PERKEMBANGAN ET DI INDONESIA By : Setyo Utomo (2016)
Aplikasi bioteknologi reproduksi pada ternak sapi yang sekarang dikerjakan masyarakat adalah pelaksanaan Inseminasi Buatan dan alih embryo atau transfer embryo. Kedua teknik ini dikombinasikan dengan sistem pengawetan gamet dan embryo, untuk mendapatkan suatu individu yang genotipenya luar biasa guna memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap zigote dari suatu populasi ternak sapi.
Transfer embryo adalah sebuah teknik yang menggunakan embryo (ovum yang sudah dibuahi) yang dikoleksi dari saluran reproduksi betina sebelum nidasi (implantasi) kemudian dipindahkan ke saluran reproduksi betina resipien agar dapat dibuntingkan dan dilahirkan secara normal dan sehat. Di Jepang penelitian tentang peningkatan teknik embryo beku dilakukan secara intensif dan berhasil mencapai angka kebuntingan 60% pada aplikasi transfer embryo di tahun 1988. Terjadi peningkatan yang luar biasa pada organisasi yang melaksanakan riset dan praktek transfer embryo begitu juga jumlah teknisinya.
Transfer embryo di Indonesia dilakukan pada sapi perah yang dipelopori oleh PT. Berdikari United Livestock Farm di Cicurug, Jawa Barat pada tahun 1984 menggunakan embryo beku dari Amerika Serikat. Setahun kemudian dilakukan pada sapi potong di Bali, tahun 1990 pada sapi perah rakyat menggunakan embryo beku oleh Ismudiono, tahun 1991 Mahaputra, dkk., melakukan transfer embryo dengan teknik tanpa pembedahan (Non-Surgical Methode).
Perkembangan selanjutnya di Indonesia pada tahun 1991 adalah munculnya gagasan pengembangan aplikasi bioteknologi reproduksi untuk pertama kalinya disampaikan oleh Dirjen Peternakan (waktu itu drh. Soehadji). Pada awalnya banyak reaksi terhadap gagasan tersebut yang menyatakan bahwa sulit dilaksanakan, namun akhirnya proses jalan terus dan pada bulan Juli 1992 Aplikasi Bioteknologi peternakan dikukuhkan sebagai bagian dari Jaringan Koordinasi Bioteknologi Nasional oleh Menristek. Langkah selanjutnya adalah penataan Unit Pelaksana Teknis Balai Pembibitan Ternak-Hijauan Makanan Ternak di Cisarua pada bulan Juli 1992, dimulai pembangunan fisik Pusat Aplikasi Bioteknologi Peternakan menjadi Balai Embryo Ternak (BET) Cipelang yang kemudian diresmikan oleh Wakil Presiden pada tanggal 4 Mei 1994. Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 464/KPTS/T.210/6/94 tugas dan fungsi Balai Embryo Ternak adalah melakukan produksi, penyediaan dan penyebaran embryo, sekaligus penerapan teknik embryo transfer ternak.
Tujuan program transfer embryo adalah : untuk membentuk bibit unggul, meningkatkan pendapatan dan menghemat penggunaan devisa negara khususnya dalam mengimport sapi-sapi bibit unggul dari luar negeri. Teknik transfer embryo terdiri atas beberapa tahapan, dari tahapan seleksi sapi betina donor sampai ke transfer embryo ke betina resipien. Pada saat ini banyak dihubungkan dengan teknik seperti sexing, Micromanipulation, In Vitro Fertilization dan Transfer Inti Sel yang menjadikan lebih berguna.
Keuntungan transfer embryo bagi pembangunan peternakan di Indonesia diantaranya adalah : Memperbanyak turunan dari induk jantan dan betina dengan kualitas genetik prima. Peningkatan efisiensi reproduksi oleh karena peningkatan jumlah anak sekelahiran. Pemanfaatan sel telur dari induk superior yang dipotong oleh karena suatu sebab. Menentukan jenis kelamin embryo sesuai keinginan. Memungkinkan pemindahan gen dalam rangka pembentukan ternak transgenik. Mengubah tipe peternakan dalam waktu singkat misalnya dari tipe potong ke tipe perah.
Tahapan teknik embryo transfer meliputi : Seleksi induk donor dan resipien Superovulasi pada betina donor Sinkronisasi siklus estrus Inseminasi Buatan pada donor Pemanenan Embryo, Klasifikasi embryo, Penyimpanan embryo dan pengenceran Cryopreservasi Transfer embryo. Dihubungkan dengan teknik In Vitro Fertilization, micromanipulation, Sexing (Karyotyping, metoda DNA-PCR) dan Cloning.
Keberhasilan transfer embryo dari tahun 1891 s/d 1978 Hewan Peneliti Animal 1891 Kelinci Heape 1932 Kambing Warwick et al 1933 Tikus besar Nicholas Domba 1942 Tikus putih Fekete&Little 1949 dan 1951 Babi Kvansnickii Sapi Willet et al 1964 Hamster Blaha 1968 Musang Chang 1974 Kuda Oguri & Tsutumi 1975 Mink 1976 Monyet Kreamer et al 1978 Kucing Schriver et al. Manusia Steptoe &Edward 1979 Anjing Kinney et al.
Keberhasilan pertama pada sapi Perkembangan teknik transfer embryo pada sapi Sumber : NLBC, MAFF, Japan, September 1994. Tahun Peneliti Keberhasilan pertama pada sapi 1951 Willet et al. Surgical methode 1964 Sugie Mutter et al Non Surgical Methode (by-pass) Non-Surgical methode (via cerviks) 1973 Wilmut & Roeson Pembekuan Embrio (DMSO) 1976 Hare, Mitchell Sexing Embryo (Karyotiping) 1979 Bilton & Moore Pembekuan embryo (Gliserol) 1981 Willadsen et al. Identical Twin by splitting 1982 Renard et al Brakett et al One step Straw Methode In Vitro Fertilization 1983 Lehn-Jensen et al Freezing of Bisected Embryo 1985 Hanada IVF dari Ovarium hasil pemotongan sapi (RPH) 1987 Massip et al Prather et al Vitrification Transplantasi Inti Sel
INSEMINASI BUATAN
TAHAPAN IB IB termasuk dalam program Artificial Breeding (AB), yang meliputi pentahapan sbb.: Seleksi dan pemeliharaan pejantan Penampungan semen Penilaian semen Pengenceran Penyimpanan / pengawetan Pengangkutan Inseminasi Pencatatan / penentuan hasil IB ternak betina Bimbingan dan penyuluhan terhadap peternak
5 ml 5 milyard/5 ml Dibuat ministraw ??? Konsentrasi 25 jt/0,25 ml atau 100 jt/1 ml untuk 4 ministraw 5 ml x 80% X 1.milyard/ml 100 jt = 40x4 = 160 ministraw 160 ml – 5 = 155 ml
Contoh pengencer sitrat KT ; Na citrat Streptomycin 1000 mikro g/ml pengencer aquades
Coold shock gliserolisasi
SELEKSI PEJANTAN MEMILIKI KEUNGGULAN, DARI ASPEK PRODUKSI (DAGING/SUSU) DAN MERUPAKAN HASIL PROGRAM SELEKSI. MEMILIKI KEMAMPUAN REPRODUKSI YANG BAIK (LIBIDO, UJI KUALITAS SPERMA DAN KONDISI SCROTUM/TESTIS)
TUGAS : Carilah artikel di jurnal, google, media cetak kemudian di scan dan dikirimkan via email pak setyo, maksimal seminggu setelah anda buka e learning ini.