Oleh: Nama : Azmi Wijayanti Harahap NIM: Dosen Pengampu: Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP PROGRAM MAGISTER PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021 PENGELOLAAN LAHAN SAWAH PASANG SURUT DENGAN KONSEP PTT
PENDAHULUAN LAHAN RAWA
POTENSI LAHAN RAWA PASANG SURUT Luas lahan rawa pasang surut di Indonesia diperkirakan juta hektar terdiri dari 2.07 juta hektar lahan pasang surut potensial, 6.71 juta hektar lahan sulfat masam, hektar lahan gambut, dan 0.44 juta hektar lahan salin(Alihamsyah, 2002).
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
OPERASIONALISASI PENDEKATAN PTT PTT Padi : Prinsif dan Komponen Teknologi Dasar Prinsif Utama Penerapan PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. LIMA PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT : 1.Partisipatif: Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan rnenirlqkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di LL 2.Spesifik lokasi: Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya dan ekonomi petani setempat. 3.Terpadu: Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik seeara terpadu. 4.Sinergis: Pemanfaatan teknologi terbaik, mem-perhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi yang saling mendukung. 5.Dinamis: Penerapan teknologi selalu disesuai-kan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta kondisi social-budaya ekonomi setempat.
Komponen Teknologi Dasar PTT Padi Ada 11 komponen teknologi yang dapat diterapkan, antara lain: Komponen Dasar (Compulsory): 1.Varietas Unggul Baru 2.Benih bermutu (berlabel/sertifikasi) 3.Jumlah bibit dan sistem tanam Legowo 4.Pengelolaan air (Sistem satu arah/TAM) 5.Pemupukan N (Berdasarkan BWO) 6.Pemberian pupuk P dan K didasarkan status hara tanah Komponen Pilihan 1.Penyiapan lahan/pengolahan tanah 2.Pemberian bahan amelioran 3.Pengendalian gulma 4.Pengendalian hama dan penyakit seeara terpadu (PHT) 5.Penanganan panen dan paseapanen
Komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembanganusahatani padi melalui pendekatan PTT pada lahan pasang surut adalah sebagai berikut; 1.Penggunaan varietas unggul yang toleran terhadap karakteristik lahan,lingkungan, bentuk gabah maupun rasa nasi yang diinginkan masyarakat setempat 2.Benih yang berkualitas (kemurnian dan daya kecambah tinggi) 3.Jumlah bibit batang per lubang dan ditanam dengan sistem jajar legowo 2:1, 4:1, dan lainnya dengan pupulasi minimum 250 ribu rumpun/ha, atau ditanam dengan sistem tanam benih langsung (tabela) 4.Pengelolaan tata air mikro dengan sistem tata air satu arah dengan salurankeliling dan kemalir, pntu-pintu air (flapgate) masuk dan keluar serta sloplog. Saluran kemalir dibuat dengan interval m yang disertaicaren-caren 5.Mengaplikasikan pupuk urea tablet/granul dengan dosis ± 200 kg/ha. Perludiperhatikan bahwa pemberian pupuk N berdasarkan pembacaan Bagan Warna Daun (BWD) bisa rancu karena gejala keracunan besi dandefisiensi hara N sukar dibedakan 6.Pemberian pupuk P dan K didasarkan pada status hara tanah. PemakaianPerangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau menggunakan petak omisi dilahan pasang surut masih perlu penelitian yang lebih mendalam. 7.Ameliorasi lahan dengan mengaplikasi ton/ha kapur pertanian 8.Pengendalian gulma secara terpadu 9.Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu (PHT) 10.Panen beregu dan pemrosesan pascapanen menggunakan alat perontok. Berdasarkan sifatnya, komponen-komponen teknologi ini dapat dipilah menjadi dua bagian. Pertama, teknologi untuk pemecahan masalah setempat atau spesifik lokasi. Kedua, teknologi untuk perbaikan cara budidaya yang lebih efisien dan efektif.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 1.Olah tanah sempurna bersyarat (OTSB) Dilakukan dengan persyaratan: (a) waktu mengolah tanah lahan sawah harus berair, (b) kedalaman olah tidak lebih dari 20 em, idealnya sekitar em, (e) mempertahankan air disawah jangan sampai kering. OTSB dapat mengendalikan muneulnya keraeunan bes i. 1. PERSIAPAN LAHAN 2. Tanpa Olah Tanah (TOT) dengan herbisida. Tahapan kegiatan: (a) gulma disemprot dengan herbisida, satu minggu kemudian dikoreksi, (b) gulma direbahkan (dengan drum, batang kelapa/pisang, atau roda traktor tangan), (e) setelah gulma rebah, padi ditanam. Herbisida yang digunakan, jenis purna tumbuh (para-quat 3 I/ha, glyfosat 5 IIha, sultosat 2,51/ha). TOT dapat menekan TK sebesar 28%, dapat mengendalikan keraeunan besi, meningkatkan hasil padi dan pendapatan petani.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 2. Pemberian Bahan Amelioran Bahan amelioran digunakan sebagai bahan pembenah tanah agar kualitas tanah menjadi lebih baik. Bahan yang digunakan adalah kapur/dolomit dosis 1-2 t ha, kompos (dari jerami padi atau biomassa gulma) dosis 5,0 t ha. BA diberikan setelah penyiapan lahan atau biomassa gulma) Kekurangan hara mikro Cu dan Zn di lahan gambut sering terjadi dan menyebabkan gabah menjadi hampa. Pemberian ZnSO 1,0 kg/ha dan CuSO sebanyak 0,5 kg/ha sebagai sumber hara Zn dan Cu dapat meningkatkan kualitas gabah
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 3. Varietas Padi Pasang Surut antara lain: Varietas unggul padi yang dapat ditanam, al: Banyuasin, Batanghari, Indragiri, Punggur, Kapuas, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Sei Lalan, IR42, Oendang, Mekongga dan lainnya yang adapatif dan toleran dengan kondisi lahan. Benih yang digunakan harus berkulaitas (bersertifikat berlabel).
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 4. Jumlah Bibit dan Sistem Tanam Jumlah bibit dianjurkan 2-3 batang/ lubang. Jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm, dengan sistem tanam jajar atau legowo 2:1 atau4:1. Manfaat sistem legowo: 1.semua baris rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberikan hasil yang lebih tinggi 2.pengendalian gulma, hama dan penyakit lebih mudah dilakukan karena ada ruang tempat untuk bergerak 3.legowo menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, pemeliharaan, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi 4.Penggunaan pupuk lebih berdaya guna sehingga lebih efektif dan efisien
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 5. Pengeloaan Air Sistem aliran satu marah dan tata air mikro. Dibuat saluran saluran kuarter berukuran lebar cm dan dalam cm dan saluran keliling berukuran lebar cm dan dalamnya lebih dangkal dari saluran kuarter. Tujuannya untuk mempercepat pencucian senyawa beracun yang dijumpai di areal sawah.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 6. Pemupukan Pemberian Pupuk N Dosis N yang diberikan sekitar 200 kg/ha dua kali, yakni saat tanam 1/3 bagian dan pupuk susulan pada umur 30 HST. Pemberian pupuk N susulan dapat dilakukan berdasarkan bagan warna daun (BWD) sehingga pemberian N lebih efisien, tetapi penggunaan BWD di lahan rawa pasang surut kurang efektif karena urea pill yang diberikan dapat larut dan hanyut terbawa oleh air. Sebaiknya N diberikan dalam bentuk urea tablet atau granul yang bersifat lambat melepas N (slow release) sehingga pemupukan lebih efektif dan efisien. Pemberian Pupuk P dan K. Dilukukan berdasarkan status hara tanah. Penentuan status hara menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Pupuk P dan K diberikan saat tanam, dan pemberiannya mengacu pada tabel berikut. Tabel. umum pemupukan fosfor dan kalium pada tanaman padi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 6. Pengendalian Hama dan Penyakit. Hama-hama penting di lahan rawa, antara lain: Hama tikus, penggerek batang, orong-orong perlu diwaspadai. Pengendalian dapat dilakukan apabila hama telah merusak tanaman melebihi batas ambang ekonomis. Penyakit yang diwaspadai adalah penyakit bias, penggunaan varietas tahan dan pemupukan berimbang sebagai upaya pengendalian penyakit bias ini. Tikus : tindakan yang perlu dilakukan: sanitasi lingkungan, gropyokan massal, fumigasi, umpan beraeun (rodentisida), pagar plastik dan dengan musuh alami: anjing, burung hantu dan elanq. Orong-orong: pemberian umpan dari sekam dieampur insektisida, penggunaan insektisida berbahan aktif karbufuran atau fipronil Pengendalian gulma Areal tanam padi yang telah ditumbuhi gulma dengan penutupan > 25% sudah perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan Cara menyiang dengan tangan atau menggunakan alat penyiang gulma seperti landak atau gasrok, atau menggunakan herbisida berbahan aktif 2,4-0 amina, al Panadin-24, OMA-6, Lindomil dosis 1,5-2,0 I/ha atau jenis herbisida lainnya
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Pasang Surut 7. Panen dan Pascapanen Kehilangan hasil padi bisa terjadi pada saat panen dan pascapenen. Waktu panen yang tepat dapat menekan kehilangan hasil, oleh karena itu panen dilakukan pada saat gabah fase masak fisiologis dengan ciri-ciri fisik, yakni gabah telah menguning sernpurna. Keterlambatan panen menyebabkan kehilangan gabah karena rontok sebelum dipanen. Penanganan pascapanen yakni perontokan gabah dari malai dapat dilakukan dengan cara dikebut, diiles atau dengan mesin perontok (power threser), Penjemuran gabah untuk disimpan dilakukan secara baik sampai kadar air gabah berkisar 10-12%.
Model Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut Gambar 1. Diagram alir model percepatan pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut (Diwyanto et al. 2012).
Kegiatan pengkajian dan pengembangan telah dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi pada hamparan sekitar 100 ha (Saidi et al. 2014). Kegiatan dilaksanakan pada MT II tahun 2013 dan Teknologi budi daya yang diintroduksikan ialah pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) dengan komponen teknologi varietas Inpara 3, penyiapan lahan dengan baik, pemupukan urea 150 kg, SP36 50 kg, batuan fosfat 100 kg, dan KCl 50 kg/ha, ameliorasi lahan dengan dolomit 500 kg/ha (hanya diberikan pada tahun 2013), jerami dikembalikan ke tanah, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai kebutuhan. Hasil kegiatan tahun 2013 menunjukkan teknologi introduksi memberikan produktivitas rata-rata 4,1 t/ha, 52% lebih tinggi dibandingkan dengan cara budi daya petani (2,7 t/ha). Pada tahun 2014, teknologi introduksi memberikan produktivitas rata-rata 4,7 t/ha, 62% lebih tinggi dibandingkan dengan cara budi daya petani (2,9 t/ ha). Analisis ekonomi menunjukkan penerapan teknologi introduksi memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan cara budi daya petani. Hasil pengkajian tanaman padi di lahan pasang surut Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, memberikan hasil 7-8 t/ha, dan di wilayah Bintang Mas, Kalimantan Barat memberikan hasil 5-6 t/ha (Susanto 2009 dalam Haryono 2013). PEMBELAJARAN
Penerapan pendekatan PTT dalam peningkatan produktivitas padi dilahan sawah tadah hujan Mayong, Jepara ternyata juga mendapatkan respon dan persepsi yang baik dari petani. Enam kriteria yang ditanyakan kepada 40 responden, mendapatkan respon dan persepsi positif dari responden. Persepsi positif responden berkisar antara 62,5-75,0%, yang tertinggi 75% pada penilaian responden bahwa penerapan pendekatan PTT mampu meningkatkan keunggulan morfologi dan hasil VUB padi yang diuji dibanding yang biasa ditanam oleh petani (Tabel 3). Selanjutnya nilai persepsi positif terendah 62,5% ditunjukkan pada kesesuaian lingkungan fisik terhadap penggunaan VUB padi.
Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut meliputi: 1)pemanfaatan lahan belum optimal karena lahan yang dimanfaatkan untuk budi daya pertanian baru seluas 2,27 juta ha atau 23,8% dari luas lahan rawa yang sesuai untuk pertanian (Haryono 2013); 2)keterbatasan infrastruktur pertanian, meliputi jalan desa dan jalan usaha tani; 3)lemahnya penguasaan teknologi oleh petani; 4)keterbatasan modal petani; 5)kelembagaan penunjang belum berkembang, dan 6)komitmen berbagai pihak (pemerintah dan stakeholder lainnya) dalam mengembangkan pembangunan pertanian di lahan tersebut belum optimal.
KESIMPULAN Potensi lahan rawa pasang surut di Indonesia cukup besar dan prospektif untuk dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan produksi pangan. Namun, pemanfaatan dan pengembangannya belum optimal. Penerapan inovasi teknologi yang tepat, yaitu pendekatan PTT yang sesuai dengan kondisi lokasi/ wilayah akan mempercepat pembangunan pertanian di wilayah tersebut. Pendekatan PTT bertujuan meningkatkan indeks pertanaman, produktivitas, dan mutu produk yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.