LABORATORIUM PHP BANYUMAS GELAR TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT RAMAH LINGKUNGAN Bandungan, 25-26 September 2013 ………………………………………………………………………… PADA KOMODITAS KEDELAI Oleh: Aries Pratomo, SP, MSc LABORATORIUM PHP BANYUMAS Kompleks UPP Tajum PO BOX 1 Jatilawang Banyumas
Latar Belakang Kedelai (G. max) Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama bagi 234 juta jiwa 2
Latar Belakang (Lanjutan) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi kedelai dalam negeri baik melalui perluasan tanam maupun peningkatan produktivitas belum dapat mengimbangi kebutuhan impor dalam volume yang cukup besar. Tabel 1 Produksi kedelai Nasional tahun 2005 sampai tahun 2010 Provinsi Jenis Tanaman Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi(Ton) Indonesia Kedelai 2005 621 541 13,01 808 353 2006 580 534 12,88 747 611 2007 459 116 12,91 592 534 2008 590 956 13,13 775 710 2009 722 791 13,48 974 512 2010 661 711 13,72 908 111 Sumber: Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0)
Latar Belakang (Lanjutan) Penurunan produktivitas kedelai Hama dan penyakit tanaman Penggunaan pestisida sintetik menjadi pilihan utama bagi petani berdampak negatif baik terhadap lingkungan umum, pertanian maupun manusia Inovasi teknologi pengendalian yang ramah lingkungan dalam pengendalian OPT Pengendalian berbasis PHT mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri dan dapat mencapai target swasembada kedelai pada tahun 2014.
Rumusan Masalah Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai dalam negeri belum dapat tercukupi. Hama yang merupakan kendala utama pada budidaya tanaman pangan. Inovasi berbagai teknologi pengendalian ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi serangan hama yang efektif, efisien, dan aman bagi kesehatan manusia. Sehingga diharapkan dengan tercukupinya kebutuhan kedelai dalam negeri akan mempercepat swasembada kedelai pada tahun 2014 mendatang.
Tujuan Menginformasikan berbagai inovasi teknologi pengendalian ramah lingkungan dalam pengendalian hama terpadu pada tanaman pangan, khususnya kedelai di Indonesia sebagai pengendalian alternatif yang efektif, efisien, dan aman. Memberikan peluang agar kebutuhan kedelai di Indonesia dapat selalu tercukupi secara mandiri dan tidak tergantung pada negara lain harga terjangkau
Inovasi teknologi pengendalian Kerangka Pemikiran Kedelai sebagai komoditas pangan penting di Indonesia Pestisida sintetik OPT pada tanaman kedelai Produksi rendah, resistensi dan resujensi hama, berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan Inovasi teknologi pengendalian Ramah lingkungan Aman, efektif, peningkatan produksi kedelai menuju swasembada tahun 2014
Serangga arthopoda 266 JENIS serangga PHT 12-14 hama penting 111 hama 53 non-target Terabaikan Polinator Detrivora 61 predator Pengendali populasi alami PHT 41 parasitoid (Okada et al., 1988)
HAMA LALAT PADA KEDELAI O. phaseoli M. dolichostigma M. sojae HAMA LALAT PADA KEDELAI
KOMPLEK HAMA DAUN KEDELAI L. indicata Adoxophyes privatana S. litura Chrysodeixis chalcites KOMPLEK HAMA DAUN KEDELAI
N. viridula P. hybneri R. linearis Polong hampa HAMA POLONG KEDELAI
Pengetahuan dasar PHT: Bioekologi hama dan musuh alami Identifikasi taksonomi Fluktuasi dan dinamika populasi hama dan musuh alaminya Tanaman inang Daerah penyebaran hama Ambang ekonomi Metoda sampling pola sebaran hama
Komponen teknologi PHT Varietas Tahan Penanaman varietas yang toleran hama Saat ini penggunaan varietas tahan untuk pengendalian hama kedelai masih terbatas Varietas kerinci --> toleransi baik terhadap kutu kebul Pelaksanaan mudah dan murah serta tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan 2. Insektisida sintesis dan nabati Insektisida sidametrin --> O. phaseoli, matador --> hama daun, deltametrin --> hama penghisap polong Insektisida nabati Serbuk biji mimba (SBM)--> O. phaseoli dan A. glycines
MIMBA PESTISIDA NABATI RAMAH LINGKUNGAN Pembuatan Ekstrak Air Biji Mimba Kering anginkan biji mimba beserta kulitnya sampai kering Giling sampai halus, kemudian disaring dengan ayakan 0,05 mesh. Timbang 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dengan volume semprot yang memadai 400-600 l air, tergantung umur tanaman yang akan disemprot Pembuatan Ekstrak Air Daun Mimba Blender 50 g daun mimba segar dengan 1 l air + 1 ml alkohol aduk rata, kemudian rendam semalam (12 jam). Keesokan harinya rendaman bahan disaring dengan kain furing Larutan hasil penyaringan kemudian ditambah dengan 1 g deterjen atau 0,5 ml perata (apsa), aduk rata dan larutan siap disemprotkan.
AGENSIA PENGENDALI NABATI Tanaman Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Zingiberaceae Di Jawa Tengah disebut Kecombrang, Combrang atau Burus. Di Jawa Barat disebut Honje Gambar diambil di Desa Tinggarjaya, di belakang kantor Laboratorium PHPT Banyumas (Kompleks UPP Tajum PO BOX 1 Jatilawang, Banyumas).
3. Cendawan entomopatogen efektif Pemanfaatannya sering menghadapi kendala Pada tanaman pangan, keefektifan cendawan biasanya rendah (Hajek et al. 1990) Upaya untuk meningkatkan keefektifan cendawan dapat dilakukan dengan: melakukan identifikasi jenis hama utama yang akan dikendalikan, mengaplikasikan cendawan entomopatogen pada sore hari dengan konsentrasi konidia minimal 107/ml, mengulang aplikasi sebanyak tiga kali, dan menambahkan bahan perekat dan bahan pembawa pada suspensi konidia sebelum diaplikasikan pada hama sasaran. Beberapa cendawan entomopatogen : Beauveria. bassiana, Mettarizium anisopliae, parasiticus, Paecilomyces, L. lecanii (Prayogo, 2009)
Semprotkan pada sore hari 4. Spodoptera litura nuclear polyhedrosis virus (SlNPV) Murah – Mudah – Efektif Mengendalikan Ulat Grayak dan Hama Lain pada Kedelai Tahap membuat biopestisida SlNPV 1. Kumpulkan ulat grayak ukuran 2-3 cm dari pertanaman 2. Masukkan ke dalam toples plastik diameter 18,5 cm dan tinggi 12 cm 3. 1 stoples idealnya berisi 100 ekor ulat grayak 4. Ulat tersebut diberi pakan daun kedelai yang sudah dicelupkan ke dalam larutan SlNPV JTM 97 C. 5. Biarkan ulat tersebut mati, kemudian ulat dihancurkan dan disaring 6. Semprotkan pada tanaman kedelai yang terserang ulat grayak, jika populasi ulat grayak mencapai 2 kelompok per 3 rumpun. 7. Aplikasi SlNPV dalam bentuk suspensi cair sama dengan metode yang digunakan untuk insektisida kimia, yaitu dengan menggunakan alat semprot konvensional maupun sprayer gendong/knapsack. Semprotkan pada sore hari pkl. 15.00 – 16.00.
5. Nematoda entomopatogen efektif Genus Steinernema dan Heterohabditis, merupakan agens hayati yang efektif dan efisien untuk mengendalikan ulat grayak, (lundi) Holotrichia spp. dan (boleng) Cylas formicarius. Di dalam hemokul inang, Ijs melepaskan bakteri simbion yakni Xenorhabdus sp. untuk Steinemema dan Photorhabdus sp. untuk Heterorhabditis. Toksin yang dihasilkan untuk nematoda dan bakteri kemudian membunuh inang dalam waktu 24-48 jam setelah infestasi.
Steinernema & Heterorhabditis sp. Melepas bakteri Pencarian inang Infeksi Inang mati Berkembang biak Juvenil infektif Stadia dewasa Keluarnya Juvenil infektif Dewasa Telur Reproduksi Stadia dewasa 2-3 GENERASI (di dalam telur)
6. Tanaman perangkap efektif No Hama Kedelai Tanaman Perangkap Keterangan 1 Ulat grayak (S. litura) Kedelai varietas Dieng, dan galur MLG 3023 Ngengat ulat grayak lebih tertarik meletakkan telur pada kedua varietas/galur kedelai tersebut 2 Ulat buah (H. armigera) Jagung Ngengat ulat buah lebih menyukai rambut jagung sebagai tempat peletakan telur. Selama 3 minggu, maka perlu menanam 3 varietas jagung yang umurnya berbeda (genjah, sedang, dan dalam). 3 Pengisap Polong (R. linearis, N. viridula, P. hybneri) Sesbania rostrata dan Kacang hijau var. Merak Sampai saat ini penggunaan S. rostrata dinilai kurang efektif dan efisien dalam tanaman perangkap 4 Penggerek polong (E. zinckenella) Kedelai var. Dieng, Malabar, MLG 3023, dan Crotalaria spp Di daerah endemis penggerek polong, perlu dilakukan penanaman tanaman perangkap tersebut 14 hari sebelum tanam kedelai. Luas tanaman perangkap sekitar 12% dari luas hamparan tanaman utama.
7. Pergiliran tanaman Bertujuan --> memutus daur hidup suatu hama --> populasinya dapat ditekan dengan cara mencegah tersedianya makanan, tempat untuk hidup dan berkembang biak Syarat untuk pergiliran tanaman yaitu hama bukan bersifat polifag. Sebagai contoh ialah untuk mengendalikan hama lalat kacang dengan mengganti pertanaman kedelai dengan tanaman bukan kacang-kacangan.
8. Penentuan waktu tanam serempak Dimaksudkan agar tersedianya makanan bagi hama menjadi lebih pendek dan suatu saat akan menjadi periode tidak ada pertanaman perkembangan populasi dapat dihambat. Sebagai contoh untuk pengendalian lalat kacang tanam serempak harus dilakukan dengan selisih waktu tidak lebih dari 10 hari. 9. Sanitasi tanaman polong Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan sumber serangan, inang alternatif pembersihan lahan dari tanaman/ sisa tanaman terserang, pembersihan pematang, saluran air, gulma, tanaman inang, semak-semak dan tempat-tempat untuk bertelur.
Pestisida sebagai kebijakan pokok perlindungan tanaman dalam waktu lama Lemahnya penelitian dasar karena kurangnya perhatian LEMAHNYA PEMANFAATAN PHT Pemasyarakatan yang terlambat Minimnya informasi dan terkesan ruwet & rumit
PENTINGNYA BERBAGI PERAN DALAM PHT PETANI BERKUMPUL: Menyampaikan kekurangan & kelebihan masing2 untuk saling melengkapi dan hasilnya dikembalikan utk keperluan masing2 LEMBAGA TEKNIS LITBANG AKADEMISI PENTINGNYA BERBAGI PERAN DALAM PHT
Kesimpulan Inovasi pengendalian ramah lingkungan menggunakan konsep PHT efektif dan efisien mengendalian hama-hama utama kedelai. Pemantauan jenis, populasi, dan tingkat serangan hama utama kedelai dan analisis ekosistem serta keputusan pengendalian dengan insektisida berdasarkan ambang kendali masing-masing hama sebagai dasar pengaplikasian insektisida efektif dan efisien menekan tingkat infestasi hama, efisien mengurangi jumlah pemakaian dan biaya insektisida. Diharapkan dengan adanya penerapan teknologi pengendalian berbasis PHT dapat meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia dan target swasembada kedelai pada tahun 2014 akan tercapai.
Saran Mengingat besarnya prospek dari teknologi pengendalian hayati, maka penelitian lanjutan sangat penting dilakukan dan perlunya memproduksi agens hayati siap pakai. Selain itu optimalisasi kemampuan Sumberdaya Manusia di kalangan peneliti dan petani dalam penggunaaan Teknologi yang ramah lingkungan mutlak diperlukan dalam kemajuan pengembangan penelitian tentang tanaman pangan khususnya kedelai. Perlu melakukan eksplorasi agens hayati dari berbagai pelosok tanah air Indonesia.