SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGOBATAN HORMONAL PADA KASUS KEMAJIRAN
Advertisements

Siklus reproduksi bagian reproduksi veteriner fkh - unair.
RECORDING FKH - UNAIR.
GANGGUAN BIRAHI OLEH Wurlina Meles DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER
KARENA FAKTOR HORMONAL
Tri Lestari Handayani, SKp.,M.Kep.,Sp.Mat
AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR EMERGING INFECTIOUS DISEASES Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Sesi 4 – Investigasi Penyakit File PowerPoint.
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
Kemajiran + Makanan 1. KEKURANGAN MAKANAN 2. KELEBIHAN MAKANAN
USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH
PENANGGULANGAN KASUS- KASUS KAWIN BERULANG PADA TERNAK SAPI
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR EMERGING INFECTIOUS DISEASES Basic Field Epidemiology Sessi 2 – Overview Epidemiolog.
PERTUMBUHAN Pertumbuhan merupakan phenomena komplek, dimulai ketika sel telur dibuahi sampai ternak mencapai ukuran dewasa. Perkembangan adalah proses.
Program Studi D.IV Bidan Pendidik dan Klinik Nany Suryani, S.Gz.
REPRODUKSI SAPI PERAH A. ESTRUS DAN PUBERTAS
Kiston Simanihuruk dan Juniar Sirait
MANAJEMEN TERNAK BABI.
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
KAJIAN SISTEM INTEGRASI SAPI SAWIT
PEMERIKSAAN / IDENTIFIKASI STATUS REPRODUKSI SEBAGAI TITIK AWAL UPAYA KHUSUS SAPI INDUKAN WAJIB BUNTING (UPSUS SIWAB)
MANAJEMEN TERNAK PERAH
Risna, Asnidar, Mardiana Dewi, Muh. Amin, Andi Baso Lompengeng Ishak
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
KELAHIRAN DAN KESULITANNYA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEMBIBITAN SAPI POTONG
ILMU KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN *PENDAHULUAN
Suplementasi Lerak Berbentuk Pakan Blok Untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Daging Sapi Potong Serta Pengaruhnya terhadap Keseimbangan Mikroba Rumen.
SUPLEMENTASI NUTRIEN DEFISIEN PADA RANSUM DOMBA GARUT YANG DIBERI MAKAN DAUN RAMI (Boehmeria nivea, L. GAUD) Oleh Despal.
Disampaikan Pada …………………………….2014
PENGGEMUKAN SAPI BALI DENGAN SUBSTITUSI JERAMI FERMENTASI DAN KONSENTRAT TEPUNG KEPALA UDANG DI KAB. PINRANG SULAWESI SELATAN Andi Ella, dkk B0gor 8 –
PERKEMBANGAN HEWAN Dra. Hj. Aseptianova, M.Pd. Nita Nuraini, M.Pd.
SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU
MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI
PRINSIP – PRINSIP PENGELOLAAN PADANG PENGGEMBALAAN.
Manfaat dari tindakan sinkronisasi berahi
Tata Laksakna Pengawinan
2, Solusi yang Ditawarkan
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
KEGAGALAN REPRODUKSI Kegagalan menunjukkan gejala-gejala berahi.
Pewarnaan kuman.
MATERI 10 Evaluasi keberhasilan IB dan Rekording reproduksi
PERTUMBUHAN Lanjutan ….
MATA KULIAH ILMU REPRODUKSI TERNAK
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Bunting
MATERI Manajemen Seleksi Pejantan dan Induk Sebagai Donor dan Resipien
100 ekor domba betina berumur sekitar 15 bulan (DK)
Pengukuran Penyakit dan Kehilangan Hasil
POTENSI PRODUKSI dan KEMAMPUAN ADAPTASI LINGKUNGAN PADA SAPI DAN KERBAU Surotul Khikma Chindya Rista sari Devi Navalia
Peran hormon dalam fertilisasi
Kelayakan Usaha Perbibitan Sapi Potong Pada Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan Di Kabupaten Sigi Asnidar, Mardiana Dewi, Moh. Takdir,
Karakteristik Birahi Kerbau Betina pada Berbagai Protokol Sinkronisasi di Kabupaten Kampar Provinsi Riau Yendraliza1, Handoko, J1, Rodiallah, M1 dan Arman,
Kinerja Reproduksi Sapi Betina dan Performans Pedet Pada Usaha Perbibitan Sapi Potong Di Kabupaten Sigi Moh. Takdir, Pujo Haryono dan Andi Baso Lompengeng.
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
Agussalim Simanjuntak
Oleh :.
Assalamu’alaikum Pemanfaatan Rumput Gajah dengan Metode Silase sebagai Pakan Utama Program Kandang Komunal Di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji.
DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2017
NILAI PCV DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT KELINCI YANG DIINDUKSI PROTEIN B SPESIFIK DARI SAPI BUNTING Bogor, 8-9 Agustus 2017.
PRINSIP – PRINSIP PENGELOLAAN PADANG PENGGEMBALAAN.
BUDIDAYA SAPI POTONG.
Rakor Penanggulangan Gangrep Hotel Four Points Medan, Pebruari 2018
Identifikasi Bentuk Bakteri dengan Metode Pewarnaan Negatif.
PEMBERIAN RANSUM BERKADAR ENERGI TINGGI PADA PROGRAM “FLUSHING” UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH KELAHIRAN PADA DOMBA LOKAL Wahyu Ismoyo D Fanny K. Tondok D
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB
PENGARUH SUHU PADA PREPARASI SAMPEL TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL DAN BILIRUBIN DIREK METODE FOTOMETRI MENGUNAKAN 2,4-DICHLOROANILINE (DCA) PROPOSAL PENELITIAN.
Sistem dan Fungsi Hormon
Data Hasil Penggemukan Sapi PO di Kebun Dolok Ilir PTPN IV (selama 30 hari), Tahun 2005 Nomor Sapi Pertambahan Bobot Badan 1 (kg) Pertambahan Bobot Badan.
Transcript presentasi:

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017

Latar Belakang Pertambahan populasi lambat Penurunan performa Gangguan reproduksi Infertilitas dan Sterilitas Kerugian peternak Reepeat breeding kegagalan kebuntingan Perlu dilakukan upaya pengendalian gangguan reproduksi yang salah satunya dengan melakukan pengujian penyakit IBR dengan screening tes dan diferensial leukosit sebagai konfirmasi

Tujuan Penelitian Mengetahui kasus gangguan reproduksi pada sapi Peranakan Ongole (PO) betina dan penanggulangannya dengan analisis screening tes IBR, diferensial leukosit, dan vit ADE

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2016 di TTP Desa Banyubang, Kec. Selokuro, Kab. Lamongan dan Lab. Reproduksi, serta analisis penyakit IBR di Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Sampel Penelitian Sapi PO betina 47 ekor umur 24-36 bulan, serum darah dianalisis screening IBR dan pemeriksaan ulas darah. Metode Penelitian Pemeriksaan kondisi reproduksi dan gangguan reproduksi sapi PO betina dengan metode anamnesa, pemeriksaan klinis dan palpasi rektal. Pemeriksaan klinis dengan melihat pertumbuhan bobot badan harian (PBBH) dan palpasi rektal pada organ reproduksi. Sedangkan penanganan gangguan reproduksi dengan screening IBR Colorado menggunakan uji SN, pemeriksaan diferensial leukosit, dan pemberian Vit ADE

Parameter Yang Diukur Analisis Data Diferensial Leukosit status PBBH, reproduksi sapi PO, penyakit IBR dan jumlah sel darah putih (limfosit dan neutrofil Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan Deskriptif Sampel darah diteteskan pada gelas objek, kemudian gelas objek lainnya ditempatkan pada bagian darah tadi dengan membentuk sudut 30° dan didorong sepanjang gelas objek sampai terbentuk usapan darah tipis. Ulasan darah dikeringkan di udara, kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit, lalu dimasukkan ke dalam pewarna giemsa 10% selama 30 menit. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara. Preparat ulas darah diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali untuk pengamatan persentase jumlah diferensial leukosit darah. Pengamatan dilakukan berdasarkan 15 kali lapang pandang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Palpasi Rektal 47 ekor sapi po betina mengalami gangguan reproduksi sebesar 12 ekor (25,53 %) meliputi hipofungsi ovarium dan atropi. sedangkan 10 (21,27%) ekor sapi sudah bunting dan 25 (63,82 %) ekor sapi sudah menunjukan gejala estrus. sapi po yang mengalami kasus gangguan reproduksi sebesar 25,53% meliputi hipofungsi ovarium sebanyak 9 ekor (75%) dan atropi sebanyak 3 ekor (25%). sedangkan sebanyak 25% sapi yang hipofungsi ovarium telah normal reproduksinya. Sapi potong yang terdiagnosa hipofungsi ovarium menunjukkan gejala klinis tidak adanya tanda birahi (anestrus) akibat dari tidak berkembangnya folikel di ovarium dan lamanya waktu anestrus post partus >90 hari

kawasan TTP, desa banyubang merupakan areal pertanaman jagung seluas 195 ha sehingga ketersediaan limbah pertanian tanaman jagung pada musim hujan cukup melimpah. Musim kemarau ketersediaan pakan hijauan sedikit dan ternak kekurangan konsentrat sehingga keseimbangan nutrisi masih rendah. terutama terjadi antara bulan juni sampai september dimana hampir tidak ada hujan sama sekali (sangat kering). Kurangnya asupan nutrisi mempengaruhi peningkatan hormon insulin-like growth faktor-i (igf-i) dalam merangsang hipofisis anterior dan hipotalamus terhadap fungsi ovarium dan sensitifitas gonadotropin realising hormon (gnrh) menghambat pubertas, folikel tidak dapat berkembang menjadi atresia dan hipofungsi ovarium apabila tidak segera dilakukan penanganan akan berlanjut menjadi atropi

PBBH PP rata-rata pbbh sapi po yang mengalami gangguan reproduksi 0,31 ± 0,09 kg/ekor/hari, sedangkan pada sapi yang menunjukkan gejala estrus pbbh 0,54 ± 0,15 kg/ekor/hari. pbbh kelompok sapi yang mengalami gangguan reproduksi berbeda nyata (p<0,05) dengan sapi yang normal. kondisi tubuh yang rendah akan mempengaruhi kinerja reproduksi ternak (pradhan 2008).

DIFERENSIAL LEUKOSIT Jumlah sel limfosit dan neutrofil tidak berbeda nyata (p>0,05) Sapi dengan Gang Reroduksi Persentase sel limfosit sebesar (64,41 ± 6,05) Neutrofil sebesar (26,75 ± 1,93). sapi bunting dan estrus Sel limfosit (65,89 ± 2,17) Neutrofil sebesar (31,20 ± 5,13) Tidak berpengaruh secara langsung terhadap gangguan reproduksi karena persentase sel limfosit dan neutrofil masih dalam batas normal. Putri (2014) jumlah sel neutrofil dan limfosit pada sapi dengan kasus S/C 1,0 – 2,0 tidak berbeda nyata dengan sapi S/C >2,0. Namun pada sapi dengan kasus nilai Estrus Post Partus (EPP) 30-60 hari jumlah sel limfosit berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan kelompok sapi dengan nilai epp >60 hari

Screening IBR pengendalian gangguan reproduksi akibat agen infeksius dengan melakukan pengujian screening dan titrasi antibodi virus ibr colorado, dengan uji sn pada 47 ekor Negatif antibodi (tidak memiliki antibodi/kekebalan). Merupakan salah satu penyakit reproduksi menular berdampak pada kinerja reproduksi, menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar dan berakibat pada rendahnya efisiensi reproduksi sapi potong

KESIMPULAN gangguan reproduksi pada sapi po di kawasan taman teknologi pertanian yang meliputi hipofungsi ovarium dan atropi tidak berpengaruh terhadap infectious bovine rhinotracheatis (ibr) dan persentase sel limfosit dan neutrofil namun dipengaruhi oleh faktor pakan ditandai dengan pbbh kelompok sapi yang mengalami gangguan reproduksi lebih rendah 0,31 ± 0,09 kg/ekor/hari dibandingkan dengan sapi yang normal 0,54 ± 0,15 kg/ekor/hari

Terima Kasih