PENANAMAN POHON
Pendahuluan Kegiatan penanaman merupakan kegiatan inti dari budidaya hutan yang mencakup areal yang luas, memerlukan biaya yang besar sehingga diperlukan keterampilan yang cukup. Kegiatan penanaman meliputi: Perencanaan (Pemilihan Jenis), Persiapan lapangan (penyiapan tapak), Pemasangan ajir, Pembuatan lubang tanam, Pengangkutan bibit, Penanaman dan pemeliharaan tanaman muda, Pemeriksaan pekerjaan dan evaluasi penanaman.
PENANAMAN POHON Pendahuluan Tujuan Penanaman Untuk penanaman rutin, penanaman pengayaan, reboisasi atau penghijauan serta untuk tujuan konservasi serta Rehabilitasi lahan bekas tambang. Mendapatkan tegakan yang sehat serta memiliki persediaan tanaman yang cukup dimasa yang akan datang. Tanaman yang sehat dapat dihasilkan dari bibit yang sehat pula. Maka setiap unit penanaman dianjurkan untuk memilih bibit yang siap ditanam di lapangan. Selain itu, cara penanaman bibit yang benar perlu diperhatikan karena cara penanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit di lapangan (Efrimarta, 2003).
Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian tempat tumbuh dapat meliputi : kesesuaian tanaman terhadap : jenis tanah, iklim (curah hujan, suhu), kondisi air, ketinggian tempat, dll. Cara paling sederhana untuk mengetahui kesesuaian tempat tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat apakah terdapat jenis dimaksud telah tumbuh dengan baik di lokasi tersebut. Kesesuaian Musim Tanam Penanaman harus dilakukan pada musim hujan. Kondisi terbaik penanaman adalah pada awal musim hujan sampai minimal satu bulan sebelum akhir musim hujan. Kesesuaian Teknik Menanam Salah satu penyebab lain kegagalan menanam adalah kesalahan teknik menanam antara lain : (1) cara mengangkut bibit yang salah (bibit diangkut dengan pemegang bagian batangnya sehingga menyebabkan bibit patah batang), (2) cara melepas polybag yang tidak hati-hati sehingga merusak akar, (3) Ukuran lubang tanam terlalu sempit/dangkal, (4) jarak tanam yang terlalu rapat. Kualitas Bibit Bibit siap tanam antara lain dicirikan oleh : pangkal batang telah berkayu, bibit sehat, media di polybag kompak, kecukupan tinggi/diameter tanaman, batang kokoh/tegar, dan memiliki batang tunggal, tidak bercabang, bibit kokoh, dan diperoleh dari induk unggul.
Klas kesuburan tanah/site index (Bonita/kualitas tempat tumbuh) Kualitas tempat tumbuh (bonita): resultante banyak faktor lingkungan, termasuk: a) kedalaman, b) jenis dan tekstur tanah, c) karakteristik profil, d) komposisi mineral, e) kecuraman lereng, f) panjang dan arah lereng, g) iklim mikro, dll.
Teknik Penanaman Teknik Penanaman meliputi : Cara Penanaman Sistem Penanaman Pola Penanaman
Cara Penanaman Merupakan penanaman penuh/rehabilitasi penuh Jumlah bibit sesuai dengan jarak tanam Dilakukan pada lahan datar hingga miring Pada tahap awal dibutuhkan jenis tanaman butuh cahaya Merupakan penanaman pengkayaan Jumlah bibit 200 batang pada lahan di luar kawasan hutan dan 400 batang pada kawasan hutan Dilakukan pada lahan datar hingga miring Dibutuhkan jenis tanaman tahan naungan PENANAMAN DI LAHAN TERBUKA PENANAMAN DI TEGALAN/PEKARANGAN CARA PENANAMAN
PENANAMAN DI LAHAN TERBUKA PENANAMAN DI TEGALAN/PEKARANGAN CARA PENANAMAN Lahan DatarLahan Miring Pengkayaan Sisipan Pengkayaan Batas Pemilikan Lahan Jalur tanam Menurut kontur Baris dan Larikan tanam lurus Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari
PENANAMAN POHON Pemilihan Jenis Pohon Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis pohon: Tujuan dari penanamannya, Kecocokan jenis dengan tempat tumbuhnya, Ketersediaan bibit yang akan ditanam, Teknik budidayanya telah dikuasai dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi setelah dipanen. Kesesuaian jenis dengan tempat tumbuhnya memungkinkan Pohon akan tumbuh secara optimal, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, baik berkenaan dengan nila ekonomi, perlindungan dan konservasi tanah maupun pengaturan tata air ( Ruslan, 1992).
PENANAMAN POHON Kriteria Ketersediaan Jenis Tanaman Jenis tanaman yang dimaksud harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Pohon yang akan ditanam, dapat menjamin ketersediaan bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri perkayuan yang didukungnya. Persyaratan tempat tumbuhnya sesuai dengan kondisi tempat tumbuh pada lahan yang disediakan, yang perlu dipastikan terutama apabila jenis tanaman yang dimaksud bukan merupakan jenis tanaman setempat melainkan jenis tanaman dari luar. Teknik budidayanya cukup diketahui dan dapat dengan mudah dikuasai untuk melaksanakan pembudidayaannya. Bibit atau bahan tanamannya mudah disediakan. Pohon dapat cepat tumbuh dan atau tinggi volume dan nilai kayunya.
PENANAMAN POHON Kesesuaian Jenis Tanaman dengan Lahan Beberapa kriteria ke arah penyederhanaan jenis pohon terpilih, untuk ditanam di tempat terbuka seperti padang alang-alang dan tanah-tanah kritis, adalah sebagai berikut: Mampu tumbuh di tempat terbuka di bawah sinar matahari penuh. Mampu bersaing dengan alang-alang dan gulma lainnya. Jadi, dipilih yang cepat tumbuh tingginya dan agresif. Mudah bertunas lagi, bila terbakar atau dipangkas/ditebas. Sesuai dengan keadaan tanah yang kurus dan miskin hara, serta tahan kekeringan. Biji atau sebagian vegetatif untuk pembiakannya, mudah diperoleh dan mudah disimpan. Khusus untuk penghijauan, ditambah lagi dengan syarat, harus disenangi oleh rakyat/masyarakat, sehingga merangsang mereka untuk menanam dan memeliharanya, karena bermanfaat.
PENANAMAN POHON Penentuan Jarak Tanam Faktor yang mempengaruhi penentuan jarak tanam: Tingkat kesuburan tanah Pada tanah yang subur, jarak tanam biasanya lebih besar jika di bandingkan pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman Jenis tanaman yang berktajuk lebar di tanam dengan jarak yang lebih besar di bandingkan dengan bertajuk kecil Tingkat kemiringan lahan. Sedangkan pada tanah dengan topografi berbukit miring, biasanya jarak tanaman lebih besar karena harus mengikuti arah garis kontour. Jarak tanam di lapangan pada awal penanaman diwujudkan dalam bentuk pemancangan ajir. Ajir yang dipasang merupakan tempat bahan tanaman yang akan ditanam. Pada umumnya jarak tanam yang dipakai adalah 3 m x 3 m, 3 m x 5 m atau 4 m x 5 m. Jarak tanam ini dibuat dalam larikan yang teratur mengikuti ketinggian tempat.
PENANAMAN POHON Penentuan Sistem Penanaman 1. Penanaman dengan pola monokultur Penanaman satu jenis tanaman. Kelemahan monokultur yakni memberi peluang beradanya hama dan penyakit yang tidak pernah putus dan juga terjadinya ledakan hama karena persediaan makan tercukupi. 2. Penanaman tumpang sari Penanaman tanaman pokok dan diantara tanaman pokok juga ditanam satu jenis tanaman lain. Tanaman sela di tanam saat penanaman tanaman pokok. Umur tanaman sela harus lebih pendek dari tanaman pokok
PENANAMAN POHON Pelaksanaan Kegiatan Penanaman 1. Perencanaan lapangan Perencanaan lapangan bertujuan untuk menentukan areal yang akan ditanami, pembuatan batas-batas areal tanaman. 2. Pembersihan lahan Kegiatan pembersihan lapangan meliputi pembersihan semak, perdu dan pohon- pohon sisa. Pada saat kegiatan pembersihan lahan dilakukan, bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat anggelan maupun ajir dapat dikumpulkan. Pada daerah yang miring sisa-sisa tonggak dibiarkan untuk menguatkan struktur tanah dan untuk mengendalikan erosi. Patok Pemancanga Batas Lapangan Pembersihan Lahan secara Manual
PENANAMAN POHON Pelaksanaan Kegiatan Penanaman 3. Pengolahan TanahPengolahan Metode pengolahan tanah : 1. MekanisMekanis 2. Manual Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu: Gebrus I Untuk membalikkan tanah, tanah dicangkul atau diganco sedalam 20 – 25 cm supaya memudahkan pertukaran udara dan peresapan air. Tanah yang beralang-alang dicangkul/diganco sedalam cm supaya akarnya terangkat dan dibuang, selanjutnya dapat dibakar secara terkendali. Tonggak-tonggak dipotong-potong kemudian dibakar secara terkendali. Gebrus II Untuk menghaluskan tanah hingga siap untuk ditanami, tanah yang masih bergumpal-gumpal digemburkan kembali sehingga tekstur tanahnya menjadi lebih halus.
Pengolahan Tanah
Pembuatan Larikan Tanaman
PENANAMAN POHON Pelaksanaan Kegiatan Penanaman 4. Pengangkutan Bibit Pengangkutan bibit dilakukan secara hati – hati agar tidak mengalami kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam peti atau keranjang dengan disusun rapat sehingga tidak bergerak jika dibawa atau ditumpuk. Bibit yang dibawa ke lapangan adalah bibit yang sehat dan segar, dan dihindarkan dari panas matahari serta disimpan di tempat teduh dan terlindung. Penanaman di lapangan dilakukan pada saat musim hujan, terutama saat hujan telah merata dan tanah sudah cukup lembab. Waktu pelaksanaan dilakukan pada pagi hari terutama pada saat cuaca agak mendung / berawan. 5. Penanaman Tahapan pelaksanaan kegiatan penanaman meliputi : a. Pengaturan arah larikan b. Pemasangan ajir c. Distribusi bibit Dalam distribusi bibit terdapat hal–hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) Bibit yang diangkut dengan dipikul, jangkauan maksimumnya sejauh 2 Km dari tempat pengumpulan bibit di lapangan. 2) Jumlah bibit yang diangkut sesuai dengan jadwal penanaman serta kemampuan regu tanam.
PENANAMAN POHON Pelaksanaan Kegiatan Penanaman d. Pembuatan lubang tanam dan penanaman Pembuatan lubang tanam dilakukan dekat ajir, dengan ukuran lubang 30 x 30 x 30 Cm. Karena bibit mengunakan polybag, maka sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas dengan cara dirobek yang medianya terlebih dahulu dipadatkan dengan cara memeras atau menekan polybag tersebut. Bibit diletakan di tengah lubang secara vertikal, terus ditimbun hati – hati dengan tanah sekitar sampai batas leher. Dalam menimbun upayakan topsoil dimasukkan ke lubang terlebih dahulu. Kemudian tanah sekitar bibit dipadatkan dengan jalan ditekan secara hati – hati sampai terjadi kontak antara perakaran dengan tanah.
PENANAMAN POHON Evaluasi Kegiatan Penanaman Evaluasi kegiatan penanaman dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan penanaman dan untuk menentukan kegiatan penyulaman. Keberhasilan tanaman di lapangan biasanya dilihat dari persentase kematian/hidup tanaman. Oleh karena itu, perlu adanya penyulaman, yaitu kegiatan penanaman kembali untuk mengganti tanaman pokok yang rusak atau mati sehingga jumlah tanaman per hektar yang tumbuh sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jika persen jadi tanaman mencapai 100% pada areal tersebut tidak perlu ada sulaman. Pada 80% - 100% perlu ada sulaman ringan. Antara 60% - 80% dilakukan sulaman intensif. Di bawah 60% perlu dilakukan penanaman ulang.