Lembaga yang Berwenang Mengkoordinasikan Investasi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PROSES PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI
Advertisements

UNDANG-UNDANG 25/2007, TENTANG PENANAMAN MODAL
MATERI 9 HUKUM PERUSAHAAN
PEDOMAN TATA CARA MENDIRIKAN KOPERASI
Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank
SUMBER: Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI SUMBER:
Mendirikan Koperasi dan Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi
KETERKAITAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK BADAN.
Dr. H. WIDHI HANDOKO, SH., Sp.N.
Dasar Hukum dan Persyaratan Penerbitan Rekomendasi/Pertimbangan Teknis di Lingkungan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Jakarta, 28.
Studi Kelayakan Bisnis
Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi oleh PPID dan PPID Pembantu
VERIFIKASI – VALIDASI BERKAS ADMINISTRASI
ASPEK HUKUM DALAM PENINGKATAN PENANAMAN MODAL (PMA) MELALUI
BADAN PENANAMAN MODAL Menu Utama.
PEMINDAHAN HAK DENGAN INBRENG
Pertemuan 11 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Penyelenggara Urusan Penanaman Modal.
Tata cara Penanaman Modal
IZIN LINGKUNGAN HIDUP PP 27 Tahun 2012.
FIRMA Kelompok 5.
PERSEROAN.
PENDAFTARAN TANAH Pendaftaran Tanah (Pasal 1 angka 1 PP No.24 Th 1997)
Sektor Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Perizinan Dalam PMDN dan PMA
Legalitas Bentuk dan Kegiatan Usaha
UU No. 23 TAHUN 2014 IMPLIKASINYA TERHADAP SDM KESEHATAN
MEKANISME PMA 1. MELALUI PENDIRIAN PERUSAHAAN PMA 2. MELALUI PEMBELIAN
PELAYANAN PUBLIK OLEH BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)
ASPEK HUKUM F. Hafiz Saragih M.Sc.
REGISTRASI KEPABEANAN
STUDI KELAYAKAN BISNIS Session - 2
STIE DEWANTARA ASPEK HUKUM Studi Kelayakan Bisnis, Sesi 4.
LATAR BELAKANG PP TENTANG KAWASAN INDUSTRI
PENYELENGGARAAN URUSAN PENANAMAN MODAL
Peraturan Kepala BKPM No. 11 Tahun 2009 tentang
Solo-Salatiga, Maret 2016 Direktorat Impor
PENDIRIAN BADAN USAHA Zainal Abidin.
OLEH: YUSNEDI, SH, M.Hum SABRINA UTAMI, S.IP, M.Si
KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL
ASPEK HUKUM DALAM PENINGKATAN PENANAMAN MODAL (PMA) MELALUI
KEBIJAKAN PERDAGANGAN
SEKTOR KEHUTANAN Jenis Perizinan
PRINSIP DASAR PENGATURAN PERKA BKPM NO. 13 TAHUN 2009
oleh Kasubdit Perizinan Sektor Primer & Tersier
ajustment/opinion/deal
PERIZINAN INVESTASI invest in BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
HUKUM PENANAMAN MODAL ASING
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah ditentukan menjadi 3 bidang usaha: 1. Bidang Usaha Terbuka 2. Bidang Usaha Tertutup 3. Bidang.
PERIZINAN PENANAMAN MODAL
ASPEK HUKUM DALAM SKB Juhari, S.E. M.M..
POKOK-POKOK PIKIRAN PERATURAN KEPALA BKPM tentang S P I P I S E
PERIZINAN PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Studi Kelayakan Bisnis
Presented by: Cempaka Paramita,
PENGESAHAN ANGGARAN DASAR
PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
DASAR HUKUM PENANAMAN/ INVESTASI 1. UNDANG-UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL 2. PERPRES NO. 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU.
PAPARAN DISPMPPTSP PROVSU
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Online Single Submission (OSS)
Disampaikan oleh : FULLY HANDAYANI RIDWAN
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 17/2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Perdata.
ASPEK HUKUM DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS
ONLINE SINGLE SUBMISSION
KEBIJAKAN TDP DALAM BENTUK NIB SERTA
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP
Perubahan alamat Perusahaan
PENYELENGGARAAN PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DPMPTSP PROVINSI JAWA BARAT BIDANG EKONOMI DAN SUMBER DAYA ALAM.
Transcript presentasi:

Lembaga yang Berwenang Mengkoordinasikan Investasi Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dimana pejabat yang berwenang untuk mengkoordinasikan pelaksanaan investasi adalah BKPM, yang dibantu oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) dan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM)

Lembaga yang Berwenang Mengkoordinasikan Investasi BKPM mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia; dan mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah Kegiatan penyelenggaraan suatu Perizinan dan Nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) PTSP di bidang Penanaman Modal harus didukung ketersediaan: a. sumber daya manusia yang professional dan memiliki kompetensi yang handal; b. tempat, sarana dan prasarana kerja, dan media informasi; c. mekanisme kerja dalam bentuk petunjuk pelaksanaan PTSP di bidang Penanaman Modal yang jelas, mudah dipahami dan mudah diakses oleh Penanaman Modal; d. layanan pengaduan (help desk) Penanam Modal; dan e. SPIPISE ( Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik)

(Surat Keputusan Kepala BKPM No (Surat Keputusan Kepala BKPM No. 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal yang Didirikan dalam Rangka PMDN dan PMA ) Produk Prosedur Lama : SURAT PERSETUJUAN PM (Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal) Produk Prosedur Baru : PENDAFTARAN PM IZIN PRINSIP PM

PELAYANAN PENANAMAN MODAL Jenis pelayanan penanaman modal adalah : a. pelayanan perizinan; Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. pelayanan nonperizinan; Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PELAYANAN PENANAMAN MODAL Pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal secara manual atau melalui SPIPISE Penanam modal wajib menyampaikan formulir permohonan, berikut persyaratan pada waktu penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE, mengambil perizinan dan nonperizinan yang telah diterbitkan oleh PTSP. Mekanisme pelayanan penanaman modal Pedoman pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan secara elektronik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Jenis perizinan penanaman modal adalah : a. Pendaftaran Penanaman Modal; b. Izin Prinsip Penanaman Modal; c. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal; d. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal; e. Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan; f. Izin Lokasi; g. Persetujuan Pemanfaatan Ruang; h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); i. Izin Gangguan (UUG/HO); j. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah; k. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); l. hak atas tanah; m. izin–izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal.

JENIS PERIZINAN PENANAMAN MODAL Pendaftaran Penanaman Modal; adalah bentuk persetujuan awal Pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal. Merupakan Persetujuan Awal*) Penanaman Modal *) persetujuan awal mencakup pendirian baru atau penambahan bidang usaha baru Wajib bagi perusahaan penanaman modal asing dan dapat dilakukan oleh perusahaan penanaman modal dalam negeri bila diperlukan

PENDAFTARAN PENANAMAN MODAL PMA yang akan melakukan penanaman modal di Indonesia mengajukan permohonan Pendaftaran ke PTSP BKPM, sebelum atau sesudah berstatus badan hukum PT Mekanisme pendaftaran penanaman modal PMDN dapat mengajukan Pendaftaran di PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.

PENGEMBANGAN USAHA Pengembangan Usaha Perusahaan PM dapat melakukan Pengembangan usaha di bidang2 usaha sesuai ketentuan perUUan Pengembangan Usaha Perusahaan yang kegiatan usaha awalnya memiliki Izin Prinsip dapat melakukan perluasan usaha dengan kewajiban memiliki Izin Prinsip Perluasan

Pengalihan Kepemilikan Saham Asing Perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena masuknya modal asing yang mengakibatkan seluruh/sebagian modal perseroan menjadi modal asing, wajib melakukan Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM : 1. PMDN yang tidak memiliki Izin Prinsip dan belum memiliki Izin Usaha atau belum memiliki Izin Prinsip. 2. PMDN yang telah memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha. 3. Selanjutnya terhadap permohonan Pendaftaran, maka PTSP BKPM menerbitkan Surat Keputusan Pendaftaran atau Surat Penolakan Pendaftaran

Pengalihan Kepemilikan Saham Asing PMA yang seluruh modal perseroan menjadi modal Dalam negeri, wajib melakukan Pendaftaran penanaman modalnya ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya : PMA yang memiliki Pendaftaran dan akan melakukan perubahan penyertaan dalam modal perseroan karena keluarnya seluruh modal asing PMA yang memiliki Izin Prinsip atau Izin Usaha PMA dengan bidang usaha yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dipersyaratkan melampirkan Surat Pengantar dari PTSP BKPM tentang rencana keluarnya seluruh modal asing.

Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) Perusahaan yang akan melakukan penggabungan (merger) : harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan UU PT. Dapat dilakukan baik antar perusahaan PMA atau antar PMDN, maupun antara PMA dengan PMDN Perusahaan wajib memiliki Izin Usaha. Perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company) wajib memiliki Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) sebelum memulai kegiatan produksi/operasi komersial.

Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) - Dalam hal perusahaan yang melakukan penggabungan memiliki lebih dari 1 (satu) kegiatan usaha dan salah satu kegiatan usahanya masih dalam tahap pembangunan, maka: a. atas kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha, perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company) harus mengajukan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger); b. atas kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, apabila kegiatan dimaksud berada pada: 1. perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company). ; 2. perusahaan yang menggabung (merging company). c. untuk kegiatan yang masih dalam tahap pembangunan, perusahaan yang meneruskan kegiatan (surviving company) dapat melakukan Pendaftaran atau langsung mengajukan permohonan Izin Usaha/Izin Usaha Perluasan apabila telah siap produksi/ operasi komersial.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Izin Prinsip Penanaman Modal adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. Izin Prinsip ini diperuntukkan bagi 2 Perusahaan Penanaman Modal : 1. Perusahaan Penanaman Modal Asing. 2. Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal selain Izin Prinsip Penanaman Modal, terdapat juga Izin Prinsip Perluasan Penanaman modal dan Izin Prinsip Perubahan Penanaman modal

PERIZINAN PENANAMAN MODAL PMA yang telah berstatus badan hukum PT yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip. - PMA yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip. - PMA yang bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam pelaksanaan penanaman modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki Izin Prinsip. Izin Prinsip PMA Permohonan Izin Prinsip diajukan kepada PTSP BKPM.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Bukti diri pemohon Persyaratan Permohonan Izin Prinsip PMA keterangan rencana kegiatan

PERIZINAN PENANAMAN MODAL PMDN yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dlm pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip, sedangkan PMDN yang bidang usahanya tidak memperoleh fasilitas fiskal tidak diwajibkan memiliki Izin Prinsip. . Izin Prinsip PMDN Permohonan Izin Prinsip tersebut diajukan ke PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai dengan kewenangannya. PMDN tersebut dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya wajib memiliki akta dan pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perusahaan perorangan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). .

PERIZINAN PENANAMAN MODAL a. perseorangan WNI; b. Perseroan Terbatas (PT) dan/atau perusahaan nasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI; c. Commanditaire Vennootschap (CV), atau Firma (Fa), atau Usaha Perseorangan; d. Koperasi; e. Yayasan yang didirikan oleh WNI/ sahamnya dimiliki WNI atau f. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Permohonan Izin Prinsip untuk PMDN diajukan oleh :

PERIZINAN PENANAMAN MODAL - bukti diri pemohon Persyaratan Permohonan Izin Prinsip PMDN - keterangan rencana kegiatan

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, adalah izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal. (Pasal 1 angka 16 jo Pasal 36 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Permohonan Izin Prinsip Perluasan, diajukan dengan dilengkapi persyaratan a. rekaman Izin Usaha, bila diperlukan; b. rekaman Akta Pendirian, perubahannya, c. keterangan rencana kegiatan, berupa : d. rekaman Izin Prinsip dan/atau perubahannya. e. dalam hal terjadi perubahan penyertaan dalam harus dituangkan bentuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) f. Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM); g. Permohonan Izin Prinsip Perluasan yang disampaikan oleh direksi perusahaan atau kuasanya ke PTSP; Permohonan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, adalah izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Prinsip/ Izin Prinsip Perluasan sebelumnya. (Pasal 1 angka 18 jo Pasal 37, 38, 39, 40, 41, dan 42 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)

PERIZINAN PENANAMAN MODAL PMA dan PMDN dapat mengubah : a. ketentuan bidang usaha termasuk jenis dan kapasitas produksi, dan/atau; b. penyertaan modal dalam perseroan; c. jangka waktu penyelesaian proyek. yang tercantum dalam Izin Prinsip atau Izin Prinsip Perluasan. 2. Atas tersebut perusahaan harus memiliki Izin Prinsip Perubahan, dimana permohonannya diajukan ke PTSP BKPM sesuai kewenangannya. Hal-Hal yang dapat dirubah dalam Penanaman Modal

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Permohonan Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, diajukan dengan dilengkapi persyaratan : rekaman Izin Prinsip Penanaman Modal yang dimohonkan perubahannya; b. rekaman Akta Pendirian dan perubahannya c. untuk perubahan penyertaan dalam modal perseroan (persentase kepemilikan saham asing) dilengkapi dengan RUPS serta kronologis penyertaan dalam modal perseroan sejak pendirian perusahaan sampai dengan permohonan terakhir. e. untuk perubahan jangka waktu penyelesaian proyek dilengkapi dengan alasan perubahan; f. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode terakhir; g. Permohonan Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Izin Usaha adalah izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial baik produksi barang maupun jasa sebagai pelaksanaan atas pendaftaran/Izin Prinsip/Persetujuan penanaman modalnya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. (Pasal 1 angka 22 jo Pasal 44 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip harus memperoleh Izin Usaha untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan operasi/produksi komersial. Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Prinsip Perluasan harus memperoleh Izin Usaha Perluasan untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial atas proyek perluasannya, Izin Usaha Perusahaan penanaman modal yang masing2 telah memiliki Izin Usaha dan melakukan penggabungan perusahaan (merger) langsung mengajukan permohonan Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger). - Perusahaan penanaman modal yang telah memiliki Izin Usaha dapat melakukan perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Izin Usahanya, meliputi perubahan lokasi proyek, jenis produksi dengan mengajukan permohonan Izin Usaha Perubahan. - Izin Usaha berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatan usaha.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Izin Usaha Perluasan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi/ operasi komersial atas penambahan kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelaksanaan atas Izin Prinsip Perluasan/Persetujuan Perluasan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral. Jenis2 Izin Usaha Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha (surviving company) setelah terjadinya merger, untuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial perusahaan merger. Izin Usaha Perubahan adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Izin Usaha/ Izin Usaha Perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Permohonan Izin Usaha dan Izin Usaha Perluasan, diajukan kepada PTSP dengan dilengkapi persyaratan : a. Laporan Hasil Pemeriksaan proyek (LHP). b. Rekaman akta pendirian dan pengesahan serta akta perubahan c. rekaman Pendaftaran/Izin Prinsip/Izin Prinsip Perluasan/Izin Usaha/Izin Usaha Perluasan yang dimiliki; d. rekaman NPWP; e. bukti penguasaan/penggunaan tanah. f. bukti penguasaan/penggunaan gedung/bangunan. g. rekaman izin HO atau rekaman Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi perusahaan yang berlokasi di luar kawasan industri; h. rekaman Laporan Kegiatan Penanaman modal (LKPM) periode terakhir; i. rekaman persetujuan/pengesahan AMDAL atau rekaman persetujuan/ pengesahan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); j. permohonan ditandatangani di atas meterai cukup oleh direksi.

PERIZINAN PENANAMAN MODAL Permohonan Izin Usaha Penggabungan diajukan kepada PTSP dengan dilengkapi persyaratan : Rekaman Akta Pendirian Perusahaan, perubahannya. b. Kesepakatan seluruh pemegang saham masing-masing perusahaan c. Kesepakatan seluruh pemegang saham perusahaan d. Rekaman Izin Usaha, Izin Prinsip/Surat Persetujuan Penanaman Modal dan perubahannya dari masing-masing perusahaan; e. Rekaman Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) periode terakhir bagi perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha (surviving company); f. Surat Kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan secara langsung oleh direksi perusahaan;

PERIZINAN PENANAMAN MODAL - Permohonan Izin Usaha Perubahan diajukan dengan menggunakan Surat Permohonan dengan dilengkapi data pendukung atas perubahan yang diajukan. - Perubahan atas ketentuan yang tercantum dalam Izin Usaha, perusahaan harus melaporkan perubahan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan. - Berdasarkan laporan perusahaan tersebut, PTSP menerbitkan Surat telah mencatat perubahan. Permohonan Izin Usaha Perubahan

PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL Jenis-jenis pelayanan nonperizinan dan kemudahan lainnya, antara lain : a. fasilitas bea masuk atas impor mesin; b. fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan; c. usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) badan; d. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); e. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA); f. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA. 01); g. Izin Memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA); h. insentif daerah; i. layanan informasi dan layanan pengaduan.

PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) mesin/peralatan dan barang dan bahan untuk dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang bersangkutan. Permohonan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan sebelum melakukan pengimporan mesin/peralatan dan barang dan bahan. (Diatur dalam Pasal 1 angka 34 dan 35, Pasal 54, Pasal 55 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)

PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL Permohonan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) dan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan untuk penggunaan tenaga kerja asing dalam pelaksanaan penanaman modalnya, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA). (Diatur dalam Pasal 1 angka 36 dan 37, Pasal 56, Pasal 57 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)

PELAYANAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01) adalah rekomendasi yang diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja bagi tenaga kerja warga negara asing. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah izin bagi perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing dalam jumlah, jabatan dan periode tertentu. (Diatur dalam Pasal 1 angka 38 dan 39, Pasal 58, Pasal 59 dan Pasal 60 Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal)