PMK 94/PMK.04/2018 Jakarta, 14 September 2018

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN PADA SATUAN KERJA
Advertisements

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Jakarta, 22 November 2013.
PROSEDUR FASILITAS KEPABEANAN PEMBEBASAN BEA MASUK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2010 Tentang PENETAPAN SATU TEMPAT ATAU LEBIH SEBAGAI TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) PPKP (Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
PENGANGKUTAN BARANG IMPOR DAN EKSPOR
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PERTEMUAN 10 SURAT PEMBERITAHUAN 8 MEI 2011 Surat Pemberitahuan.
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
PEMBUKUAN DALAM PERPAJAKAN
INSPEKTORAT WILAYAH VI
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH (SPTPD)
E-LEARNING MATA KULIAH : PERPAJAKAN 1 DOSEN : MOMO KELAS : 21
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Acara Sosialisasi kepada Pengguna Jasa Kepabeanan
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Solo-Salatiga, Maret 2016 Direktorat Impor
E-LEARNING MATA KULIAH. : PERPAJAKAN 1 DOSEN. : MOMO KELAS
PENETAPAN TARIF CUKAI dan HARGA DASAR BKC
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI ATAS KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN, PEMBETULAN SURAT PEMBERITAHUAN, DAN KETERLAMBATAN.
Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Dan Perolehan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Atau Pengambilalihan Usaha PERATURAN MENTERI.
IV PEMBAYARAN PAJAK.
LANJUTAN PERTEMUAN KE-6 SURAT SETORAN PAJAK DAN PEMBAYARAN PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT TAGIHAN PAJAK
PPPPM bagi PKP Tertentu dan PKP yang melakukan kegiatan usaha Tertentu
KULIAH KE - 7 PEMBAYARAN PAJAK DENGAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP)
PPh 4 ayat 2 & PPh 15 Perpajakan 2 21/09/2015.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Kuliah ke – 5 & 6 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
KULIAH KE – 9 & 10 PENETAPAN DAN KETETAPAN
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) PPKP (Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
Mengapa tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak itu
PERTEMUAN 10 SURAT PEMBERITAHUAN 8 MEI 2011 Surat Pemberitahuan.
MATERI KULIAH PENGERTIAN FAKTUR PAJAK JENIS-JENIS FAKTUR PAJAK
Inspektorat Kabupaten Sleman
Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
KULIAH KE – 8 PEMERIKSAAN PAJAK
Materi 11.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
MATERI KULIAH PENGERTIAN RESTITUSI
PEMUNGUT PPN Niken Nindya H, SE., MSA., CA..
MATERI KULIAH PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
KUP.
Surat Pemberitahuan (SPT)
PPh Pasal 25.
PPN MEMBANGUN SENDIRI Niken Nindya H, SE., MSA., CA.
Value Added Tax (2) Perpajakan 2 06/12/2016.
PAPARAN Inspektur Wilayah III
Pembukuan dan Pencatatan & Laporan Keuangan Fiskal
Materi 11.
Bab 15 sistem akuntansi persediaan
MATA KULIAH: PERPAJAKAN
Wewenang Pemeriksaan :
PERATURAN DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003
PERKAP NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERKAP NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI CUKAI TEMBAKAU, PENGAWASAN SERTA PENGENDALIANNYA.
PELUNASAN DAN PENAGIHAN BKC
Kemudahan Pembayaran Cukai
MUTASI BARANG KENA CUKAI
PT LANGIT PERKASA Disusun oleh: Kelompok 2 Adini Nadia Putri
Perubahan alamat Perusahaan
AUDIT LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN
Transcript presentasi:

PMK 94/PMK.04/2018 Jakarta, 14 September 2018 Peraturan Menteri Keuangan Tentang Kewajiban Pencatatan Bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil Yang Wajib Memiliki Izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Yang Memiliki Izin PMK 94/PMK.04/2018 Jakarta, 14 September 2018

Latar Belakang Sejak tahun 2008 telah terbit sebuah aturan mengenai pencatatan di bidang cukai (PMK 110/PMK.04/2008). Aturan ini merupakan konsep awal sekaligus fundamental pengawasan pengusaha BKC berbasis pencatatan. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya dunia usaha di bidang cukai kami merasa perlu untuk meninjau kembali aturan tersebut. Disamping untuk menyelaraskan dunia bisnis dengan pemerintahan, hal ini dimaksud juga untuk memperbaharui kembali tata cara pengawasan DJBC di bidang cukai yang efektif dan efisien (khususnya bagi pengusaha skala kecil).

Maksud dan Tujuan 1 2 3 Meningkatkan kepatuhan reksan cukai atas peraturan-peraturan yang berlaku Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Fungsi Pengawasan DJBC berdasarkan Aspek Kinerja, Manajemen Risiko, SDM, dan Konsistensi Kebijakan Penyempurnaan pedoman penyelenggaraan pencatatan di bidang cukai

Dasar Hukum bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang cukai, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kewajiban Pencatatan bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil Yang Wajib Memiliki Izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Yang Wajib Memiliki Izin;

Pokok-pokok Materi Perubahan Bentuk lampiran pada Rancangan PMK ini disesuaikan dengan bentuk kartu persediaan agar pengguna jasa lebih mudah dalam melakukan pengisian Perubahan Bentuk Lampiran Pencatatan yang dilakukan oleh pengguna jasa harus berdasarkan bukit transaksi, baik transaksi internal maupun eksternal. Bukti Transaksi Adanya definisi pembukuan berfungsi sebagai bridging antara kewajiban penyelenggaraan pembukuan dengan pencatatan serta terfasilitasinya pengguna jasa yang sudah melakukan pembukuan. Definisi Pembukuan Pilihan atas cara pencatatan (manual atau otomasi) yang dilakukan oleh pengguna jasa sebagai bentuk pelayanan dan pengawasan yang dilakukan DJBC. Cara Pencatatan

Pokok-pokok Materi Perubahan Pengkhususan Bagi Penyelenggara Pembukuan Bagi pengguna jasa yang telah menyelenggarakan pembukuan, maka boleh tidak menyelenggarakan pencatatan. Adanya kolom nama pemasok pada pencatatan oleh pengguna jasa MMEA sebagai bentuk pengendalian atas peredaran MMEA Nama Pemasok MMEA Penambahan istilah unsur – unsur yang ada dalam pencatatan dan membolehkan pengguna jasa untuk melakukan pencatatan dengan format lain sepanjang memenuhi unsur-unsur tersebut. Unsur Pencatatan Inti dari pencatatan adalah pelaporan atas catatan yang dilakukan kepada pihak yang berwenang (DJBC). Laporan ini dapat menjadi bahan Analisa dalam melakukan pengawasan dan pelayanan. Pelaporan

Persandingan Per Pasal

Struktur Pasal Pasal X PMK 110/PMK.04/2011 PMK 94/PMK.04/2018 8

Ditambah Struktur Pasal Pasal 1 2. Pembukuan adalah suatu proses Pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi dan mempengaruhi keadaan harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya yang secara khusus menggambarkan jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa serta pencatatan arus keluar masuknya sediaan barang yang kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan. Ditambah 6. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Pelayanan Utama atau Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai. 7. Bukti Transaksi adalah dokumen sumber yang menjadi dasar sebuah transaksi 9

Perubahan Struktur Pasal Pasal 2 (1) Pencatatan wajib dilakukan oleh: pengusaha pabrik skala kecil; penyalur etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai; atau pengusaha tempat penjualan eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. (1) Pencatatan wajib dilakukan dan disediakan oleh: Pengusaha Pabrik skala kecil; Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai; atau Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Perubahan 10

Perubahan Struktur Pasal Pasal 3 (1) Pencatatan wajib dibuat secara lengkap yang mencerminkan: pemasukan, produksi, dan pengeluaran barang kena cukai yang sebenarnya, untuk Pengusaha Pabrik skala kecil; atau pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai yang sebenarnya, untuk penyalur dan pengusaha tempat penjualan eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. (1) Pencatatan wajib dibuat secara lengkap dan benar berdasarkan Bukti Transaksi yang mencerminkan unsur sebagai berikut: pemasukan, produksi, dan pengeluaran barang kena cukai, dan barang kena cukai yang musnah atau rusak, untuk Pengusaha Pabrik skala kecil; atau pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai, untuk Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Perubahan 11

Ditambah Struktur Pasal Pasal 3 (3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat dilakukan secara manual, dengan bantuan komputer atau otomasi. Ditambah 12

Perubahan Struktur Pasal Pasal 4 (1) Pencatatan untuk hasil tembakau wajib dilakukan pada catatan sediaan hasil tembakau sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini. (1) Pengusaha Pabrik skala kecil wajib melakukan Pencatatan barang kena cukai hasil tembakau dalam proses produksi pada catatan sediaan produksi hasil tembakau dapat menggunakan contoh format tercantum dalam Lampiran Huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Pengusaha Pabrik skala kecil wajib melakukan Pencatatan barang kena cukai hasil tembakau selesai dibuat pada catatan sediaan barang kena cukai selesai dibuat dapat menggunakan contoh format tercantum dalam Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Perubahan 13

Perubahan Struktur Pasal Pasal 4 (2) Pencatatan untuk hasil tembakau: yang dikembalikan dari peredaran ke dalam pabrik; dan/atau yang rusak di pabrik dan telah dilekati pita cukai, wajib dilakukan pada catatan sediaan hasil tembakau yang dikembalikan dari peredaran dan produk rusak yang telah dilekati pita cukai, sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Pengusaha Pabrik skala kecil wajib melakukan Pencatatan barang kena cukai hasil tembakau yang: dikembalikan dari peredaran ke dalam pabrik; dan/atau rusak di pabrik dan telah dilekati pita cukai, pada catatan sediaan hasil tembakau yang dikembalikan dari peredaran dan produk rusak yang telah dilekati pita cukai dapat menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Perubahan 14

Perubahan Struktur Pasal Pasal 4 (1) Pencatatan pita cukai wajib dilakukan pada catatan sediaan pita cukai sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Catatan sediaan pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh pengusaha pabrik skala kecil. (4) Pengusaha Pabrik skala kecil wajib melakukan Pencatatan pita cukai pada catatan sediaan pita cukai dengan menggunakan contoh format tercantum dalam Lampiran Huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Perubahan 15

Ditambah Struktur Pasal Pasal 4 (5) Pengusaha Pabrik skala kecil wajib melakukan Pencatatan untuk hasil tembakau yang musnah atau rusak sebelum diberitahukan sebagai barang kena cukai yang selesai dibuat dengan menggunakan dokumen cukai pada catatan barang kena cukai yang musnah atau rusak sebagaimana diatur dalam ketentuan tidak dipungut cukai. Ditambah 16

Perubahan Struktur Pasal Pasal 5 Pencatatan etil alkohol wajib dilakukan pada catatan sediaan etil alkohol sesuai dengan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal 6 Ayat (1) Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, wajib melakukan Pencatatan pemasukan dan pengeluaran etil alkohol pada catatan sediaan etil alkohol dengan menggunakan contoh format tercantum dalam Lampiran Huruf E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Perubahan 17

Perubahan Struktur Pasal Pasal 6 Catatan sediaan etil alkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil, atau pengusaha tempat penjualan eceran Pasal 6 Ayat (2) (1) Pengusaha Tempat Penjualan Eceran minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai dan Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, wajib melakukan Pencatatan pemasukan dan pengeluaran minuman yang mengandung etil alkohol pada catatan sediaan minuman yang mengandung etil alkohol dengan menggunakan contoh format tercantum dalam Lampiran Huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Perubahan 18

Ditambah Struktur Pasal Pasal 6 (3) Catatan sediaan minuman yang mengandung etil alkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan nama pemasok Ditambah 19

Ditambah Struktur Pasal Pasal 7 (1) Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat menyelenggarakan Pencatatan dengan format lain yang mengandung unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2). Ditambah 20

Ditambah Struktur Pasal Pasal 7 (2) Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang telah menyelenggarakan Pembukuan yang mengandung unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pencatatan dapat tidak diselenggarakan. Ditambah 21

Ditambah Struktur Pasal Pasal 8 (1) Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus menyampaikan rekapitulasi hasil Pencatatan atau Pembukuan setiap 3 (tiga) bulan pada laporan sediaan barang kena cukai hasil tembakau / etil alkohol / minuman yang mengandung etil alkohol dengan format tercantum dalam Lampiran Huruf H yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Ditambah 22

Ditambah Struktur Pasal Pasal 8 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Kantor yang mengawasi paling lambat tanggal 15 (lima belas) pada bulan: April untuk periode Januari sampai dengan Maret; Juli untuk periode April sampai dengan Juni; Oktober untuk periode Juli sampai dengan September; dan Januari untuk periode Oktober sampai dengan Desember Ditambah (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan sebagai bahan profiling dan/atau analisis oleh Kantor yang mengawasi. 23

Perubahan Struktur Pasal Pasal 9 Pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil yang wajib memiliki izin, dan pengusaha tempat penjualan eceran yang wajib memiliki izin, harus menyimpan catatan sediaan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia. Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib menyimpan catatan sediaan selama 10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia. Perubahan 24

Ditambah Struktur Pasal Pasal 10 Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur skala kecil yang waib memilki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, yang tidak melakukan Pencatatan dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaiman telah diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai Ditambah 25

Ditambah Struktur Pasal Pasal 11 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Pengusaha Pabrik skala kecil, Penyalur minuman yang mengandung etil alkohol skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol atau minuman yang mengandung etil alkohol yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai, yang telah melakukan Pencatatan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.04/2008 Tentang Kewajiban Pencatatan Bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil Yang Wajib Memiliki Izin, Dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Yang Wajib Memiliki Izin, dianggap telah melakukan Pencatatan sesuai dengan Peraturan Menteri ini sepanjang memenuhi unsur dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri ini. Ditambah 26

Perubahan Struktur Pasal Pasal 12 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 245/KMK.05/1996 tentang Buku Persediaan dan Pemberitahuan Barang Kena Cukai yangSelesai Dibuat; dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 712/KMK.05/1996 tentang Penambahan Buku Persediaan dan Penjelasan KeputusanMenteri Keuangan Nomor 245/KMK.05/1996, sepanjang mengenai ketentuan buku persediaan dinyatakan tidak berlaku Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.04/2008 tentang Kewajiban Pencatatan bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil yang Wajib Memiliki Izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran yang Wajib Memiliki Izin dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Perubahan 27

Ditambah Struktur Pasal Pasal 13 Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan 28