN DEGRADASI PROTEIN PADA MASING-MASING ALAT PENCERNAAN KELARUTAN PROTEIN (RDP) LAJU DEGRADASI LAJU ALIRAN PARTIKEL & CAIRAN PROFIL AA SINTESIS PROTEIN MIKROBA
IN VITRO KECERNAAN NUTRIEN METABOLISME ZAT INTERMEDIER KEUNTUNGAN KERUGIAN KECERNAAN NUTRIEN METABOLISME ZAT INTERMEDIER AKTIFITAS MIKROBA RUMEN BIOENERGETIC FERMENTASI RUMEN PENGGUNAAN NPN
EVALUASI PAKAN KECERNAAN Kecernaan = X 100% Metode Indikator Prinsipnya % indikator dalam sampel pakan dan feses setiap ternak ditentikan. Contoh : Jika konsentrasi indikator meningkat dari 1% dalam BK pakan menjadi 2% dalam feses, maka 50% dari BK telah dicerna dan diabsorbsi. Metode Laboratorium (In Vitro) Fase I : Sampel pakan yang telah digiling di inkubasi dengan buffer cairan rumen dalam tabung fermentor dalam kondisi an aerob selama 48 jam. Fase II : Bakteri dibunuh dengan asam HCl (pH 2) dan kemudian dicerna dengan PEPSI selama 48 jam. Residu yang tidak dicerna disaring dikeringkan dan dibakar (diabukan) untuk menentukan BO yang tercerna. Kecernaan = X 100% % indikator dlm feses pakan
Contoh : - Domba mengkonsumsi BK Hay 1,63 Kg Metode In Sacco Metode In Vivo SISTEM TDN SISTEM ENERGI PAKAN Contoh : - Domba mengkonsumsi BK Hay 1,63 Kg Kandungan energi 4,30kkal/g (konsumsi energi = 7009 kkal/hr) - 0,76 Kg feses (BK) mengandung energi 4,48 kkal/g (= 3405 kkal/hr) Kecernaan energi = X 100 = 51,4% Kandungan energi tercerna BK Hay = X 4,30 kkal = 2,21 kkal/g - GE - DE - ME - NE 7009 – 3405 7009 51,4 100
DAYA CERNA Daya cerna (kecernaan) : Bagian zat makanan dari bahan makanan yang tidak diekskresikan dalam feses, dengan asumsi bahwa zat makanan yang tidak terdapat dalam feses habis dicerna dan diserap oleh tubuh ternak. atau persentase dari makanan yang masuk saluran pencernan dan diserap oleh tubuh. Daya Cerna ada 2: Daya Cerna Semu (Apparent Digestion Coefficient / ADC) Daya cerna semu (ADC) BK = ADC PK = X 100% Daya Cerna Sejati (True Digestion Coeffficient / TDC) Daya cerna sejati (TDC) PK : = X 100% Konsumsi BK – BK feses Konsumsi BK X 100% Konsumsi BK X %PK – BK feses X % PK feses Konsumsi BK X % PK Konsumsi PK – (PK feses – MFN X 6,25) Konsumsi PK
Konsumsi N – (N feses + N urine) Nilai biologis = X 100% Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Cerna : Ternak : - Spesies ternak (Ruminansia / Non ruminansia) - Umur ternak - Keragaman abtar individu ternak Pakan : - Level pemberian pakan (level pemberian pakan meningkat / konsumsi meningkat pakan lebih cepat meninggalkan saluran pencernaan sehingga memperkecil kesempatan mikroba & enzim pencernaan untun mencerna pakan daya cerna turun - Komposisi kimia pakan PK pakan tinggi meningkatkan DC SK SK pakan tinggi menurunkan DC zat makanan lain - Komposisi ransum Terjadi efek asosiatif antara bhan pakan yang dikonsumsi - Preparasi bahan pakan (bentuk fisik) Dicacah (choping), digiling (grinding), dimasak (cooking), dipelet (pelleting), dibuat wafer (wafering)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecernaan: Komposisi kimia pakan Kandungan SK sangan berpengaruh terhadap kecernaan. Pakan yang mengandung PK 6%, maka kecernaan PK tidak dapat lebih besar dari 50%. PK pakan 12%, maka MFN relatif lebih kecil dan kecernaan maksimum 75%. PK pakan <3% akan menurunkan suplai PK tercerna pada ternak. Komposisi ransum Kecernaan ransum tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi pakan itu sendiri, ttp juga oleh pakan yang lain yang dikonsumsi (Associative Effect). Keseimbangan nutrisi (contoh : akibat banyak karbohidrat terlarut akan menekan kecernaan selulossa). Preparasi pakan Chopping - Pelleting Grinding Crushing Cooking
CARA PENENTUAN DAYA CERNA Faktor ternak Spesies Umur Sex Level pakan CARA PENENTUAN DAYA CERNA Latar belakang Untuk mengevaluasi bahan pakan ternak ruminansia antara lain dengan menentukan nilai kecernaan. Kecernaan : Bagian zat makanan yang tidak diekskresikan kedalam feses. Ditentukan dengan Metode : In Vitro : Untuk mengetahui kecernaan bahan pakan dengan mempergunakan peralatan di laboratorium. Dapat mengevaluasi sejumlah bahan pakan sekaligus.
In Vivo : Untuk mengetahui kecernaan bahan pakan dengan mempergunakan ternak percobaan. Jumlah bahan pakan yang dievaluasi terbatas. Memerlukan sejumlah ternak percobaan. In Sacco : Untuk mengetahui kecernaan bahan pakan dengan memasukkan sampel ke dalam kantong nilon, kemudian dimasukkan ke dalam rumen lewat fistula selama waktu tertentu. Dapat mengevaluasi sejumlah bahan pakan sekaligus. Hanya membutuhkan beberapa ekor ternak ruminansia yang berfistula. Untuk mengetahui laju degradasi oleh mikroba rumen (jumlah pakan yang dicerna per unit waktu) Tingkat dan besarnya degradasi bahan pakan dengan cepat diketahui. Selain itu bisa dengan menggunakan indikator
Efektivitas Laju Degradasi, Tingkat Koefisien Cerna dan Waktu Tinggal Ditentukan Oleh : Ukuran partikel pakan. Mastikasi dan ruminasi. Efektivitas kecepatan komponen yang terfermentasi. Jumlah dan perbandingan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Jumlah pakan yang dikonsumsi. Jumlah air yang diminum. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Kecernaan Secara In Sacco : Ukuran porositas kantong. Berat sampel. Perbandingan luas areal kantong dengan berat sampel (menentukan Σ MO yang melekat pada sampel). Ternak. Pakan.
Ukuran Optimum dari Kantong Dipengaruhi Oleh : Ukuran kantong relatif cukup besar untuk menampung sampel, menjamin cairan rumen dapat masuk dan bercampur dengan sampel. Kantong harus mampu untuk dimasukkan dan dan dikeluarkan dari kanula rumen dengan mudah.
Daya Cerna In Vitro (Metode Laboratoris) penetuan daya cerna dengan cara membuat proses pencernaan tiruan di laboratorium dari sistem pencernaan ternak rumunansia. a.l : - Kondisi An Aerob - Suhu 39˚C - pH 6,9-7,0 - Saliva buatan (larutan Mc. Dougalls) - Cairan rumen - Pemberian enzim pepsin-HCl - Gerakan rumen Prinsipnya SBB : 0,5 gr sampel kering (giling) difermentasi di dalam campuran saliva buatan dan cairan rumen (1:4) pada suhu 39˚C, pH 6,9-7,0, kondisi an aerob selama 48 jam. Sisanya dihidrolisa dengan pepsin HCl selama 48 jam. Kemudian ditentukan % BK dan % Abu sehingga bisa ditentukan % BO dan daya cerna BK dan BO.
Macam-macam Teknik In Vitro : Tilley and Terry Tilley and Terry yang dimodifikasi oleh Moore Tilley and Terry yang dimodifikasi oleh Barnes Troelsen Segi Positif Daya Cerna In Vitro : Dapat mengevaluasi sejumlah bahan pakan sekaligus. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit. Memerlukan ternak sedikit. Segi Negatif : Sulit mengontrol aktivitas mikroba (diatasi dengan selalu mengikut sertakan sampel standar). Pencernaan In Vitro Terdiri atas 2 Fase : Fase Pencernaan Fermentatif Sampel bahan pakan difermentasi secara an aerob dalam cairan rumen dan saliva buatan pada suhu 39˚C dan pH 6,9-70 selama 48 jam. Fase Pencernaan Hidrolisis / Enzimatis Pencernaan oleh larutan asam HCl-pepsin (pencerna protein) pada kondisi aerob selama 48 jam.
Daya Cerna In Sacco atau In Situ atau Nylon Bag Penetuan daya cerna bahan pakan dengan cara memasukkan sampel ke dalam kantong nilon yang difermentasi ke dalam rumen melalui fistula selama waktu tertentu. Segi Positif : Dapat mengevaluasi sejumlah pakan sekaligus. Hanya membutuhkan beberapa ekor ternak ruminansia berfistula. Laju degradasi oleh mikroba rumen dapat diketahui (Jumlah pakan yang dicerna per Unit waktu). Tingkat dan besarnya degradasi bahan pakan dengan cepat diketahui. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Daya Cerna In Sacco : Ukuran porositas kantong. Berat sampel. Perbandingan luas areal kantong dengan berat sampel (akan menentukan Σ mikroba yang melekat pada sampel). Ternak. Pakan yang diberikan.
MATERI DAN METODA Prinsip : Suatu metoda untuk mendapatkan informasi dasar temtang nilai nutrisi pakan (kecernaan) dan untuk melihat kemampuan ekosistem rumen dalam mencerna pakan dengan cara menempatkan kantong nilon yang berisi sampel pakan di dalam rumen selama waktu tertentu. Metoda yang digunakan untuk penetuan laju degradasi secara In Sacco menurut Bhargava dan Ørskov (1987). Alat dan Bahan : Ternak domba berfistula (ø 40mm) sebanyak 3 ekor). Sampel pakan kering yang digiling (2,5 mm). Kantong nilon (porositas 40 μ, ukuran 90 X 140 mm) atau > kecil / besar tergantung jumlah sampel dan jenis ternak. Pipa plastik (ø 0,32 X 0,16 ; panjang 35 cm) Pinset. Tali karet. Tongkat kecil dari stainless steel.
Cara Penetuan : % BK sampel : Dengan meninbang sampel kering yang digiling ± 3 gr dimasukkan kantong nilon dan dioven pada suhu 60-65˚C selama 48 jam. % BK tercuci : Dengan meninmbang sampel kering yang digiling ± 3 gr (duplo) yang dimasukkan kantong nilon dan diikatkan pada pipa plastik, kemudian dicuci dengan mesin pencuci. Tali karet dilepas kemudian kantong + residu dioven pada suhu 60-65˚C selama 48 jam, beratnya ditimbang. % BK yang terdegradasi : Dengan menimbang sampel ± 3 gr, dimasukkan kantong nilon sesuai dengan lama inkubasi yang dikehendaki dan diikatkan pada pipa plastik, kemudian dimasukkan ke dalam rumen domba yang berbeda dan sesuai dengan lama inkubasinya (8, 16, 24, 36, 48, 72, 96 jam). Setelah waktu inkubasi selesai pipa plastik ditarik, dibersihkan dengan air dingin, dicuci dalam mesin cuci, karet dilepas, dikeringkan dalam oven (60-65˚C, 48 jam), berat kantong + residu ditimbang.
% BO yang terdegradasi : Dengan cara menimbang residu ± 2 gr (2X) dimasukkan cawan dan dioven (105˚C selama 48 jam), timbang beratnya. Dimasukkan tanur (600 ˚C, selama ± 4 jam / warna putih), timbang beratnya. Perhitungan Penentuan % BK - BK yg tercuci / terdegradasi =
Penentuan % BO - % BO Sampel : - % BO Residu :
- % BO yang tercuci / terdegradasi :
Untuk menghitung jumlah yang didegredasi pada waktu t dengan persamaan eksponensial menurut Ørskov dan Mc Donald (1979) : p = a+b (1-c-ct) t ≥ 0 Ket : p = Jml. Yg didegradasi pada waktu t. a = Bag. Dari bahan yang larut / tercuci oleh air (intersep dari kurva degradasi pada waktu t0). b = Bag. Yang dapat didegradasi dari bahan yang tidak larut. c = Laju degradasi dari bagian yang tidak larut (per jam). a+b = Besarnya potensi degradasi bahan.
Persamaan Eksponensial Waktu (jam) b c Persamaan Eksponensial (Ørskov dan Mc Donald, 1979) p = a+b (1-c-ct) t ≥ 0 % yg Terdegradasi Keterangan : p = Jml. Yang didegradasi pada waktu t. a = Bagian dari bahan pakan yang larut / tercuci oleh oleh air (intersep dari kurva degradasi pada waktu t0). b = Bagian yang tidak larut tetapi dapat didegradasi. c = Laju degradasi dari bagian yang tidak larut (%/jam). a+b = Besarnya potensi degradasi bahan.
100 80 60 40 20 a=a1 % N yg terdegradasi 100 80 60 40 20 a1 a a1 a
DAYA CERNA IN VITRO : Penetuan kecernaan bahan pakan dengan mempergunakan ternak percobaan. Segi positif : 1. Dapat diketahui daya cerna zat makanan. 2. Lebih menggambarkan daya cerna sebenarnya. Segi negatif : 1. Jumlah pakan yang dievaluasi terbatas. 2. Memerlukan sejumlah ternak percobaan. 3. Memerlukan bahan pakan dalam jumlah banyak. 4. Memerlukan kandang metabolis. Metode Koleksi Total (cara langsung). Masa pendahuluan (preliminary) atau masa adaptasi. Lama ± 10 hari. Tujuan : - Membiasakan ternak dengan bahan pakan yang diteliti. - Memberikan kesempatan mikroba rumen beradaptasi. - Menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya. Diberi pakan yang akan diteliti.
Ditentukan denagn analisis Metode indikator (marker) = cara tidak langsung. Yaitu penetuan daya cerna bahan pakan dengan mengguanakan indikator. Diperlukan analisis kandungan zat-zat makanan dalam pakan dan feses serta % indikator dalam pakan dan feses. Syarat indikator. Tidak dapat dicerna. Mudah ditemukan kembali dalam feses. Melalui alat pencernaan dalam kecepatan konstan. Indikator ada 2 macam: Interna (secara alamiah terdapat dalam bahan pakan) Lignin SiO2 Eksterna (tidak menjadi bagian dari bahan pakan) CrO3 (chrome green) - PEG (poly ethylene glikol) Fe2O3 (feri oksida) - Karet gelang, plastik. Brilliant green Crystal violet Cr-EDTA (chrome ethylene diamine tetra acetic acids) Ditentukan denagn analisis Van Soest
Pada indikator Cr2O3 tidak 100% ditemukan kembali dalam feses tetapi hanya 94,2%, oleh karena itu sebagai pengganti angka 100 digunakan rumus SBB : % indikator yg ditemukan % indikator dlm pakan % zat mkn dlm feses X X DC zat mkn = 100 - % indikator dlm feses % zat mkn dlm pakan X
Quality Control : 1. Pengertian kontrol kualitas 2. Pemalsuan bahan pakan 3. Pengujian yang dilakukan 4. Cara pengambilan sampel
Resiko Kesalahan Kualitas Pakan - Tinggi : Mutu bahan baku jelek - Sedang : Kesalahan dalam proses produksi - Rendah : Kesalahan formulasi 31 October 2017
REFERENSI : karakeristik fisik
Uji Kimia
JAGUNG KUNING
STANDAR KUALITAS JAGUNG Kadar Air : Max. 15% Aflatoksin : Max 150 ppb Biji Berjamur : Max. 5% Biji Pecah+Mati+Biji Asing : Max. 10% Total Screen Test : Max. 15% Aflatoksin dalam feed : Max. 50 ppb
CARA PENGUKURAN %KADAR AIR (SEDERHANA TAPI TIDAK DIANJURKAN) ALAT : TIMBANGAN LITERAN PENGGARIS CARA : TUANGKAN JAGUNG KE DALAM LITERAN (TANPA DIPADATKAN) DIPERESKAN DENGAN PENGGARIS DITIMBANG GRAM/LITER
CARA PENGUKURAN %KADAR AIR (LANJUTAN 1) 24 – 28% 653 19 – 24% 682 12 – 17 % 721 %KA GRAM/LITER (+/-)
Zona Temperatur Respon RESPON KUTU TERHADAP TEMPERATUR Zona Temperatur Respon Kematian 45 – 60oC Mati dalam beberapa menit 45 – 50oC Mati dalam beberapa jam Sub-optimal 35oC Berhenti berkembang biak 33 – 34oC Berkembang biak perlahan Optimal 25 – 33oC Berkembang biak maksimal Sub-optimal 20 – 24oC Berkembang biak perlahan 13 – 19oC Berhenti berkembang biak Kematian 5oC Tidak bergerak, mati dlm beberapa hari (-10) – 5oC Mati dlm beberapa minggu-bulan (-25) – (-10)oC Mati dlm beberapa menit, kutu membeku
DEDAK PADI
KOMPOSISI DEDAK PADI Kulit Ari/Bran 75 – 80% Menir Dedak Padi 5 – 10% Sekam 15%
KANDUNGAN NUTRISI DEDAK PADI Kadar air : 10.0 – 13.0% Protein kasar : 11.5 – 12.5% Lemak kasar : 10.0 – 15.0% Serat kasar : 10.0 – 14.0% Abu : 9.0 – 12.0% Energi (ME) : 2200 kkal/kg
Tips untuk memilih katul yang baik dengan cara cepat yaitu dengan : Uji remas, untuk merasakan tekstur katul, jika di rasakan ada ketidakwajaran (terlalu kasar/terlalu halus) bisa dilakukan test-test berikutnya Uji Apung, dengan cara memasukkan katul kedalam air, jika banyak pertikel yang mengapung maka diduga banyak kontaminasi sekam/jerami giling. Uji densitas, pada umumnya hasil test densitas katul dilaboratorium berkisar yaitu 0.35 g/ml – 0.40 g/ml, jika densitasnya ekstrim diatas densitas normal bisa diduga ada kontaminasi tepung kapur, atau jika ekstrim dibawah normal bisa diduga katul tersebut terkontaminasi dengan sekam/jerami giling. Test Phloroglucinol
TES KONTAMINASI SEKAM/ KADAR SEKAM PHLOROGLUCINOL TEST TES KONTAMINASI SEKAM/ KADAR SEKAM
Kerusakan & Penurunan Kualitas Dedak Padi 1. Tengik: dedak padi mengandung lemak tinggi/mudah teroksidasi. 2. Asam: kadar airnya tinggi 3. Sekam tinggi: Daya cerna rendah 4. Panas : kadar air tinggi 5. Campuran: Tepung batu
WHEAT BRAN POLLARD
FRAKSI GANDUM GANDUM TEPUNG GANDUM WHEAT BRAN (73%) (11%) WHEAT MIDDLING (16%)
KANDUNGAN KIMIAWI Rentang Kadar air : 11.0 – 13.0% Protein kasar : 14.0 – 16.0% Lemak kasar : 3.0 – 5.0% Serat kasar : 9.5 – 12.0% Abu : 5.0 – 7.0%
TEPUNG IKAN (FISH MEAL)
Kandungan Kimiawi Rentang Kadar air : 5.5 – 8.5 % Protein kasar : 55.0 – 72.0 % Lemak kasar : 4.0 – 10.0 % Serat kasar : 0.5 – 1.5 % Abu : 15.0 – 26.0 % Fosfor : 2.5 – 4.0 % Kalsium : 4.0 – 7.0 %
Kadar air tepung ikan harus serendah mungkin untuk mendapatkan penyimpanan yang sesuai/baik. Kadar air yang tinggi menyebabkan tepung ikan mengalami dekomposi (pembusukan) lebih cepat khususnya lemak
Kadar kalsium dan fosfor yang tinggi menunjukkan kandungan tulang-sisik yang tinggi Tulang dan sisik mudah dideteksi melalui mata telanjang/mikroskop; Kandungan tulang-sisik menjadi pertimbangan kualitas
Kandungan Kimiawi Rentang TEPUNG UBI KAYU/SINGKONG (CASSAVA MEAL/CHIPS Kadar air : 11.0 – 15.0 % Protein kasar : 0.9 – 2.5 % Lemak kasar : 0.2 – 0.4 % Serat kasar : 2.3 – 3.6 % Abu : 1.5 – 4.0 %
Bungkil kedelai
Bungkil Kedelai Bungkil Sawit Bungkil Kelapa Gambar . Perbandingan Penampakan Bahan dari Industri A dan Industri B
Sifat Fisik Pakan Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk Diketahui, seperti ukuran, bentuk, struktur, tekstur, warna, sifatsifat optik dan penampakan, kemudian sifat-sifat yang menyangkut dengan panas, seperti panas jenis, panas laten, konduktifitas, dan difusi panas juga seperti elastisitas dan kekentalan. Keberhasilan teknologi pakan, homogenitas pengadukan ransum,laju aliran pakan dalam organ pencernaan, proses absorbsi dan deteksi kadar nutrien semuanya terkait erat dengan sifat fisik pakan .
Ada 6 sifat fisik pakan yang penting, yaitu: 1.berat jenis : massa bhn per volume (kg/m3) 2.kerapatan tumpukan : berat bhn per volume ruang(kg/m3) 3. Kerapatan pemadatan tumpukan : berat setelah dipadatkan per volume ruang yang ditempati (kg/m3) 4. sudut tumpukan (derajat) 5. daya ambang 6. faktor higroskopis. Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk jika bahan dicurahkan dari suatu tempat pada bidang datar yang akan bertumpukan dan terbentuk suatu gundukan menyerupai kerucut Daya ambang adalah jarak yang ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah pada bidang datar selama jangka waktu tertentu, dengan satuan m/detik.
Uji kualitas secara organoleptik (panca indra) : 4 M : Melihat : penampakannya, Ada campuran benda asing ? Meraba : halus, kasar, kering, lembab, panas Mencium : segar, tengik, asam Merasakan : asain, tawar asam
Pengambilan sampel bahan baku Pengambilan sampel bahan baku merupakan tahap awal proses pemeriksaan dan pengujian bahan baku. Pengambilan sampel harus mewakili semua bahan baku pabrik. Ketepatan pengembilan sampel akan sangat berpengaruh terhadap kesimpulan apakah bahan baku ang dikirim sesuai dengan spesifikasi
Pengambilan Sampel Bahan Baku Bentuk Cair Bentuk Curah Bentuk Kemasan Sampel I Diujung karung yang terlhat Sampel II Disetiap karung Sampel I di 5 titik 2 bak depan 2 bak belakang 1 tengah bak Sampel II Saat akan dibongkar Tinggal setengah Hampir habis Kran bagian tangki bawah Tutup tangki aas Bagian ½ tangki Saat Saat dialirkan ke bak penyaringan
Skema Proses Pembelian Bahan Baku 1 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Keterangan : Penawaran Suplier, dengan membawa Contoh Bahan yang ditawarkan. Analisa (Lab) dilanjutkan dengan penentuan Harga dan Jangka Pembayaran Pengiriman, Cek (Lab) untuk sebagian karung bahan baku, kmd Timbang Truck Pembongkaran Bahan Baku sambil Cek Ulang per Karung. Pembayaran sesuai kesepakatan
Alur Kegiatan PMT Suplayer Gudang B-Baku Proses Gudang Stock B-Baku
PMT PT. INSAN Formulasi
Seputar Mesin Produksi Hummer Mill Mixer Pelletzing Pakan Mess Pakan Pellet
TERIMA KASIH