Pengelolaan Reproduksi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
REGULASI HORMON TERHADAP DAUR OVARIUM DAN DAUR MENSTRUASI
Advertisements

PENGOBATAN HORMONAL PADA KASUS KEMAJIRAN
Siklus reproduksi bagian reproduksi veteriner fkh - unair.
SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA
Peran hormon dalam fertilisasi
Mata Pelajaran Biologi
RECORDING FKH - UNAIR.
IB pada KERBAU.
ISEMINASI BUATAN PADA KELINCI FKH - UNAIR.
II. PEMELIHARAAN SAPI DARA
GANGGUAN BIRAHI OLEH Wurlina Meles DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER
KARENA FAKTOR HORMONAL
Sistem Reproduksi Biologi XI IPA / SMAN 46 Jakarta
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
EUTOKIA DAN DISTOKIA PADA GAJAH
ANALISA PEMELIHARAAN Contoh analisa usaha sapi perah dengan 5 ekor induk 1. Biaya bibit 5 ekor x Rp Rp Kandang Rp
Kemajiran + Makanan 1. KEKURANGAN MAKANAN 2. KELEBIHAN MAKANAN
Tingkah Laku Anak-Induk
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI PERAH
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SINKRONISASI BIRAHI TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
PENANGGULANGAN KASUS- KASUS KAWIN BERULANG PADA TERNAK SAPI
SIKLUS ESTRUS, OVARI, UTERUS, DAN PSEUDOPREGNANCY
siklus reproduksi 3 Plasentasi Fisiologi kebuntingan
PERTUMBUHAN Pertumbuhan merupakan phenomena komplek, dimulai ketika sel telur dibuahi sampai ternak mencapai ukuran dewasa. Perkembangan adalah proses.
Program Studi D.IV Bidan Pendidik dan Klinik Nany Suryani, S.Gz.
Sistem Reproduksi (Menstruasi)
MK. ILMU REPRODUKSI TERNAK
REPRODUKSI SAPI PERAH A. ESTRUS DAN PUBERTAS
MANAJEMEN TERNAK BABI.
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI DAN PRODUKSI SUSU
MANAJEMEN TERNAK PERAH
Produktivitas ditinjau dari aspek pertumbuhan dan perkembangan jaringan Sasaran : produksi daging atau edible portion per unit atau per ekor maksimal Tujuan.
SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI Bogor, 8-9 Agustus 2017.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
akan mengalami pubertas tahun Pubertas
OLEH NI WAYAN KASIH OM SWASTIASTU.
KELAHIRAN DAN KESULITANNYA
R CORNEAWATY CHANIRA I B NIM :
Siklus Menstruasi Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Pada siklus estrus jika tidak terjadi.
PERKEMBANGAN HEWAN Dra. Hj. Aseptianova, M.Pd. Nita Nuraini, M.Pd.
MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI
Manfaat dari tindakan sinkronisasi berahi
Tata Laksakna Pengawinan
2, Solusi yang Ditawarkan
Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
KEGAGALAN REPRODUKSI Kegagalan menunjukkan gejala-gejala berahi.
MATERI 10 Evaluasi keberhasilan IB dan Rekording reproduksi
OLEH :RISKA ANGRAINI PUTRI 1B
PERTUMBUHAN Lanjutan ….
PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru.
MK. ILMU REPRODUKSI TERNAK
SIKLUS ESTRUS.
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Bunting
PENGARUH CEKAMAN PANAS
OLEH : SEFTI WINDA SARI 1B
PENGARUH CEKAMAN PANAS
PENGARUH CEKAMAN PANAS
Hormon lh, fsh, estrogen DAN progesteron
SIKLUS ESTRUS.
TINGKAT KEJADIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI BALI DAN MADURA PADA SISTEM PEMELIHARAAN KANDANG KELOMPOK Muchamad Luthfi dan Yeni Widyaningrum.
MENGERTI SIKLUS HAID.
PARTURATION, PARTUS, DELIVERY, MISE BAS
Proses dan masa pembuahan
REPRODUKSI 4 oct 2012.
SIKLUS ESTRUS.
GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA
FUNGSI ORGAN REPRODUKSI WANITA
Transcript presentasi:

Pengelolaan Reproduksi jarak beranak yang optimal yaitu sekitar 12 sampai 14 bulan. Perlu upaya untuk memunculkan birahi post partus. Perkawinan baru bisa dilakukan setelah sekitar 60 hari pasca beranak Manajemen Pengelolaan reproduksi Sapi Perah Pengelolaan reproduksi dari setiap ekor induk yang sangat berperan dalam menentukan : 1.kontinyuitas produksi susu sehingga target produksi daripada waktu tertentu tercapai . 2. memperoleh rasio induk produksi dengan induk kering. Apabila induk yang kering lebih banyak jumlahnya dibanding dengan yang produksi, maka perusahaan akan rugi. Untuk itu harus diaper paling tidak rasio induk laktasi dengan kering adalah 60% dibanding 40%.

3.tercapainya masa laktasi yang ideal yaitu 305 hari (10 bulan masa laktasi), bisa dihasilkan pedet pertahun dari setiap induk yang ada 4.efisiensi reproduksi yang tinggi Masa mengawinkan minimal 60 hari pasca melahirkan dan diharuskan pada umur 90 hari pasca melahirkan induk bunting. Dengan demikian hanya diperoleh nilai servis preconception yang rendah yaitu 2. Calving interval dicapai sekitar 12,5 bulan Maka akan dicapai masa laktasi yang optimal yaitu 10 bulan

Pengelolaan Perkawinan Yg ideal

TEKNIK MENGAWINKAN INDUK

Permasalahan Reproduksi Sapi Perah Memiliki calving interval (jarak beranak) lebih dari 400 hari. Pada umumnya induk-induk sapi perah peternak rakyat memiliki calving lebih dari 14 bulan. Hal ini merupakan suatu kerugian karena jumlah pedet dan susu yang dihasilkan semakin sedikit dari Satu periode kehidupan induk sapi perah. Jarak dari melahiran sampai bunting kembali lebih dari 120 hari., induk yang normal akan kembali birahi. Menunggu involusi kembali uterus, maka harus dikawinkan setelah berumur 50-60 hari pasca melahirkan dan perkawinan terakhir diusahakan setelah 90 hari pasca melahirkan. Angka konsepsi kurang dari 50%. Dalam satu kali proses IB atau mengawinkan induk-induk yang birahi diharapkan tingkat kebuntingan tinggi (lebih dari 50% dari semua induk yang di-IB).. Service preconception lebih dari 2. Idealnya seekor induk yang normal untuk sekali bunting hanya membutuhkan sekali pelayanan perkawinan (satu kali proses IB).

1.Periode pasca melahirkan 2.Periode kebuntingan dan permasalahan reproduksi pada sapi perah yang sering terjadi pada tiga periode, yaitu: 1.Periode pasca melahirkan 2.Periode kebuntingan dan 3.Periode kelahiran I.Gangguan reproduksi pasca melahirkan : Beberapa faktor yang memperparah keadaan stress tersebut, (misalnya pakan yang tidak tercukupi, lingkungan yang tidak mendukung), maka akan berakibat terjadinya gangguan keseimbangan hormon reproduksi.

1.Anestrus Pasca Melahirkan tidak menunjukkan gejala birahi dalam waktu yang lama setelah melahirkan ovarium tidak pernah menghasilkan ovum. beberapa faktor : Laktasi yang berat atau pedet yang dibiarkan menyusu pada induk, pakan defisiensi misalnya kekurangan mineral P atau vitamin E atau terjadinya gangguan/ kelinan organ reproduksi kelainan organ reproduksi yang dapat menyebabkan terjadinya anestrus diantaranya; involusi uteri terlambat, radang uteri, retensi plasenta, hidrop amnion atau alantois.

birahi tenang dan birahi pendek (sub uterus) Birahi tenang adalah induk sapi yang tidak memperlihatkan gejala birahi, tetapi pada ovarium terjadi ovulasi birahi pendek adalah induk sapi yang birahinya berjalan sangat cepat (2-3 jam) disertai ovulasi. Kedua keadaan ini disebabkan oleh karena korpus luteum dari ovulasi pertama menghasilkan sedikit progresteron, sehingga ovarium kurang respontif terhadap LH.

faktor penyebab kawin berulang, diantaranya; 1. Populasi mikro organisme dalam saluran kelamin yang banyak. Keadaan ini menyebabkan spermatozoa atau embryo terganggu atau bahkan terbunuh oleh mikro organisme tersebut. 2. Kelainan organ reproduksi seperti kelainan servix yang terlalu sempit, tuba fallopi yang buntu yang semua ini dapat berakibat sperma tidak dapat bertemu dengan ovum sehingga fertilisasi tidak terjadi 3. Ovum bentuknya abnormal. Ovum terlalu kecil, bentuknya terlalu lonjong, pipih, zona pellucida yang rapuh atau sobek atau vakuola ovum dan polar body yang terlalu besar. Keadaan ovum yang abnormal ini menyebabkan sperma tidak bisa membuai atau kalaupun terjadi pembuahan embryo yang dihasilkan cepat mati dalam perjalanan hidupnya. 4. Faktor teknis dalam IB/ perkawinan. Pejantan yang kurang subur atau waktu inseminasi yang kurang tepat merupakan penyebab terjadinya kawin ulang.

3.Kematian Embryo Dini kematian embryo dini menurut Hubbert (1971) adalah kematian embryo yang terjadi pada hari pertama pembuahan sampai hari ke-42 masa bunting. Kematian embryo dini mencapai 24,8% pada perkawinan sapi dara dan 32,5% pada sapi induk Kematian embryo muda biasa terjadi pada umur kebuntingan 8 sampai 19 setelah perkawinan dan ini merupakan stadium kritis pada masa kebuntingan Banyak faktor : pakan, genetik dan faktor hormonal Defisiensi karoten, selenium, fosfor dan tembaga Kelainan kromosom karena kelainan genetic menurunnya kadar progesterone karena ketidakmampuan embryo menghasilkan bahan luteotropik tersebut sel telur atau spermatozoa yang tua atau faktor imunologik.

II.Permasalahan Reproduksi Periode Bunting Kejadian terbesar gangguan reproduksi periode bunting adalah terjadinya abortus. Abortus terjadi apabila kematian sudah dalam keadaan foetus, yaitu pada umur kebuntingan 45 sampai dengan 260 hari Suhu Lingkungan (hipotensi, hypoxia dan acidosis pada tubuh foetus yang diikuti dengan kematian ) Racun yang terkandung dalam tanaman seperti nitrat, nitrit HCN dapat mengakibatkan kematian foetus. Endotoxemia pada induk Induk yang menderita infeksi gram negatif pada kuku, ambing, paru-paru dan usus mensekresi prostaglandin PGF2 alpha yang menyebabkan kontraksi dinding uterus dan diikuti dengan abortus

3. Permasalahan Reproduksi Periode kelahiran. penyakit menular menyebabkan abortus, misalnya Brucellosis, yang dapat menyebar melalui berbagai cara 3. Permasalahan Reproduksi Periode kelahiran. Gangguan reproduksi periode kelahiran yang sering dijumpai adalah distokia (kesulitan melahirkan), kematian pedet dan prolapus uteri. Kelahiran dikatakan abnormal jika lebih dari 24 jam setelah tanda-tanda kelahiran pertama tidak disusul oleh kelahiran pedet

Penyebab timbulnya prolapsus diantaranya: beberapa faktor yang dapat menyebabkan distokia berasal dari foetus yang terlalu besar, situs dan salah posisi atau dari induk berupa kelemahan kontraksi uterus, indurasi servix sehingga sulit membuka dan mengganggu proses keluarnya foetus Prolapsus uterus adalah penyembuhan mukosa uterus keluar dari tubuh melalui vagina Penyebab timbulnya prolapsus diantaranya: Kesulitan melahirkan penarikan pedet saat melahirkan terlalu dini dan kuat. Induk terlalu gemuk pemberian hormon estrogen yang berlebih pada pengobatan retensi plasenta

Penanganan Induk sapi Perah yang Infertil menghilangkan corpus luteum persisten adalah dengan pemberian PGF2 alpha, karena selain dapat menyerentakkan birahi, juga dapat dipergunakan untuk gangguan corpus luteum persisten PGF2 Alpha langsung mempengaruhi hipofise, mengingat hipofise berperan penting dalam mempengaruhi aktifitas corpus luteum. PGF2 Alpha dapat menginduksi luteolysin melalui uterus dengan melepas endogenous luteolysin. PGF2 Alpha langsung bereaksi sebagai racun terhadap sel-sel luteal. PGF2 Alpha bekerja sebagai anti gonadotropin. PGF2 Alpha mempengaruhi aliran darah ke ovarium, karena berkurangnya aliran darah suplai kolesterol sebagai prokusor progesterone menurun, sehingga aktivitas esterase berkurang dan terjadi pengerutan lisosom pada sel-sel luteal sebagai tanda awal permulaan regresi.

pemberian PGF2 Alpha sebanyak 30 mg secara intramuscular pada sapi dapat mengertak birahi, yaitu 2-4 hari pasca pemberian sapi menjadi birahi manfaat dengan dilakukannya penyerentakan birahi induk sapi perah adalah: Deteksi birahi dapat dilakukan pada waktu tertentu dan bersamaan, sehingga peternak akan lebih mudah mengamati dan menghemat waktu serta tenaga. Dihasilkan pedet dengan umur yang relatif seragam, karena dengan pelaksanaan IB secara bersamaan, memungkinkan akan dipanen pedet yang bersamaan pula. Dengan umur seragam, memungkinkan dihasilkan sapi dara yang seragam pula sehingga sehingga akan memudahkan untuk pengelolaan reproduksi dan penanganan (sapi di kandangkan dalam satu kelompok umur dan bobot, sehingga memudahkan dalam penyusunan daan pemberian pakan). Meningkatkan tingkat kebuntingan sapi dara sebesar 60% dan 50% pada induk (Sahibudin, 1991).

2.Preparat Prostalglandin yaitu TGF2 alpha Beberapa preparat hormon yang sering dipergunakan untuk menyerentakkan birahi 1.Preparat Progesteron merupakan preparat yang terbaik untuk menyerentakkan birahi, karena dapat menghambat pelepasan LH, pertumbuhan follikel, estrus dan ovulasi. Bila dipergunakan 15 hari sesudah akhir estrus, penyuntikan 50 mg progesterone setiap hari, maka birahi akan muncul 4-6 hari setelah penyuntikan. 2.Preparat Prostalglandin yaitu TGF2 alpha Pemberian TGF2 alpha dapat menghambat aliran darah yang menyebabkan regresi corpus luteum. 3.MAP (6 Methy -17 actoxyprogesteron) Induk diberi pakan yang dicampur dengan 500 ug MAP setiap hari selama 20 hari menunjukkan birahi yang bersamaan dengan angka konsepsi 20-70% (Tollihere, 1985).

Gangguan Reproduksi Sapi Perah dan Alternatif Penanggulangannya Kista Ovari Berupa Folikel Kista mengakibatkan produksi hormon seks betina (estrogen) dihasilkan secara terus- menerus, pada kasus ini kinerja reproduksi berupa tanda birahi muncul 2 hari sekali yang disebut sebagai dengan nymphomania pengobatan yang efektif adalah dengan penyuntikan HCG atau LH (Pregnyl, Nymfalon) secara intra muskuler 2500iu b. Kista Luteal Birahi tidak akan muncul sehingga periode post partum tambah panjang Penyebab kekurangan hormon LH atau berkurangnya reseptor LH Kista folikel tidak ada proses luteinisasi sel granulose tetapi kalau kista luteal adalah proses luteinisasi sel granulose oleh hormon LH yang keluar sedikit-sedikit, tidak berupa pancaran sehingga ovulasi tidak ada Pengobatan jangka pendek yang bisa dilakukan adalah: a.PGF2-alfa: 7,5 mg secara intra uterin.PGF2-alfa: 25 mg secara intra muskuler dan birahi terjadi 2-5 hari setelah injeksi. b.PRID atau CIDR diselipkan selama 12 hari dalam vagina, kemudian dicabut. Pada saat cabut tambahkan 500iu PMSG, secara intra muskuler. Birahi akan muncul 2-5 hari setelah pencabutan.

d.endometritis atau pyometra. c.Hipofungsi Ovarium Konsumsi pakan, penyakit umum produksi susu yang melebihi 20 liter perhari stress panas d.endometritis atau pyometra. Penanggulangan kasus ini adalah : Irigasi dengan cairan antiseptik lugol 1% atau betadin 1% hingga nanah terkuras keluar. Dan kalau kejadian endometritis/ pyometra terjadi dalam kurun waktu 1 minggu post­partum maka jangan memberi penicillin + streptomycine setelah irigasi, tetapi sebaiknya diberi : Sulfa (bolus atau terramycin (oxytetracycline) yang dima­sukkan ke dalam uterus. Karena dalam kurun 1 minggu tersebut kuman strepto, stafilo atau C masih hidup. Pyogenes masih mengeluarkan penicillinase yang mampu menghambat penicillin yang kita beri lewat uterus. Bolus diberi 2 buah yang efektif 3-4 hari. Terramycin diberikan 1 gram setiap hari untuk minimum 3 hari berturut-turut.

Beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap perpanjangan periode birahi postpartum : Terlambatnya involusi uteri Retensi plasenta Mummifikasi dan maceratio foetus Pertongan : Prostaglandin analog 25-30 mg secara im. Foetus mummi dan foetus busuk, sudah dapat diharapkan keluar dalam waktu 48-72 jam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan reproduksi ini adalah : Kemampuan reproduktifitas seekor sapi betina akan sangat menentukan terjadinya proses produktifitas susu. Setiap fase siklus reproduksi pada sapi perah sangat erat kaitannya denga periode postpartum yang sekaligus dapat mempengaruhi produksi susu. Sapi dengan produktifitas susu tinggi, denga masa laktasi hingga mendekati partus sering ditemui menderita postpartum milk fever atau demam susu yang harus diambil tindakan pengobatan. Gangguan keseimbangan hormonal reproduksi sering dijumpai pada sapi dengan produksi susu tinggi, sehingga tindakan pengobatan perlu dilakukan. Gangguan berupa retensi plasenta, pyometra, sangat mempen­garuhi produktifitas dan kinerja reproduksi dan perlu dapat penanganan.