Emilia Gustini, SE. M.Si. Ak. CA BAB VIII ASET TETAP Oleh Emilia Gustini, SE. M.Si. Ak. CA Palembang, 2016
Pengertian Aset Tetap Yang dimaksud dengan aset tetap berwujud adalah aset-aset yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam operasi normal perusahaan. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan aset tetap dibatasi dengan “lebih dari satu periode akuntansi”
Klasifikasi Aset Tetap · Aset Tetap dengan umur terbatas Adalah aset tetap yang memberikan jasa penggunaan bagi operasi perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Aset semacam ini disebut depreciable assets Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain. Aset Tetap dengan umur tidak terbatas Adalah aset tetap yang tidak akan habis digunakan atau tidak diketahui kapan jasa yang diberikan oleh aset tetap tersebut akan habis Aset semacam ini disebut nondepreciable assets Contoh: Tanah
Pengeluaran Modal dan Pendapatan Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap dibagi menjadi dua: Pengeluaran modal (capital expenditure): pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure): pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode yang bersangkutan
Harga Perolehan Aset Tetap Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aset, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa; semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aset itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aset bermacam-macam, maka masing-masing jenis aset tetap mempunyai masalah khusus
Tanah Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah tidak digunakan dalam usaha perusahaan, maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari: Harga beli, komisi pembelian, bea balik nama, biaya penelitian tanah, pajak selama tanah belum dipakai, biaya merobohkan bangunan lama, biaya perataan tanah, pajak saat pembelian tanah.
Bangunan Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah: Harga beli, biaya perbaikan gedung sebelum dipakai, komisi pembelian, bea balik nama, pajak saat pembelian
Apabila gedung dibuat sendiri, maka harga perolehan gedung terdiri dari: Biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan gambar dll, biaya pengurusan ijin bangunan, pajak selama masa pembangunan, asuransi selama masa pembangunan. Alat perlengkapan gedung seperti; eskalator, lift dan lain-lain dicatat tersendiri dalam rekening alat-alat gedung dan didepresiasi selama umur ekonomis alat tersebut
Mesin dan Peralatan Yang menjadi harga perolehan mesin dan peralatan adalah: Harga beli, pajak yang menjadi beban pembeli, biaya angkut, asuransi selama dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Alat-alat Kerja Alat kerja yang dimaksud di sini adalah alat untuk mesin atau alat tangan seperti pukul besi, obeng, dll. Karena harga perolehannya relatif kecil, maka biasanya alat-alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlakukan sebagai berikut: Saat pembelian dikapitalisasi, kemudian tiap akhir periode dihitung fisiknya, selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode yang bersangkutan dan rekening alat-alat kerja dikredit Dikapitalisasi sebagai aset dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan normal, kemudian tiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya
Pattern (cetakan) Cetakan yang dipakai dalam beberapa produksi dicatat dalam rekening aset tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya. Tetapi jika hanya untuk produksi pesanan tertentu, harga perolehannya dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut
Perabot dan Alat-alat Kantor Perabot (meja, kursi, almari, dll) dan alat-alat kantor (komputer, kalkulator, dll) harus dipisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjualan dan administrasi, sehingga depresiasinya dibebankan ke masing-masing fungai tersebut. Harga perolehannya adalah; harga beli, biaya angkut, dan pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
Kendaraan Kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan berdasar fungsi yang berbeda. Harga perolehan kendaraan adalah; harga faktur, bea balik nama, dan biaya angkut. Pajak yang dibayar setiap periode seperti pajak kendaraan bermotor, jasa raharja dll dibebankan sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan didepresiasi selama umur ekonomis
Akuntansi Perolehan Aset Tetap Aset Tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara : Pembelian Aset: 1. Tunai (kas) 2. Kredit (angsuran) Perolehan dengan pertukaran (trade in) Perolehan dengan membangun sendiri Perolehan dengan hibah, bantuan, atau pemberian
1. Pembelian Tunai Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memeperoleh aset tetap termasuk harga faktur dan semua elemen biaya yang dikeluarkan agar aset tersebut siap dipakai. Dalam hal aset tetap diperoleh secara tunai, maka catatan pertama kali atas perolehan aset tetap adalah: Aset Tetap Rp xxx Kas Rp xxx
Pembelian secara Lump-Sum (Gabungan) Apabila dalam pembelian diperoleh lebih dari satu macam aset tetap, maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing jenis aset tetap. Menurut PSAK no 16: “Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan”.
Contoh: PT. EBAY membeli aset tetap dari sebuah perusahaan yang dalam proses likuidasi. Aset tetap yang dibeli terdiri dari tanah, bangunan dan mesin-mesin. Pembelian dilakukan secara paket (lumpsum) dengan harga Rp80.000.000,00. Harga pasar setiap AT tersebut diketahui sebagai berikut: Gedung : Rp.25.000.000,00 Tanah : 50.000.000,00 Mesin : 25.000.000,00
Maka harga perolehan masing AT yang diakui oleh PT Maka harga perolehan masing AT yang diakui oleh PT. EBAY dihitung dengan cara sebagai berikut: Gedung : Tanah : Mesin : Rp25.000.000,00 Rp100.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00 Rp50.000.000,00 Rp100.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp40.000.000,00 Rp25.000.000,00 Rp100.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00
2. Pembelian Angsuran Apabila AT diperoleh melalui pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan AT tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama periode angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.
Contoh PT. Sharesale membeli mesin seharga Rp5.000.000,00 pada tgl 1 Januari 2005. Pembayaran pertama Rp2.000.000,00 dan sisanya diangsur tiap tgl 31 Desember selama 3 tahun dengan bunga 12% per tahun. Pencatatan harga perolehan mesin dan pembayaran angsuran sebagai berikut:
1 Jan 2005 Pembelian mesin 31 Des 2005 Pembayaran Angs. I Rp1.000.000,00 Bunga: 12% x Rp3.000.000,00 360.000,00 Rp1.360.000,00 31 Des 2006 Pembayaran Angs. II Rp1.000.000,00 12% x Rp2.000.000,00 240.000,00 Rp1.240.000,00 31 Des 2007 Pembayaran Angs. III Rp1.000.000,00 12% x Rp1.000.000,00 120.000,00 Rp1.120.000,00 Mesin Rp5.000.000,00 Utang Rp3.000.000,00 Kas 2.000.000,00 Utang Rp1.000.000,00 Biaya 360.000,00 Kas Rp1.360.000,00 Biaya 240.000,00 Kas Rp1.240.000,00 Biaya 120.000,00 Kas Rp1.120.000,00
3. Perolehan Melalui Pertukaran Ditukar dengan surat berharga Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi tersebut. Apabila harga pasar saham atau obligasi tidak diketahui, maka harga perolehan AT ditentukan sebesar harga pasar AT tersebut. Jika harga pasar surat berharga maupun AT tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan
Pertukaran AT dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nominal dicatat dalam rekening agio/disagio. Contoh: PT. Clickbank menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa nominal @Rp10.000,00. Pada saat penukaran, harga pasar saham sebesar Rp11.000,00 per lembar.
Jurnal: Mesin Rp11. 000. 000,00 Modal saham biasa Rp10. 000 Jurnal: Mesin Rp11.000.000,00 Modal saham biasa Rp10.000.000,00 Agio saham 1.000.000,00 Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang, maka harga perolehan mesin adalah jumlah kas yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar.
Ditukar dengan Aset Tetap yang lain PSAK No. 16 menyatakan bahwa harga perolehan AT yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar AT yang dilepas atau yang diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar AT yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Jika nilai pasar AT lama maupun baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku AT lama yang akan digunalan sebagai dasar pengakuan.
Untuk pertukaran AT sejenis, maka PSAK No Untuk pertukaran AT sejenis, maka PSAK No. 16 menyatakan tidak mengakui adanya keuntungan atau kerugian. Sedang untuk pertukaran AT yang tidak sejenis, maka diakui adanya keuntungan atau kerugian.
Pertukaran Aset Tetap yang Tidak Sejenis Adalah pertukaran AT yang sifat dan fungsinya tidak sama, misalnya pertukaran tanah dengan mesin, tanah dengan gedung dll. Perbedaan antara nilai wajar AT yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan AT yang diperoleh pada tanggal transaksi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran.
Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar AT yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Jika nilai wajar AT yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan AT baru didasarkan pada nilai wajar AT baru.
Contoh: Awal tahun 2006 PT. Clickbank menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin sebesar Rp2.000.000,00, akumulasi depresiasi sampai dengan tanggal pertukaran sebesar Rp1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp500.000,00. Nilai wajar mesin tersebut sebesar Rp800.000,00 dan PT. Clickbank harus membayar uang sebesar Rp1.700.000,00. Maka harga perolehan truk adalah:
Nilai wajar mesin produksi :Rp 800.000,00 Uang tunai yg dibayarkan : 1.700.000,00 Harga Perolahan Truk :Rp2.500.000,00 Jurnal : Truk Rp2.500.000,00 Akumulasi depr. Mesin 1.500.000,00 Kas Rp1.700.000,00 Mesin 2.000.000,00 Laba pertukaran mesin 300.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp300.000,00 dihitung sebagai berikut: Nilai wajar mesin Rp800.000 Harga perolehan mesin Rp2.000.000 Akumulasi depresiasi mesin 1.500.000 500.000 Laba pertukaran mesin Rp300.000
Pedoman Pertukaran Aset tetap Aset dipertukarkan Aset sejenis Aset tidak sejenis Harga pasar dari nilai buku Lebih rendah Lebih tinggi Lebih tinggi Aliran kas membayar menerima Membayar/ menerima Kondisi rugi laba Laba Pengakuan rugi/laba Diakui total Diakui proposional Jumlah laba/rugi diakui HP - NB - (KM/HP) x (HP-NB) HP – NB Harga perolehan aset diterima HP + KK HP - KM NB + KK NB – KM + LBD HP +/- KK/KM HP = Harga Pasar Aset dilepas; NB = Nilai Buku Aset dilepas; KM = Kas Masuk; KK = Kas Keluar; LBD = Laba Diakui
Pembuatan sendiri Biaya perolehan suatu aktiva yang dikontruksi sendiri ditentukan dengan mengunakan prinsip yang sama seperti aktiva yang diperoleh. Jika perusahan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan usaha normal. Biaya perolehan aktiva biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual. Jadi perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh beban yang dikeluarkan untuk membuat aktiva tetap sampai siap untuk dioperasikan.
Contoh: PT Cemara hotel membuat kolam renang untuk melengkapi prasarana yang telah ada dengan beban-beban yang dikeluarkan sebagai berikut. Matrial Rp 19.000.000,- Beban TKL Rp 7.600.000,- Beban TL (overhead) Rp 1.800.000,- Jumlah seluruh beban Rp 28.400.000,-
Jurnal yang dibuat oleh PT Cemara hotel adalah : Matrial Rp 19.000.000,- Beban TKL Rp 7.600.000,- Beban TL (overhead) Rp 1.800.000,- Kas Rp 28.400.000,- (mencatat pembelian matrial dan pembayaran upah dan beban overhead).
Kolam renang dlm proses Rp 28.400.000, Material Rp 19.000.000,- Beban TK. langsung Rp 7.600.000,- Beban tak langsung Rp 1.800.000,- (mencatat pemakaian material, pembayaran upah dan beban tak langsung lainnya) Kolam renang Rp 28.400.000,- Kolam renang dlm peroses Rp 28.400.000,- (mencatat penyerahan kolam renang yang sudah selesai)
5. Pemberian Aktiva tetap diperoleh dari pemberian dari pihak lain , harga perolehan berdasarkan harga pasar atau nilai taksir yang wajar. CONTOH : Perusahan menerima hadiah dari pemerintah berupa tanah untuk alokasi usaha yang ditaksir seharga Rp 15.000.000,- Beban balik nama dan pematangan tanah Rp 2.000.0000,- dibayar tunai.
Jurnal : Tanah Rp 17.000.000,- Modal pemberian Rp 15.000.000,- Kas Rp 2.000.000,- (mencatat peneriman hadiah tanah dengan membayar beban baliknama dan pematangan tanah Rp 2.000.000,-)
PERHITUNGAN PENYUSUTAN Pengertian penyusutan atau depresiasi adalah proses alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa terbatas, dengan cara sistimatis kedalam periode-periode yang memperoleh manfaat aktiva tersebut.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap menurut Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP, 2007:73) yaitu : Metode garis lurus Metode Saldo Menurun Metode Jumlah Unit Produksi
Beban penyusutan dihitung dengan cara : METODE GARIS LURUS Suatu metode perhitungan penyusutan aset tetap dimana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata Beban penyusutan dihitung dengan cara : Beban penyusutan = Biaya Perolehan - Nilai Sisa Taksiran Manfaat Ekonomi
Contoh: Mesin dibeli dengan biaya perolehan sebesar Rp 10.100.000,- memiliki manfaat ekonomi selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp 100.000,-. Maka Beban penyusutan setiap tahunnya adalah: Beban penyusutan = Rp 10.100.000,- – Rp 100.000,- 5 Tahun = Rp 2.000.000,-/tahun
METODE SALDO MENURUN Suatu metode perhitungan penyusutan aset tetap dimana beban penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun Beban penyusutan dihitung dengan cara : Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan Dasar penyusutan yaitu nilai buku awal periode
Tarif penyusutan = 100% x 2 Contoh : Pada awal tahun 2011 diperoleh mesin dengan biaya perolehan sebesar Rp 13.000.000,- dan estimasi nilai sisa Rp 1.000.000,-.Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 5 tahun. Maka Beban penyusutan tahun 2011 adalah : Tarif penyusutan = 100% x 2 5 tahun = 40% Beban penyusutan = 40% x (13.000.000,- – 0) = Rp 5.200.000,-
CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN Akhir Tahun Biaya Perolehan Tarif Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 2011 13.000.000,- 40% 5.200.000,- 7.800.000,- 2012 3.120.000,- 8.320.000,- 4.680.000,- 2013 1.872.000,- 10.192.000,- 2.808.000,- 2014 1.123.000,- 11.315.000,- 1.685.000,- 2015 685.000,- 12.000.000,- 1.000.000,-
METODE JUMLAH UNIT PRODUKSI Suatu metode perhitungan penyusutan aset tetap dimana beban penyusutan dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan dengan menggunakan aset tetap tersebut dalam periode akuntansi Beban penyusutan dihitung dengan cara : Beban Penyusutan = Biaya Perolehan – Nilai Sisa Taksiran Jumlah Total Produk Yang Dapat Dihasilkan
Contoh : Pada awal tahun 2011 diperoleh mesin dengan biaya perolehan sebesar Rp 10.100.000,- dan estimasi nilai sisa Rp 100.000,-. Taksiran manfaat ekonomi sampai dengan memproduksi 100.000 ton. Mesin tersebut menghasilkan produksi pada tahun 2011 sebanyak 20.000 ton, tahun 2012 sebanyak 30.000 ton, tahun 2013 sebanyak 10.000 ton, tahun 2014 sebanyak 40.000 ton.Maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut : Beban penyusutan = Rp 10.100.000,- – Rp 100.000,- 100.000 ton = Rp 100,-/ton
CONTOH PENGHITUNGAN PENYUSUTAN DENGAN METODE JUMLAH UNIT PRODUKSI Akhir Tahun Biaya Perolehan Tarif per Ton Produksi per Ton Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku 2011 10.100.000,- 100,- 20.000 2.000.000,- 8.100.000,- 2012 30.000 3.000.000,- 5.000.000,- 5.100.000,- 2013 10.000 1.000.000,- 6.000.000,- 4.100.000,- 2014 40.000 4.000.000,- 10.000.000,- 100.000,-