Cluster Headache With Ptosis Responsive To Intranasal Lidocaine Application: A Case Report Mesiwisani 1420221124
Abstrak Pendahuluan: Penggunaan lidocaine terhadap area mukosa nasal pada bagian fossa spenopalatina menunjukan hasil yang efektif dalam menghilangkan serangan nyeri pada pasien dengan cluster headache. Pada laporan ini, membahas mengenai efektivitas pemberian lidocaine local pada serangan cluster headache sebagai terapi simptomatik .
Presentasi Kasus: Seorang pria Turki berusia 22 tahun datang dengan riwayat nyeri kepala selama 5 tahun yang bersifat berat, berulang, unilateral, dan periorbital. Pasien didiagnosa cluster headache typical. Pasien mengalami rhinorrhea, lakrimasi, dan ptosis selama serangan. Pasien telah menjalani pengobatan beberapa kali tapi tidak berhasil. Kami memberikan lidocaine hydrochloride dengan ujung kapas ke dalam lubang hidung kiri selama 10 menit. Ptosis merespon terhadap pengobatan dan intensitas nyeri kepala berkurang.
Kesimpulan: Lidocaine intranasal adalah pengobatan yang berguna untuk mengobati manajemen akut cluster headache. Lidocaine intranasal menyebabkan blockade transmisi neural ganglion sfenopalatina, yang berkontribusi ke saraf trigeminal yang memiliki saraf simpatis dan parasimpatis.
Pendahuluan Cluster headache (CH) didefinisikan sebagai nyeri kepala sangat berat, unilateral, dan paroksismal Prevalensi kasus CH sangat jarang, <0.1% Ptosis, miosis, lakrimasi, injeksi konjungtiva, rhinorrhea and kongesti nasal merupakan gejala otonom yang biasanya terjadi bersama dengan nyeri retro-orbital
Berbagai macam modalitas terapi telah dicoba dalam pencegahan dan pengobatan CH. Aplikasi lidocaine 10% intranasal pada mukosa nasal di bagian fossa sfenopalatina terbukti efektif Mekanisme lidocaine dapat megobati nyeri kepala tidak diketahui Kami melaporkan seorang pasien pria menderita CH dan ptosis berat yang mengalami resolusi segera dengan aplikasi lidocaine dan melakukan diskusi bagaimana mekanisme lidocaine dapat mengobati CH.
Presentasi Kasus Pria Turki, 22 tahun, nyeri kepala intermiten setiap hari selama lima tahun terakhir yang terpusat pada retro-orbital sinistra dan sisi orbital. Nyeri bersifat unilateral disertai perpindahan ke sisi dalam daerah yang sama. Pasien menderita serangan sebanyak 4 – 20 serangan per minggu yang menyebabkan agitasi sosial berat. Serangan muncul secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam waktu 5 menit tanpa adanya aura atau factor pencetus lainnya, berlangsung selama 30 menit hingga 120 menit. Pasien menderita rhinorrhea, lakrimasi, dan ptosis saat serangan nyeri kepala tanpa disertai mual, muntah, atau fotofobia. Pasien sebelumnya sudah pernah mendapatkan terapi namun tidak berhasil.
Terapi yang pernah didapatkan verapamil 160 mg tiga kali sehari naproxen 500 mg tiga kali sehari ibuprofen 600 mg tiga kali sehari dexketoprofen trometamol 25 mg dua kali sehari indomethacin 25 mg tiga kali sehari loratadine 5 mg tiap hari dan prednisolon 60 mg tiap hari.
Status generalisata dan neurologis antara serangan dan skrining hemato-biokimia normal. Pasien tidak memiliki riwayat nyeri kepala hebat sebelumnya dan tidak ada keluarga yang memiliki gejala yang sama. Pada hari nyeri kepala hebat, pemeriksaan oftamologis menunjukkan lakrimasi, injeksi konjungtiva, dan ptosis tanpa miosis. Kami mengukur ukuran pupil dengan hasil kedua pupil pasien berdiameter 3.5 mm dengan reaksi pupil normal terhadap cahaya langsung dan tidak langsung.
Karena serangan terjadi tanpa periode remisi signifikan, kami mendiagnosis pasien dengan CH kronik. Kami memberikan lidocaine hidroklorida 2 mL dan epinefrin (Jetocaine, 20 mg lidocaine/0.025 mg epinephr- ine) dioleskan pada ujung kapas kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung kiri selama 10 menit. Ptosis merespon terhadap pengobatan dan intensitas nyeri kepala berkurang. Pemeriksaan MRI otak dan orbital serta MR angiografi otak dan arteri karotis dalam batas normal. Dalam 12 bulan follow up, pasien mengalami serangan sebanyak 6 – 10 kali per minggu disertai gejala otonom, yang hilang dengan penggunaan lidocaine intranasal.
Diskusi CH : sebuah tipe nyeri kepala primer yang memiliki karakteristik nyeri berat, unilateral trigeminal yang disertai gejala parasimpatis kranial melibatkan fungsi okulosefal . Prevalensi < 1 : 1000 dalam populasi total, pria banding wanita 2.5 – 7.5 : 1 Kriteria diagnosis International Headache Society CH episodik : serangan terjadi setiap hari selama beberapa minggu kemudian diikuti periode remisi. CH kronik : serangan terjadi tanpa periode remisi yang berarti.
Gejala otonom unilateral, seperti ptosis, miosis, lakrimasi, injeksi konjunktiva, rhinorrhea, dan kongesti nasal gejala lateralisasi pada saat serangan nyeri tanda hiperaktivitas parasimpatis serta gangguan simpatis Serangan CH bersifat nyeri hebat dan memiliki onset serta durasi yang sangat cepat.
Terapi fase akut untuk mencegah serangan individual CH, seharusnya dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri secara signifikan dan mengurangi gejala otonom yang mnyertai. Terapi fase akut untuk CH adalah inhalasi oksigen dan pemberikan ergot, trpitan, analgesic, dan agen anastesi local intranasal. Namun saat ini tidak ada terapi spesifik untuk meringankan gejala.
Praktisi menggunakan lidocaine sebagai terapi fase akut untuk banyak jenis nyeri kepala melalui suppositoria, intramuscular, intravena, dan nasal. Penggunaan Lidocaine 4% pada fossa sfenopalatina memberikan hasil pengurangan nyeri paling cepat dibandingkan cara lain. Ganglion Sfenopalatina (GSP) terletak postero-superior diatas ujung posterior konka media, diantara mukosa nasal dengan kedalama 1 – 9 mm. Lidocaine intranasal diberikan pada pasien dengan posisi supinasi, ujung hidung terletak vertical, dan kepala pasien diputar sedikit ke arah sisi yang sakit.
Sebuah kapas dengan ujung diolesi lidocaine 4% dimasukkan intranasal dan ditempelkan ke dinding lateral posterior kavitas nasal. Aplikasi lidocaine ke area yang berhubungan dengan fossa sfenopalatina menunjukkan hasil efektif dalam menghilangkan serangan nyeri pada pasien dengan CH Costa et al melakukan penelitian placebo-kontrol pada Sembilan pasien CH terhadap efek solusi lidocaine 10% sebanyak 1 mL yang diberikan saat serangan CH diinduksi nitrogliserin, dengan cara menempelkan kapas secara intranasal pada kedua sisi area fossa sfenopalatina dibawah rhinoskopi anterior.
Pada semua pasien yang diberikan pengobatan, nyeri hilang dalam rata-rata 37 menit setelah pemberian lidocaine. Dilaporkan bahwa kongesti nasal, rhinorrhea, lakrimasi, dan fotofobia menghilang bersamaan dengan hilangnya nyeri, sedangkan injeksi konjunktiva, miosis, dan ptosis hilang belakangan Kasus ini, setelah pemberian lidocaine intranasal nyeri hilang ptosis hilang. Kami tidak menemukan komplikasi dalam kasus kami dan tidak ada toksisitas yang dilaporkan dari pemberian lidocaine intranasal sampai saat ini.
Mekansme lidocaine dalam mengobati CH belum diketahui Mekansme lidocaine dalam mengobati CH belum diketahui. Lidocaine memberikan efek anastesi karena sifatnya sebagai inhibitor pompa sodium. Hipotesis = lidocaine memberikan anestesi local menghalangi transmisi saraf ke GSP, diperkirakan penting dalam patofisiologi CH. GSP adalah area yang kompleks, meliputi serat saraf sensorik yang berkontribusi terhadap saraf trigeminal, serta memberikan serat saraf simpatis dan parasimpatis. Lidocaine intranasal kemungkinan dapat menghasilkan blockade saraf simpatis dan parasimpatis. Namun, mekanisme bagaimana blokade dapat terjadi masih belum jelas.
Kesimpulan Serangan CH memerlukan pengobatan simptomatik yang memiliki onset cepat. Lidocaine intranasal merupakan terapi yang berguna dalam manajemen akut serangan CH, karena onset yang cepat dan pemberiannya yang nyaman bagi pasien. Pasien dapat mempelajari tehnik ini untuk mereka sendiri dalam usaha meringankan serangan akut ketika terapi konvensional sedang diberikan