Menyongsong SDGs: Kesiapan Kabupaten/kota di Jawa Barat

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Advertisements

Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
TEKNIS PACKING & DISTRIBUSI
Kementerian Lingkungan Hidup 2009
MENUJU METROPOLITAN CIREBON RAYA: PERSPEKTIF EKONOMI PEMBANGUNAN
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Persentase anak tahun menurut provinsi dan kepemilikan akte kelahiran
PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN
SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL (SUSENAS) TAHUN 2012
E-katalog BUKU KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB
GINI RASIO kabupaten gunungkidul tahun 2010
PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU
Oleh: Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian
TUJUAN DAN EKSES PEMBANGUNAN EKONOMI
Kondisi Kemiskinan.
MONEV PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN OLEH TKPK PROVINSI PAPUA BARAT
Data dan Informasi dalam Perencanaan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
PENGANTAR EVALUASI RPJMD KABUPATEN BANDUNG TAHUN
BASELINE DAN TARGET UNIVERSAL ACCESS AIR MINUM DAN SANITASI
UPAYA PERCEPATAN PELAKSANAAN PUAP TA. 2009
CITRA USADHA INDONESIA HIV life cycle……..
STRATEGI OPERASIONAL PENCAPAIAN PPM OKTOBER – DESEMBER 2009.
OKTOBER 2009 RAPAT EVALUASI PROGRAM / ANGGARAN
PENGUKURAN KESEHATAN Definisi indikator
PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI JAMBI
Paparan Gubernur Jawa Barat Pemerintah Provinsi Jawa Barat
PROGRAM PERCEPATAN APK PENDIDIKAN MENENGAH
KESEHATAN REPRODUKSI Analisis & Hasil RISKESDAS 2010.
PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH (PTJJ)
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENDAPATAN
OLEH : PATTIRO SEMARANG
PROGRAM PERCEPATAN APK PENDIDIKAN MENENGAH
DISTRIBUSI PENDAPATAN
MEKANISME PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI EDS-MSPD TAHUN 2012
Chapter 6 Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi : Penyebab, Konsekuensi dan Kontroversi oleh : Arif Rahman H Armand Walay Asril.
KEMISKINAN.
RAPAT KOORDINASI FORUM DATA KABUPATEN GRESIK 11 MARET 2015
KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia
KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT
METROPOLITAN CIREBON Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten Majalengka Di susun oleh : aditiYA RAMDANI – BALEBAT.
MENJAGA STABILITAS MAKROEKONOMI MENUJU PERTUMBUHAN YANG INKLUSIF
Kemiskinan, Ketimpangan, dan Pembangunan
Tujuan Utama Penelitian
Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB (SDGs)
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
ICPD dan MDGS Indikator dan Pencapaian di Indonesia
Perbandingan Tingkat Kemiskinan Prov. Bengkulu September Tahun 2017
POVERTY AND NUTRITIONAL STATUS
BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT Jawa Barat Menyongsong SDGs
Keterkaitan Hulu dan Hilir Nilai Pengganda Ekonomi
Pencapaian Target Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Daerah INDRIANA NUGRAHENI Manajer Pilar Pembangunan.
PEMANFAATAN DATA SUSENAS MODUL KONSUMSI
KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT
Balikpapan, 01 Nopember 2018 BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
HASIL DAN EVALUASI PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN TAHUN 2016 – 2017
RAPAT KOORDINASI PENYUSUNAN DOKUMEN BAPPEDA PROVINSI JAWA TENGAH
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SAMPANG 2018
Pemerintah Kota Palopo Disampaikan oleh : Kepala BAPPEDA KOTA PALOPO Februari 2019 BAPPEDA KOTA PALOPO SeminarSDGs.
HASIL DAN EVALUASI PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN TAHUN 2016 – 2017
ARAHAN MENTERI DALAM NEGERI
FORUM KONSULTASI PUBLIK
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
Sustainable Development Goals (SDGs)
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Permukiman
STATISTIK PENDIDIKAN. PARTISIPASI SEKOLAH Terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama: 1.Angka Partisipasi Kasar (APK) 2.Angka Partisipasi Murni.
UPAYA PENCEGAHAN RADIKALISME DI KALANGAN PELAJAR STRATEGIC PLANNING PW IPPNU JAWA BARAT FIELD PROJECT PATRIOT MILLENIAL STUDENT.
Transcript presentasi:

Menyongsong SDGs: Kesiapan Kabupaten/kota di Jawa Barat Seminar “Menyongsong SDGs: Kesiapan Kabupaten/kota di Jawa Barat”, 20 Februari 2018, BAPPEDA JABAR, Bandung

Transformasi ambisius Sumber daya yg terbatas Skala prioritas MDGs SDGs SDGs akan dijalankan oleh negara-negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia, untuk 15 tahun ke depan. Kesepakatan untuk menjalankan SDGs dilakukan oleh para pemimpin tiap negara (dan untuk Indonesia oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla) di kantor pusat PBB (New York) pada tanggal 25-27 September 2015 pada saat Sidang Majelis Umum PBB.

KERANGKA DAN METODOLOGI

Barbier & Burgess(2017)

Metode mengkaji kesiapan mencapai SDGs SEKARANG 2030 KONDISI SAAT INI SASARAN SDGS Universitas Padjadjaran Center for Sustainable Development Goals Studies

Metode mengkaji kesiapan mencapai SDGs SEKARANG 2030 Universitas Padjadjaran Center for Sustainable Development Goals Studies KONDISI SAAT INI SASARAN SDGS PROYEKSI BERDASARKAN TREN HISTORIS

Metodologi Universitas Padjadjaran Center for Sustainable Development Goals Studies Menentukan indikator yang akan diproyeksikan (atau disusun baseline-nya) Identifikasi daftar indikator SDGs berdasarkan IAEG-SDGs (UN) Identifikasi ketersediaan dan aksesibilitas data (data bisa yg sudah dipublikasikan atau harus diolah dari data mentah) Menentukan indikator terpilih Memproyeksikan indikator-indikator tersebut ke 2030 Analisis tren, model, atau judgment Melakukan analisis berdasarkan seberapa jauh sasaran dapat tercapai dengan baseline (BAU)

Indikator baseline SDGs 45 indikator dari 16 SDGs goal untuk kabupaten/kota di propinsi Jawa Barat. Sumber data: BPS baik berupa publikasi maupun data SUSENAS yang diolah. Dengan menggunakan indikator SDGs yang tersedia dan dapat diakses (available and accessible) bagaimana kesiapan kabupaten/kota di Jabar dalam menghadap SDGs? Universitas Padjadjaran Center for Sustainable Development Goals Studies

Metode proyeksi Universitas Padjadjaran Center for Sustainable Development Goals Studies Untuk data yang relatif komplit, diestimasi baseline historis Analisis tren dengan data dari 2000-2015 Menggunakan berbagai alternatif jenis trend baik linear, logaritma, exponensial berdasarkan yang paling tinggi fit-nya. Ketika data terlalu sedikit untuk melakukan analisis tren: Mengasumsikan tidak ada perubahan ke depan (existing). Melakukan judgement kualitatif

SCORECARD

SISTEM PENILAIAN SCORECARD Mencapai atau hampir mencapai target SDGs Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator mencapai atau hampir mencapai (97.5%) target SDGs. B Mendekati target SDGs Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator mendekati target SDGs dan mencapai setidaknya 90% jalan menuju target SDGs. C Lebih dari seperempat jalan menuju target SDGs Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator mengarah kepada target SDGs dan mencapai lebih dari 25% jalan menuju target SDGs. D Kurang dari seperempat jalam menuju target SDGs Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator tersebut masih antara 25%-50% dari mencapai target SDGs. E Masih cukup jauh mencapai target SDGs Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030, masih setengah jalan (50%) atau lebih target SDGs dapat tercapai.

INDIKATOR Tujuan Indikator Target Kuantitatif Sumber 1 Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) UN Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%) 2.38 * 2 Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) Pengurangan sebesar 40% UN, WHO Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%) di bawah 5% Produktivitas tanaman pangan (t/ha) 7.2 3 Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) 25 Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) 12 Angka harapan hidup saat lahir (tahun) 78.06 Jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk) Menurun 50% Penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (%) Menurun 25% 4 Rata-rata lama sekolah (tahun) Angka Partisipasi Murni Tingkat Sekolah Dasar (%) 100% Penduduk usia 25-64 tahun dengan pendidikan menengah atas (%) 39.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%) Meningkat dua kali lipat Gap Top 10-Bottom 40 Penduduk Usia 25-64 tahun dengan pendidikan tersier (%) Gap Top 10-Bottom 40 partisipasi murni SMA (%) Gap Top 10-Bottom 40 Penduduk Usia 25-64 tahun SMA (%) Gender Gap Penduduk Usia 25-64 tahun SMA (%) Gender Gap Penduduk Usia 25-64 tahun dengan pendidikan tersier (%) Angka melek huruf usia 15-24 (%)

INDIKATOR Tujuan Indikator Target Kuantitatif Sumber 5 Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) 30 * Proporsi perempuan dalam parlemen (%) Meningkat dua kali lipat Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%) 82.71 6 Rumah tangga dengan air minum layak (%) 100 UN Rumah tangga dengan sanitasi layak (%) 7 Rasio Elektrifikasi (%) 8 PDRB Per Kapita (Harga Konstan 2016) (juta rupiah) ≈ US$3,956 Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%) Menurun 50% Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk ke dalam kategori pekerja anak (%) 9 Kondisi Jalan dengan Kualitas Baik dan Sedang (% dari Total Panjang Jalan) Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir (%) 10 Rasio gini 0.31 Rasio palma 1.19 Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 persen terbawah 26.61% 11 Rumah tangga yang memenuhi spesifikasi rumah sederhana sehat (%) Rumah tangga kota dengan jaringan air ledeng (%) 12 Rumah tangga dengan perilaku memilah sampah (%) 39.98 13 Emisi CO2 BBM & Listrik Rumah Tangga (tCO2/kapita) 29% turun dari data terakhir

INDIKATOR Tujuan Indikator Target Kuantitatif Sumber 15 Proporsi luas area hutan terhadap luas daratan (%) meningkat * Area konservasi yang dilindungi (% luas wilayah) Persentase Lahan Kritis (kritis + sangat kritis) terhadap Luas wilayah (%) 0.34 16 Kejadian Pembunuhan (per 100.000 penduduk) Menurun 50% Risiko penduduk terkena tindak pidana (per 100.000 Penduduk) Anak di bawah 5 tahun yang sudah memiliki akte kelahiran (%) 100 UN

HASIL PROYEKSI DAN ANALISIS INDIKATOR SDGs

Hubungan antara PDRB per kapita dan Skor SDG KUAT Hubungan antara PDRB per kapita dan Skor SDG LEMAH

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D

CIANJUR DAN GARUT MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA   MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D CIANJUR DAN GARUT

KOTA TASIKMALAYA MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA   MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR KOTA TASIKMALAYA A B C E D

TANTANGAN PERKOTAAN KESENJANGAN PENDIDIKAN PENGANGGURAN KETIMPANGAN   MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR TANTANGAN PERKOTAAN A B C E D KESENJANGAN PENDIDIKAN PENGANGGURAN KETIMPANGAN LINGKUNGAN

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D Angka melek huruf di Jabar dan semua kabupaten/kotanya cukup baik dan diproyeksikan untuk mencapai universal literacy di tahun 2030. Secara umum baik juga bisa dikatakan untuk angka partisipasi sekolah dasar.

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D Untuk rata-rata lama sekolah, disparitas skor antara kabupaten/kota cukup tinggi. Walau ada beberapa daerah yang mendapat skor A seperti Kota Bekasi, kota Depok dan lain-lain, ada banyak juga daerah-daerah yang memperoleh skor D seperti Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D Untuk rata-rata lama sekolah, disparitas skor antara kabupaten/kota cukup tinggi. Walau ada beberapa daerah yang mendapat skor A seperti Kota Bekasi, kota Depok dan lain-lain, ada banyak juga daerah-daerah yang memperoleh skor D seperti Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D Hal lebih parah adalah yang terkait dengan proporsi penduduk dewasa yang pernah mengenyam pendidikan selevel SMA. Rentang skornya dari A sampai E. Cukup banyak kabupaten/kota (mendekati setengahnya) memperoleh skor terendah (E) ketika disisi lain banyak daerah terutama kota-kota yang memperoleh nilai A.

  MISKIN1.9 MISKINNAS BAYIPENDEK BAYIKURUS TONPERHA BALITAMATI MORTALNEO HARAPHIDUP MORTALINTAS MEROKOK LAMASEKOLAH APMSD SMA UNIVERSITAS GAPT10B40TERSIER GAPT10B40APMSMA GAPT10B40SMA GAPGENDERSMA GAPGENDERTERSIER LITERASI REMAJAHAMIL WANITAKERJA DPRWANITA AIRMINUM SANITASI ELETRIFIKASI PERTUMBUHAN PENGANGGURAN NEET PEKERJAANAK JALAN INTERNET GINI PALMA BOTTOM40 PERUMAHAN LEDENG SAMPAH CO2 HUTAN KONSERVASI LAHANKRITIS PEMBUNUHAN PIDANA AKTE GOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KAB. BANDUNG BARAT KOTA BOGOR KOTA SUKABUMI KOTA BANDUNG KOTA CIREBON KOTA BEKASI KOTA DEPOK KOTA CIMAHI KOTA TASIKMALAYA KOTA BANJAR A B C E D Dari 9 kota di Jawa Barat 6 diantaranya memperoleh skor E untuk kesenjangan akses terhadap pendidikan tinggi antara kelompok 10% terkaya dan 40% termiskin. Jadi dari segi akses secara umum kota-kota ini relative baik dibandingkan dengan daerah lain, tetapi dari kesenjangannya cukup mengalami masalah. Padahal justru kesenjangan akses lah yang diberikan penekanan dalam SDGs.

Kesimpulan SDGs adalah transformasi ambisius yang penuh tantangan Semua kabupaten/kota di Jabar, tak terkecuali, mempunyai tantangan masing-masing dalam mencapai SDGs Pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan kesiapan SDGs tapi hanya satu dari banyak factor penentu Terdapat variasi antar kabupaten/kota yang cukup besar di Jabar dalam kesiapan pencapaian SDGs Daerah perkotaan Jabar menghadapi tantangan besar dalam ketimpangan (pendapatan maupun Pendidikan), pengangguran dan lingkungan. Dalam SDGs, isu pendidikan bukan hanya akses tap kesenjangan akses.

SDGs Center - Universitas Padjadjaran www.sdgcenter.unpad.ac.id TERIMA KASIH SDGs Center - Universitas Padjadjaran www.sdgcenter.unpad.ac.id