SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH
Advertisements

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
KODIFIKASI AL-QUR’AN (PEMELIHARAAN, PEMBUKUAN, PERCETAKAN)
Shahih al-Bukhari Karya Imam al-Bukhari Penulis
HADITS SUMBER KEDUA AJARAN ISLAM
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Wahyu tuhan, teks dan ijtihad akal manusia; aspek ushul dan Furu’ dalam Islam Muhlisin.
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
PEMBAGIAN ILMU HADITS DAN CABANG-CABANGNYA
SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS NABI SAW
Materi Pertemuan 10 Sejarah Hukum Islam I
SUMBER AGAMA DAN AJARAN ISLAM
Ulumul Hadits.
Perkembangan Pemikiran Islam
Materi Pertemuan V Al Hadis/ As Sunnah.
Sejarah Hukum Islam II (Masa Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan)
Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
PEMIKIRAN FIQIH.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Ruang Lingkup Dan Perkembangan Studi al-Qur’an
Permasalahan Yang Berhubungan Dengan Nuzul al-Qur’an
SUNNAH (AL-HADITS) SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM
Al-Qur’an Kelompok 6.
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TEORI POLITIK IBNU TAIMIYAH
SEJARAH PEMBUKUAN HADITH & IDEOLOGI ORIENTALIS MENGENAI HADITH
Perkuliahan Tatap Muka Ke-3 Ulumul Hadis Selasa, 28 Oktober 2008
Ulum hadis (Science of Hadith)
KOMPONEN HADITS DAN KLASIFIKASI HADITS
ASSALAMUALAIKUM.
AL-QURAN SEBAGAI DASAR AJARAN ISLAM
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
BAHASAN HARI INI PENGERTIAN & FUNGSI AL-SUNNAH & AL-HADITS
Makna ilmu hadits Prof. Dr. Hasbi al-Siddiqi, sebagaimana dikutib Syuhudi Ismail dan Nur Sulaiman, mengartikan ilmu Hadits sebagai segala pengetahuan.
Sejarah Hukum Islam I : masa kenabian dan khulafaurrasyidin
TEORI SANAD HADIS Pengertian sanad Urgernsi sanad
CREATED BY: MARETTA DANIATY
MASA PEMBINAAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMBUKUAN (ABAD VII-X M)
SUDAHKAH ANDA SIAP??? BERKONSENTRASILAH!!!!!.
KAEDAH KESHAHIHAN SANAD DAN MATAN HADIS
SEJARAH BENDAHARAWAN HADIS MASA SHAHABAT
TARJIH al ADILLAH Oleh : Asep Suryanto.
ISLAM dan PERKEMBANGAN ISLAM
MASA KEJAYAAN ISLAM YANG DINANTIKAN KEMBALI Periodesasi Sejarah Islam Kemajuan Islam pada Periode Klasik Tokoh-tokoh Kejayaan Islam Menelaah Perkembangan.
ASSALAMU’ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
AL-QURAN SEBAGAI DASAR AJARAN ISLAM.
KAIDAH MINOR SANAD BERSAMBUNG
Pengertian Ulumul Quran & Sejarah Perkembangannya
Makna ilmu hadits Prof. Dr. Hasbi al-Siddiqi, sebagaimana dikutib Syuhudi Ismail dan Nur Sulaiman, mengartikan ilmu Hadits sebagai segala pengetahuan.
KAIDAH MINOR SANAD BERSAMBUNG
As-Sunnah oleh: BAEHAQI, MA
AL-SUNNAH & AL-HADITS PENGERTIAN & FUNGSI
HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Materi Pertemuan IV Al Hadis/ As Sunnah.
Materi Pertemuan 10 Sejarah Hukum Islam I
INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU USHUL - FIQH ******************
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU USHUL - FIQH ******************
BAB 1 : UMAT ISLAM DAN DUNIA ISLAM
PEMIKIRAN AHLU HADIS (EKSTRIM)
TUNTUNAN SHALAT TAHAJUD Mari Berilmu Sebelum Beramal dan Bersemangat untuk Beramal di atas Ilmu.
Sejarah dan Perkembangan F I Q H
Transcript presentasi:

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS Sukardi STAI Persis Bandung

Hadis di Masa Nabi Muhammad saw Hadis tidak dihimpun sebagaimana Alquran meski dicatat oleh beberapa sahabat

Alasan hadis tidak dihimpun Umumnya hadis-hadis yang berada dalam memori hafalan para ulama yang menyandang gelar âdil (berkarakteristik moral baik) dan tsiqah (terpercaya) dianggap masih otentik tanpa perubahan; Faktor-faktor pendukung bagi upaya pembukuan belum demikian kuat; dan Adanya larangan menuliskan (baca: pembukuan) apapun selain al-Qur’an.

Atau dalam ungkapan lain Adanya larangan dari Nabi didasari kekhawatiran tercampurnya hadis dengan teks Alquran; dan Kuatnya hafalan para sahabat Nabi, sementara mayoritas dari mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam hal tulis menulis Al-Asqalaniy, Ibn Hajar, Fath al-Bariy, komentar atas hadis No. 113 dalam Sahih al-Bukhari. Azami, Studies, hal. 43.

Keadaan hadis di 100 th pertama Pada kurun seratus tahun Hijriah pertama, periwayat-periwayat Hadis didominasi oleh perawi sahabat dan tabi’in senior (al-tabi’i al-kabir), yang tentu saja masih dapat diandalkan ketsiqahanya. Mereka juga dikenal ketat dalam menerima dan menyampaikan periwayatan. Sekiranya ada kesalahan, tentu hanya kesalahan yang kecil sekali. Kesalahan-kesalahan kecil itu rupanya juga menarik sejawat mereka sebagai sesama periwat Hadis untuk memberikan catatan kritis terhadap Hadis dimaksud. Kalangan sahabat yang dikenal sebagai kritikus terhadap kevalidan suatu Hadis kala itu, antara lain, Ibnu Abbas, Ubadah bin Shamit, Anas bin Malik, dan Aisyah. Sedang dari kalangan tabi’in, sebut misalnya, al-Sya’bi, Ibn al-Musayyab, Ibnu Sirin, dan yang lainnya. Pada masa ini, kritik hanya berpusat pada satu dua orang yang memang bermasalah, karena masih sedikitnya perawi-perawi dhai’f (al-dhu’afa’).

Pasca 100 th pertama Pada awal-awal seratus tahun kedua, masa tabi’in-tabi’in pertengahan (awasith al-tabi’in), banyak ditemukan perawi yang meriwayatkan Hadis mursal, Hadis munqathi’, dan perawi yang sering melakukan kesalahan. Pada masa tabi’in-tabi’in yunior (shighar al-tabi’in), permasalahan justru semakin komplek. Munculnya faksi-faksi politik, aliran-aliran keagaman, fanatisme, persinggungan dengan budaya-budaya non Arab, dan banyaknya orang-orang yang berdusta demi kepentingan golongannya, menyebabkan semakin meruyaknya Hadis-hadis yang diidentifikasi sebagai bukan berasal dari Nabi. Hal ini mendorong para ulama yang ahli dalam jarh dan ta’dil untuk memperluas obyek kajian, melakukan ijtihad dalam meneliti para periwayat Hadis, dan kritik terhadap sanad-sanad yang berkembang di masyarakat. Tampil di garda depan dalam memimpin gerakan ini, antara lain, Syu’bah, Malik, Hisyam, Ma’mar, Dastawa’i, Ibn al-Mubarak, Ibnu Uyainah, Yahya bin Sa’id al-Qattan. Sedang pada seratus tahun ketiga, gerakan ini didominasi oleh angkatan Ahmad bin Hanbal beserta murid-muridnya, al-Bukhari, Muslim, Abu Zur’ah, Abu Hatim, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i. 

Pembabakan SPH Periode Pertama, meliputi keseluruhan peristiwa yang dilalui oleh Rasulullah saw pada masa pewahyuan Alquran dan tasyri` islami (pembentukan hukum Islam dan dasar-dasarnya), yang terjadi sejak masa bi`sah al-nubuwwah sampai wafatnya Rasulullah saw pada tahun ke-11 hijrah (13 SH – 11 H). Periode ini dapat disebut masa kelahiran dan pertumbuhan pertama hadis (ashr tawlid al-hadits wa al-nabt al-awwal);

Periode Kedua, membingkai semua nuansa yang terjadi pada hadis nabi di masa kepemimpinan khalifah yang empat (Khulafa al-Rasyidin) yang berlangsung dari tahun 12 H – 40 H. Periode ini disebut oleh ash-Shiddieqy dengan masa membatasi riwayat. Tetapi menurut penulis, dengan memerhatikan dan mencermati apa yang dilakukan oleh para sahabat nabi pada masa itu, periode ini disebut sebagai periode konfirmasi, klarifikasi dan penyebaran riwayat (`ashr tabayyun wa tatsabbut al- riwayah wa al-tansyir);

Periode Ketiga, masa eksplorasi riwayat dari pusat-pusat tutorial hadis. Masa ini dicirikan dengan rihlah (perlawatan) ilmiah yang dilakukan oleh Ahli hadis. Periode ini berlangsung pada masa hidup sahabat kecil (shighar al-shahabah) dan murid para sahabat nabi (kibar al-tabi`iy) yang berlalu sejak tahun 41 H sampai akhir abad pertama Hijrah. Periode ini dapat pula disebut masa pertumbuhan kedua (`ashr nabt al-riwayat al-tsaniy);

Periode Keempat, masa kodifikasi (tadwin al-riwayat) yang dimulai pada paruh pertama abad kedua hingga akhir abad kedua Hijrah). Dalam periode ini hadis mulai diklasifikasi sesuai dengan tingkat otentisitas dan orisinalitasnya masing-masing (`ashr fashl al-riwayat);

Periode Kelima, penulis menyebut periode ini dengan masa pertumbuhan ketiga (`ashr nabt al-riwayat al-tsalits). Masa ini dicirikan dengan pendirian pusat-pusat pembelajaran hadis di wilayah-wilayah yang jauh dari Hijaz (bahkan hingga Asia Tengah). Pada periode ini pula ulama-ulama hadis secara kreatif dan bertanggung jawab membuat dan menetapkan peraturan dalam riwayat al-hadits yang kelak dijadikan dasar dalam menetapakan validitas sebuah riwayat (`ashr taqnin riwayat al-hadits wa al- tashhih). Periode ini berlangsung di sepanjang abad ketiga;

Periode Keenam, ash-Shiddieqy menyebutnya dengan masa koreksi dan penapisan kitab-kitab hadis (`ashr al-tahdzib `ala kutub al-hadits), penulisan istikhraj, istidrak, serta menyusunan kitab-kitab jami` yang khusus, dan athraf. Periode ini dimulai pada abad keempat hingga paruh kedua abad ketujuh hijrah, seiring jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 652 H

Periode Ketujuh, masa penulisan komentar (syarh al-hadits), penulisan kitab-kitab takhrij al-hadits, penyusunan kitab-kitab yang secara eksklusif menulis dan menghimpun hadis-hadis ahkam, penyusunan kitab jami`, serta pembahasan hadis-hadis tambahan (al-zawa’id). Periode ketujuh ini dimulai pada paruh kedua abad ketujuh Hijrah sampai memasuki paruh ketiga abad ke-20 Masehi.