Pengobatan Pasien TB Resistan Obat dr.Herudian Ahmadin SpP

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER PENYAKIT MENULAR TUBERKULOSIS PARU (TB)
Advertisements

dr. Sardikin Giriputro, SpP(K)
Surveilans MERS-CoV di Wilayah
Praktek kedokteran keluarga di Puskesmas
Kesepakatan. 1. Suspek yang belum ada data laboratorium Kesepakatan : eTB manager harus ditutup  6 bulan. Mohon di bulan ke-3 atau ke-4 di cross check.
LATAR BELAKANG Universal Access target 2015 sudah diambang pintu:
DIAGNOSIS LABORATORIUM UNTUK INFEKSI BAKTERI
PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT Sekilas tentang Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit dan Metode Pelatihan.
KUESIONER RUMAH TANGGA Blok V
SELF ASSESSMENT PEMBERIAN ANTIBIOTIK
BEBAS TBC dan BEBAS ROKOK.
Pelatihan Kader Tuberculosis tingkat Kabupaten dan Kecamatan
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS TOPIK 7
ALUR TATALAKSANA TB DALAM PEMANFAATAN TCM
Management Therapy TB with Fixes Dose Combination
EPIDEMIOLOGI TUBERCULOSIS
INDIKATOR NAS PENANGGULANGAN TBC
DESA KARANGWUNI PUJIANTA, S.KEP
EVALUASI CLINICAL PATHWAY TubeRculosis
PELAYANAN PENYAKIT MENULAR (TUBERKULOSIS) di KELUARGA
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma Husada Bandung
Alfian Nur Rosyid, MD, Pulmonologist
TUBERCULOSIS.
Konseling KTD
Strategy Against Pulmonary Tuberculosis Problems
Pitfall dalam terapi antibiotik
Comparison of Real Time IS6110-PCR, Microscopy, and Culture for Diagnosis of Tuberculous Meningitis in a Cohort of Adult Patients in Indonesia Nama :
Childhood Tuberculosis
Mertien Sa’pang; Laras Sitoayu; ILMU GIZI / FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Agung Dwi Cahyo Anif Nur A Arina Dwi S Devi Aulia FR Hidayah Nisa Asri Ati MDR TBC FARMAKOLOGI.
Indikator Cakupan SRAN 2010 – 2014 (Permenkokesra No. 8/2010)
Oleh: TIM UPTD PUSKESMAS DTP PANAWANGAN DETEKSI DINI TUBERKULOSIS (TBC)
PENCAPAIAN MTPTRO PROV. SULSEL
Sistem Kesehatan Negara Kuba
MANAJEMEN KASUS HIV dan AIDS
TBC (Tuberculosis) Achmad Ramdani Agus Setiawan Bima Nafi N.C Karmelia
SOSIALISASI PICK UP POINT (PUP) TB RO
Sembuh dengan gejala sisa Belum sembuh
Cakupan Ilmu Toksikologi
Kepala Dinas Kesehatan
Kriteria suspek tb/mdr DAN PEMERIKSAAN DAHAK sps
KEBIJAKAN PENGENDALIAN TUBERCULOSIS RESISTEN OBAT
IKHTISAR PERAWATAN PASIEN HIV/ART
KAJIAN MERSCOV DI RSPI-SS
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler Laboratorium TB
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
Indikator , Definisi Operasional dan target Indikator P2TB
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE )
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO)
Yani Jane Sugiri Solo, 17 Maret 2018
IMPLEMENTASI APLIKASI SPM BERBASIS WEB
INDIKATOR NAS PENANGGULANGAN TBC
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed.
Disampaikan dalam Rakerkesda 2018
JEJARING PELAYANAN KESEHATAN PRIMER BIDANG UPAYA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DINAS EKSEHATAN KOTA SAMARINDA TAHUN 2017.
CURICULUM VITAE NAMA : Dr.EDI SAMPURNO Sp.P.,MM.FISR
Pasien Rawat Jalan Sugito Wonodirekso
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF RSUD AMBARAWA 2018
APA ITU TB BAHAYA PENYAKIT TB AKIBAT TB PADA MASYARAKAT GEJALA PENDERITA TB PARU PENULARAN PENYAKIT TB PEMERIKSAAN PENYAKIT TB PENGOBATAN PENYAKIT TB.
Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual PERAN KADER DALAM KOLABORASI TB HIV.
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Materi Dasar Tentang TB
TUBERCULOSIS (TBC) UPT PUSKESMAS ANAMBAS. TBC ITU ………………..???  BUKAN  BUKAN PENYAKIT KETURUNAN  BUKAN KARENA GUNA-GUNA  BUKAN  BUKAN JUGA KARENA.
KOMUNIKASI MOTIVASI dr. deniz mawarni. Tujuan Pembelajaran : TPU : Peserta mampu menerapkan metode komunikasi motivasi dalam pendekatan penderita TB untuk.
TUBERCULOSIS. . APA ITU TBC ? 1.TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil/kuman TBC 2.TBC dapat menyerang siapa saja dari golongan.
Tuberculosis (TBC) Puskesmas Pakem. TUBERKULOSIS (TB) Sebagian besar menyerang paru Sebagian besar menyerang paru Dpt juga menyerang organ tubuh lain.
Transcript presentasi:

Pengobatan Pasien TB Resistan Obat dr.Herudian Ahmadin SpP

Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB, 24 Maret 1882 Mycobacterium tuberculosis

Definisi TB MDR Mono-Resistant: Poly-Resistant: Resisten terhadap satu macam OAT Poly-Resistant: Resisten terhadap lebih dari satu macam OAT, tetapi bukan kombinasi isoniazid dan rifampicin Multi Drug-Resistant (MDR): Resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin dengan atau tanpa OAT lain nya Extensively Drug-Resistant (XDR): MDR ditambah resisten terhadap fluoroquinolones dan salah satu dari 3 obat injeksi (amikacin, kanamycin, capreomycin) Total Drug Resistance ( TDR) : Resisten baik dengan lini pertama maupun lini kedua. Begin with the definitions for drug resistance: Mono-resistant: The most common single drug-resistance pattern is mono-resistance to isoniazid. In general, this pattern of resistance is not usually associated with a worse outcome and does not require modification of the treatment regimen (as long as there are 4 drugs in the initial phase and rifampicin is included throughout the full duration of treatment). Rifampicin mono-resistance occurs, but is uncommon and is seen mainly in patients with HIV infection. The reasons for this association are not known. Poly-resistant: A general term used when the organism is resistant to more than one drug, but not the combination of isoniazid and rifampicin. MDR-TB: Resistance to at least isoniazid and rifampicin (the two most effective anti-tuberculosis drugs). MDR has a major adverse effect on the outcome of treatment. Patients with TB caused by MDR organisms generally require treatment with second line drug regimens. XDR-TB: MDR-TB plus resistance to the 2 most important classes of 2nd-line agents used in MDR-TB treatment: the fluoroquinolones and at least 1 of 3 injectable agents (amikacin, kanamycin, capreomycin). In addition to meeting the defining criteria, XDR-TB cases are often resistant to all four 1st-line agents. Consequently, patients with XDR-TB are significantly more difficult to treat and require specialized care. [Note: Material also covered (duplicate slide) in Management of Drug-Resistant TB module.]

ALUR DIAGNOSIS TB TCM

Faskes yang punya TCM TB Gunakan TCM untuk penegakan diagnosis TB pada terduga TB. Pada kondisi dimana pemeriksaan TCM tidak memungkinkan, penegakan diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan baik dengan TCM maupun mikroskop sebanyak 2 (dua) sampel. Untuk pemeriksaan mikroskopis, contoh uji dapat berasal dari dahak Sewaktu-Sewaktu atau Sewaktu-Pagi. Jika terduga TB adalah kelompok terduga TB RO dan terduga TB dengan HIV positif, harus tetap diupayakan untuk dilakukan penegakan diagnosis TB dengan TCM TB, dengan cara melakukan rujukan ke layanan tes cepat molekuler terdekat, baik dengan cara rujukan pasien atau rujukan contoh uji. Pasien dengan pemeriksaan alat tes cepat molekuler menunjukkan hasil Mtb Resistan Rifampisin tetapi bukan berasal dari kriteria terduga TB RO harus dilakukan pemeriksaan ulang dengan alat tes cepat molekuler sebelum mulai pengobatan standar TB MDR. Jika terdapat perbedaan hasil, maka hasil pemeriksaan TCM yang terakhir yang menjadi acuan tindakan selanjutnya. 

Faskes yang punya TCM TB (lanj) Contoh uji yang digunakan dalam pemeriksaan TCM TB adalah satu contoh uji dahak dengan kualitas yang baik. Contoh uji non-dahak yang dapat diperiksa dengan Xpert MTB/RIF terdiri atas cairan serebrospinal (CSF), jaringan biopsi, bilasan lambung (gastric lavage), dan aspirasi cairan lambung (gastric aspirate). Pengobatan standar TB MDR segera diberikan kepada semua pasien TB RR, tanpa menunggu hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1 dan lini 2 keluar. Bila telah ada hasil uji kepekaan, dan hasil tidak hanya resistan rifampisin, pengobatan akan disesuaikan dengan hasil uji kepekaan OAT. Jika hasil resistensi menunjukkan MDR, lanjutkan pengobatan TB MDR. Pemeriksaan uji kepekaan menggunakan metode LPA Lini-2 atau dengan metode konvensional Pengobatan TB pre XDR/ TB XDR menggunakan paduan standar TB pre XDR atau TB XDR atau menggunakan paduan obat baru. Pasien dengan M.tb negatif, pemeriksaan ulang klinis, laboratoris dan radiologi tidak mendukung, ditetapkan sebagai bukan TB, dan pasien yang bersangkutan harus segera diberi tahu. Pemeriksaan TCM hanya untuk kepentingan penegakan diagnosis TB, sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.

Faskes yang tidak punya TCM Faskes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses TCM, penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop. Pemeriksaan BTA dengan menggunakan mikroskop dilakukan dari dua contoh uji dahak dengan kualitas bagus (Sewaktu dan Pagi). BTA (+) adalah jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil pemeriksaan BTA positif. Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak pertama, pasien dapat segera ditegakkan sebagai pasien dengan BTA (+) BTA (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA negatif. Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter.

Faskes yang tidak punya TCM (lanj) Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif dan tidak memilki akses rujukan (radiologi/TCM/biakan) maka dilakukan pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) terlebih dahulu selama 1-2 minggu. Jika tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik, pasien perlu dikaji faktor risiko TB. Pasien dengan faktor risiko TB tinggi maka pasien dapat didiagnosis sebagai TB Klinis. Faktor risiko TB antara lain: Terbukti ada kontak dengan pasien TB Ada penyakit komorbid: HIV, DM Tinggal di wilayah berisiko TB: Lapas/Rutan, tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, dll.

Kriteria Terduga TB RO Pasien TB gagal pengobatan Kat. 2 Pasien TB pengobatan Kat. 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB tidak standar serta menggunakan FQ dan obat injeksi lini-2 min. 1 bulan Pasien TB gagal pengobatan Kat. 1 Pasien TB pengobatan Kat. 1 yang tidak konversi Pasien TB kasus kambuh, Kat. 1 / Kat. 2 Pasien TB yang kembali setelah LFU Terduga TB yang kontak erat TB RO

9. Pasien TB-HIV yang tidak responsif thd OAT 10. Lain-lain: TB pada ODHA (termasuk pada populasi kunci) TB pada populasi rentan lain: ibu hamil, anak, DM, malnutrisi, gangguan sistem imun TB BTA positif baru TB BTA negatif dengan riw pengobatan sebelumnya TB ekstraparu

Metode konvensional (kultur & uji kepekaan obat / DST): Diagnosis TB RO Metode konvensional (kultur & uji kepekaan obat / DST): Media padat: LJ, Ogawa Media cair: MGIT Tes cepat (rapid test) GeneXpert LPA / Hain test

Lini-2: Am, Km, Ofloksasin DST bukan alat untuk konfirmasi hasil Xpert, tetapi untuk mengetahui pola resistansi kuman  menentukan paduan OAT DST yang tersedia di Indonesia: Lini-1: R, H, E, S Lini-2: Am, Km, Ofloksasin

Panduan Pengobatan TB RO (Updated)

Pemeriksaan awal sebelum memulai pengobatan (baseline tests) Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan sputum Pemeriksaan lab/penunjang lain

Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum pengobatan : Faal ginjal: ureum, kreatinin Faal Hati : SGOT, SGPT Tes kehamilan untuk perempuan usia subur Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan kimia darah ( Serum elektrolit, asam urat & gula darah) Foto thorax Pemeriksaan EKG Tes HIV Pemeriksaan Penglihatan Pemeriksaan Kejiwaan* Thyroid stimulating hormon (TSH)* Tes pendengaran* Jika fasilitas tidak tersedia, maka pengobatan dapat dilakukan sambil memonitor efek samping CATATAN : DALAM WAKTU TUJUH HARI PASIEN SUDAH HARUS MEMULAI PENGOBATAN MI 2 HAL 37-38

INISIASI PENGOBATAN TB RO Persiapan Awal Sebelum Pengobatan (2) INISIASI PENGOBATAN TB RO Pengobatan untuk pasien TB RO diupayakan diberikan dengan cara rawat jalan (ambulatoir) Fasyankes Rujukan TB RO  Tim Ahli Klinis (TAK) memutuskan memulai pengobatan Fasyankes TB RO  Dokter terlatih TB RO memutuskan memulai pengobatan MI 2 HAL 38

Kondisi Yang Membutuhkan Rawat Inap Tanda ada gangguan kejiwaan Pneumonia berat Pneumotoraks Abses paru Efusi pleura Kelainan hati berat Gangguan hormon tiroid Insufisiensi ginjal berat Gangguan elektrolit berat Malnutrisi berat Diabetes melitus yang tidak terkontrol Gangguan gastrointestinal berat yang mempengaruhi absorbsi obat Penyakit dasar lain yang memerlukan rawat inap. MI 2 HAL 38-39

Penentuan Paduan Pengobatan Pasien Memenuhi kriteria ?? PADUAN JANGKA PENDEK YA  PADUAN INDIVIDUAL TIDAK  Pasien TB RR/MDR yang memenuhi kriteria akan mendapatkan pengobatan dengan paduan standar jangka pendek. Pasien pre-XDR/XDR dan pasien TB RR/MDR tidak memenuhi kriteria akan mendapatkan paduan individual: paduan standar jangka panjang (konvensional), paduan dengan obat baru (BDQ atau DLM).

2. Penetapan Paduan dan Dosis OAT TB RO di Indonesia 1. Paduan OAT Standar (RR/MDR) : Pengobatan OAT standar konvensional (20-26 bln) Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bln) 2. Paduan OAT Individual Diberikan kepada pasien yang memerlukan perubahan paduan pengobatan yang fundamental dari pengobatan OAT standar yang sudah digunakan sebelumnya MI 2 HAL 41

Perubahan: Gol. 2: Obat suntik TB (Juknis 2014: Obat suntik lini kedua) Ofloxacin tidak lagi termasuk Gol. 3 Gol. 5: berubah nama dari “Obat yang belum terbukti efikasinya dan belum direkomendasikan oleh WHO untuk pengobatan standar TB RR/TB MDR

PADUAN OAT STANDAR Kriteria Ekslusi Paduan OAT Standar Jangka Pendek : Terbukti resistan atau diduga terjadi ketidakefektifan salah satu obat yang digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek (kecuali INH). Pernah menggunakan satu /lebih OAT lini kedua yang digunakan dalam paduan OAT standar jangka pendek Intoleransi terhadap lebih dari 1 OAT yang dipakai dalam paduan OAT standar jangka pendek/resiko toksisitas karena interaksi obat yang digunakan pasien. Kehamilan Kasus TB EP Bila ada satu OAT dari paduan OAT standar jangka pendek tidak tersedia. MI 2 HAL 41-42

4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z - H / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - H PADUAN OAT STANDAR Paduan OAT Standar Konvensional     Paduan OAT Standar Jangka Pendek      8-12 Km - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H 4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z - H / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - H MI 2 HAL 41

Paduan Pengobatan Standar Jangka Pendek 4-6 Km-Mfx-Eto(Pto)-HDT-Cfz-E-Z / 5 Mfx-Cfz-E-Z Tahap Awal Tahap Lanjutan

Catatan: Bila ada riw penggunaan FQ, berikan Lfx dosis tinggi / Mfx Resistan Km atau ada ESO, diganti Cm Bila terbukti resistan E/H, E/H tidak diberikan ESO Cs (gangguan kejiwaan), ganti PAS Dosis disesuaikan dengan BB Setiap 250mg Cs diberikan 50mg B6 Penetapan paduan obat  kewenangan TAK Status HIV tidak mempengaruhi paduan obat

PADUAN OAT INDIVIDUAL Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap fluoroquinolon tetapi sensitif terhadap OAT suntik lini kedua (Pre-XDR): Untuk pasien Baru Alternatif dengan Bedaquiline Untuk pasien pengobatan ulang Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline 8-12 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Mfx - Eto - Cs – PAS-Z-(E)-H  12-18 Km - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto – Cs - PAS - Z - (E) - H 8-12 Km - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Eto - Cs - Z - (E) - H MI 2 HAL 43 12-18 Km - Eto - Cs - Z- (E) – H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Z - (E) - H

PADUAN OAT INDIVIDUAL (2) Untuk pasien TB MDR yang resistan atau alergi terhadap OAT suntik lini kedua tetapi sensitif terhadap fluorokuinolon (Pre-XDR) : Untuk pasien Baru Alternatif dengan Bedaquiline Untuk pasien pengobatan ulang Untuk pasien pengobatan ulang alternatif dengan Bedaquiline 8-12 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H 8-12 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H MI 2 HAL 43-44 12-18 Cm - Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H 12-18 Lfx - Eto - Cs - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Lfx - Eto - Cs - Z - (E) - H

PADUAN OAT INDIVIDUAL (3) Untuk pasien TB XDR : Untuk pasien Baru Alternatif dengan Bedaquiline 12-18 Cm - Mfx - Eto - Cs - PAS - Z- (E) - H / 12 Mfx - Eto - Cs - PAS - Z - (E) - H 12-18 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z - (E) - H Catatan : Alternatif dengan Bedaquiline saat ini masih terbatas di beberapa RS TB RO. MI 2 HAL 44

PADUAN OAT INDIVIDUAL (4) Untuk pasien dengan alergi atau efek samping berat terhadap OAT oral lini kedua (Grup C) sedangkan OAT suntik lini kedua dan golongan fluorokuinolon masih bisa dipakai. Untuk pasien yang alergi/ mengalami efek samping berat terhadap salah satu dari OAT Grup C yang dipakai (Eto atau Cs) maka OAT penggantinya diambilkan salah satu OAT Grup C (Cfz atau Lnz) atau D2 (Bdq) atau D3 (PAS) yang tersedia supaya tetap memenuhi standar minimal 4 macam OAT inti lini kedua. MI 2 HAL 44-45 8-12 Km - Lfx - Eto - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Eto - PAS - Z - (E) - H

PADUAN OAT INDIVIDUAL (5) Pasien Mengalami Alergi/ ESO berat terhadap dua OAT Grup C (Eto dan Cs) Alternatif paduan individual dengan Bedaquilin   Alternatif paduan tanpa Bedaquilin Alternatif lain paduan tanpa Bedaquilin: 8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - Z- (E) - H + 6 Bdq / 12-14 Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z - (E) - H 8-12 Km - Lfx - Lnz - Cfz - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - Lnz - Cfz - Z - (E) - H 8-12 Km - Lfx - (Lnz/Cfz) - PAS - Z- (E) - H / 12-14 Lfx - (Lnz/ Cfz) - PAS - Z - (E) - H MI 2 HAL 44-45

3. Tahapan Pengobatan TB RO Lama Pengobatan TB RO : Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR diobati menggunakan paduan OAT standar konvensional : 1. Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi biakan 2. Lama pengobatan minimal 20 bulan. MI 2 HAL 45

3. Tahapan Pengobatan TB RO   Lama Pengobatan TB RO (2) : Pasien baru/ belum pernah diobati dengan pengobatan TB RR/ TB MDR, diobati menggunakan paduan OAT standar jangka pendek : Lama pengobatan dihitung berdasarkan hasil pemeriksaan dahak bulan ke empat dan atau pemeriksaan dahak bulan ke enam. Lama pengobatan minimal 9 bulan dan maksimal 11 bulan. Pasien sudah pernah diobati TB RR/ MDR atau pasien TB XDR, diobati dengan paduan OAT individual : Lama pengobatan adalah 22 bulan setelah konversi biakan. Lama pengobatan minimal 24 bulan. MI 2 HAL 45-46

Tahap Pengobatan Tahap Awal : Terdiri dari OAT oral dan OAT suntik lini kedua (Km/Cm) diberikan sekurang-kurangnya selama 8 bulan. Lama pemberian ditentukan riwayat pengobatan TB RO, jenis pengobatan yang diberikan dan bulan konversi pemeriksaan bakteriologis bisa tercapai. 2. Tahap Lanjutan Pengobatan setelah selesai tahap awal sampai dinyatakan pengobatan telah selesai secara lengkap. MI 2 HAL 46-47

Tabel Dosis OAT TB RO (terbaru)

Tabel Dosis OAT TB RO (terbaru)

PEMERIKSAAN DAN MONITORING PENGOBATAN PADA PASIEN TB RESISTAN OBAT

Monitoring pengobatan pasien Sebagai bagian rutin dari layanan pengobatan pasien TB RO Peran Diagnosis dan pemeriksaan lab/klinis selama pengobatan Kapan dilakukan: Pemeriksaan awal (baseline) Monitoring pasien selama masa pengobatan Monitoring pasien setelah selesai pengobatan Penting mengetahui komorbidity, kemungkinan efek samping, interaksi obat

MONITORING PASIEN (1) Bulan pengobatan Jenis pemeriksaan Anamnesis Tahap Awal Tahap Lanjutan 1 2 3 4   5 6 7 8 9 10 11 Anamnesis √ Pemeriksaan fisik (BB) BTA sputum √√* Biakan sputum LPA lini kedua Uji kepekaan (DST) √** EKG+ Tes pendengaran*** Tes penglihatan Rontgen dada

MONITORING PASIEN (2) Bulan pengobatan Jenis pemeriksaan Tahap Awal Tahap Lanjutan 1 2 3 4   5 6 7 8 9 10 11 Darah lengkap*** √ Gula darah puasa dan 2 Jam PP*** Ureum-kreatinin serum Elektrolit SGOT, SGPT, Bilirubin Total*** TSH/TSHs Tes kehamilan*** Tes HIV***

Pemeriksaan BTA, Biakan, Uji Kepekaan Tahap Awal: Setiap bulan: 1 (satu) dahak pagi. Khusus pada bulan ke-4, (ke-5, ke-6) dan akhir pengobatan: pemerisaan BTA dilakukan dua (2) dahak pagi berurutan (biakan tetap 1). Tahap Lanjutan: Setiap 2 bulan (pada bulan ke 5, 7, dan 9 atau bulan ke-7, 9, dan 11) Uji kepekaan untuk OAT lini-2 harus diulang jika: Hasil BTA pada bulan ke-6 hasilnya positif atau Terjadi reversi BTA atau kultur pada fase lanjutan. Pemeriksaan BTA, biakan dan uji kepekaan dilakukan di laboratorium rujukan yang tersertifikasi. Penting: Hasil BTA diinformasikan dan dimasukkan ke dalam eTB manager dalam waktu paling lambat 3 hari.

Pemeriksaan untuk monitoring pengobatan pasien Pemeriksan EKG dilakukan pada: baseline, hari ke-2, hari ke-7, dan bulan ke-1 pengobatan dan sesuai indikasi; dilakukan di rumah sakit rujukan Tes penglihata: tes buta warna dan lapang pandang sederhana Pemeriksaan dapat diulang sesuai indikasi (bila diperlukan) misalnya: tes pendengaran, Darah lengkap, Darah lengkap, SGOT, SGPT, Bilirubin Total, Tes kehamilan, Tes kehamilan)

Konseling Informasi Edukasi (KIE) pasien & anggota keluarga Dilakukan sejak pasien masih terduga hingga pasien selesai pengobatan Dilakukan di semua tingkat fasyankes TB RO (RS Rujukan sampai Puskesmas Satelit)

Informed consent Sebelum memulai pengobatan, pasien diminta untuk menandatangani informed consent: kemungkinan perubahan paduan (lama pengobatan) yang dapat terjadi efek samping obat (ESO) KIE terkait ESO perlu dilakukan karena ESO dapat menyebabkan pasien menghentikan pengobatan tanpa memberitahukan kepada TAK atau petugas fasyankes

Pengawasan Menelan Obat Ambulatory maupun rawat inap Semua obat harus ditelan dengan pengawasan langsung dan dicatat oleh pengawas minum obat (PMO) terlatih Tanggung jawab PMO ialah: Mengawasi pasien minum obat setiap hari Memantau efek samping Mengisi kartu pengobatan pasien Menghubungi pasien bila tidak datang berobat sesuai jadwal dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dalam pelacakan pasien Memastikan kesesuaian paduan dan dosis obat, serta ketersediaan obat pasien

Dukungan Pengobatan Dukungan psikososial dan pendamping pengobatan (kader terlatih, pendidik sebaya). Pendamping pengobatan memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien Enabler (pengganti biaya transport pasien) Tambahan Nutrisi +) DO: PMO, pendidik sebaya, pendamping pengobatan

Pemantauan Pengobatan Konversi kultur pemeriksaan kultur 2 kali berurutan (jarak 30 hari) dengan hasil negatif Follow Up pemeriksaan apusan dahak dan kultur dilakukan setiap bulan pada fase awal, setiap 2 bulan pada fase lanjutan

Pemantauan Setelah Selesai Pengobatan Kapan dilakukan? pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah akhir pengobatan, atau bila muncul gejala TB. Bagaimana? Pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan (satu sputum pagi) untuk menilai ada tidaknya kekambuhan. Terdapat kemungkinan pasien akan memerlukan pemeriksaan lain saat kunjungan, tergantung pada kondisi pasien. Hasil pemeriksaan yang dilakukan dan hasilnya harus dicatat pada kartu pengobatan pasien (TB 01).

PASIEN BEROBAT TIDAK TERATUR

Pertimbangan tindak lanjut pengobatan TB RO dengan paduan jangka pendek Berapa lama pasien mangkir suntik/minum obat? Berapa lama pasien sudah suntik/minum obat? 3 Skenario pasien berobat tidak teratur: Lama mangkir < 8 minggu, Pengobatan berapapun lamanya Lama mangkir > 8 minggu, Pengobatan < 4 minggu Lama mangkir > 8 minggu; Pengobatan > 4 minggu

1. Lama mangkir < 8 minggu; Pengobatan berapapun lamanya TINDAKAN YANG DILAKUKAN: Lakukan konseling intensif kepada pasien dan keluarga. Lanjutkan pengobatan dengan menambahkan jumlah dosis yang terlewat (mangkir) ke dalam durasi pengobatan Catat lama pasien mangkir di kartu pengobatan pasien

2. Lama mangkir > 8 minggu; Pengobatan < 4 minggu TINDAKAN YANG DILAKUKAN: Pasien dinyatakan putus berobat  status ditutup Pengobatan jangka pendek dimulai dari awal tanpa menunggu hasil DST  tipe pasien sama (baru) Pengobatan diganti ke paduan individual bila hasil DST keluar dan pasien sudah tidak memenuhi kriteria inklusi pengobatan jangka pendek

3. Lama mangkir > 8 minggu; Pengobatan > 4 minggu TINDAKAN YANG DILAKUKAN: Pasien dinyatakan putus berobat  status ditutup Tipe pasien: pasien yang kembali setelah putus berobat Pasien ditata laksana sbg terduga TB RO dari awal: pemeriksaan TCM, uji kepekaan Pengobatan dimulai setelah ada hasil uji kepekaan Pasien harus berganti ke paduan individual sesuai hasil uji kepekaan

Evaluasi Hasil Pengobatan Sembuh Pengobatan lengkap Meninggal Gagal Loss to follow up Tidak dievaluasi

Hasil Akhir pengobatan (1) Sembuh: Pasien menyelesaikan pengobatan sesuai durasi pengobatan yang ditetapkan, dan Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (bulan ke-9 atau 11) hasilnya negatif, dan Pemeriksaan biakan 3 kali berturut-turut dengan jarak minimal 30 hari hasilnya negatif pada tahap lanjutan. Pengobatan Lengkap Tidak ada bukti untuk dinyatakan sembuh atau gagal.

Pengobatan dinyatakan gagal, bila: Pemeriksaan BTA pada akhir bulan ke-6 hasilnya positif, atau Pemeriksaan BTA pada akhir pengobatan (AP) hasilnya positif, atau Terjadi reversi (BTA atau biakan kembali menjadi positif) pada tahap lanjutan. Jika terjadi reversi, maka pemeriksaan BTA dan biakan diulang pada bulan selanjutnya. Terjadi efek samping berat yang mengakibatkan pengobatan standar jangka pendek harus dihentikan Terjadi resistansi tambahan terhadap OAT lini kedua golongan kuinolon dan atau injeksi lini kedua

Hasil Akhir pengobatan (3) Meninggal Pasien meninggal dalam masa pengobatan oleh sebab apapun. Loss to follow up (putus berobat) Pasien berhenti berobat selama 2 bulan berturut-turut atau lebih. Tidak dievaluasi Pasien pindah berobat tapi hasil akhir pengobatan tidak diketahui atau tidak dilaporkan kembali Pasien tidak ada hasil pengobatan sampai periode pelaporan

Profil tb mdr di rs rotinsulu Menurut jenis kelamin Menurut usia Jenis kelamin jumlah Laki-laki 18 perempuan 11 usia jumlah 15-45th 22 46-60 5 >60th 2

Profil tb mdr di rs rotinsulu Menurut domisili Menurut regimen terapi regimen jumlah individual 7 STR 14 domisili jumlah Kota bandung 9 Kota cimah 1 Kota bogor Kab bandung 12 Kab garut Kab purwakarta Kab subang 3 Kota aceh