Mikhania C.E., S.Farm, M.Si, APt TITRASI REDOKS Mikhania C.E., S.Farm, M.Si, APt
PENDAHULUAN Dalam suatu reaksi, oksidasi dan reduksi berjalan bersamaan Oksidasi dapat diartikan secara umum sebagai reaksi penangkapan oksigen, sedangkan reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen Berdasarkan konsep pelepasan elektron, oksidasi diartikan sebagai reaksi pelepasan elektron sedangkan reduksi adalah reaksi penangkapan elektron Contoh : oksidasi : Fe2+ Fe3+ + elektron reduksi : Ce4+ + elektron Ce3+
FENOMENA OKSIDASI Ada 3 fenomena oksidasi :
Example : Ce4+ + elektron Ce3+ FENOMENA REDUKSI Ada 3 fenomena reduksi : Example : Ce4+ + elektron Ce3+
SYARAT UMUM Reaksi redoks harus memenuhi persyaratan umum : reaksi harus cepat dan sempurna reaksi berlangsung secara stokiometri : terdapat kesetaraan antara oksidator dan reduktor titik akhir harus dapat dideteksi
TITRASI REDOKS PERMANGANOMETRI IODO-IODIMETRI BROMO-BROMATOMETRI
1. PERMANGANOMETRI Permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer Analit + MnO4- Hasil + analit (reduktor) (Reduksi Mn) (Oksidator) Secara kimia Secara ionik
PRINSIP PENETAPAN Titrasi Permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (70⁰C) untuk mempercepat reaksi. Titrasi permanganometri tidak memerlukan indikator karena larutan KMnO₄ sudah berfungsi sebagai indikator (warna ungu). Disebut sebagai autoindikator. Larutan baku : Baku Primer : Oksalat (asam oksalat, natrium okasalat) Baku Sekunder : Larutan KMnO₄
2.IODOMETRI DAN IODIMETRI Digunakan untuk penetapan kadar reduktor ataupun oksidator Jika reduktor langsung dititrasi dengan iodium iodimetri (titran : lar. Iodium) Jika oksidator direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian dititrasi dengan tiosulfat iodometri (titran : lar. Tiosulfat)
Oks + KI + asam I2 + ..... I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 IODOMETRI penetapan kadar suatu oksidator dalam larutan yang direaksikan dengan larutan KI berlebih suasana asam, kelebihan I2 dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat Reaksi : Oks + KI + asam I2 + ..... I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Red + I2 hasil oksidasi I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 IODIMETRI adalah penetapan kadar reduktor dalam larutan menggunakan larutan iodium sebagai baku sekunder Reaksi : Red + I2 hasil oksidasi I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
INDIKATOR Indikator yang umum digunakan dalam iodometri dan iodimetri adalah larutan kanji Larutan kanji dengan iodium akan membentuk kompleks berwarna biru Kloroform dengan iodium berwarna violet Catatan : penambahan larutan kanji dilakukan menjelang TAT karena bila ditambah sejak awal maka kompleks iodium-kanji akan sukar pecah mempengaruhi hilangnya warna biru
TITRAN IODIUM Kelarutan iodium : sukar larut dalam air, mudah larut dan larutan KI pekat Penurunan kadar selama penyimpanan disebabkan karena iodium berekasi dengan air yang dikatalisis oleh cahaya harus dibakukan sebelum digunakan Pembakuan dengan natrium tiosulfat yg telah dibakukan
TITRAN NATRIUM TIOSULFAT Na tiosulfat tidak stabil dalam jangka waktu lama dapat ditambahkan pengawet (boraks, natrium karbonat) Na tiosulfat tidak stabil terhadap oksidasi udara, asam dan bakteri pemakan belerang yg terdapat dalam pelarut Penyimpanan : dalam wadah yg tidak terkena cahaya matahari langsung
SUMBER KESALAHAN Oksigen yg terdapat di udara dpt mengoksidasi I⁻ menjadi I₂ sehingga hasil titrasi menjadi lebih tinggi Hidrolisis I₂ pada pH tinggi, sehingga hasil titrasi menjadi lebih rendah Penambahan amilum terlalu awal
3. BROMOMETRI-BROMATOMETRI BROMOMETRI penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks menggunakan brom BROMATOMETRI penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks menggunakan kalium bromat TITRAN : Bromometri : brom Bromatometri : kalium bromat
BROMOMETRI Titran : larutan brom Prinsip penetapan : zat uji direaksikan dengan brom berlebih dalam suasana asam. Kelebihan brom direaksikan dengan KI berlebih lalu iodium yg terbentuk dititrasi dengan larutan na tiosulfat menggunakan indikator kanji hingga warna biru tepat hilang
BROMATOMETRI reduktor oksidator + e Titran : kalium bromat Kalium bromat adalah oksidator kuat dalam suasana asam yang oleh reduktor akan direduksi menjadi bromida Reaksi : reduktor oksidator + e 2BrO3- + 12H+ + 12 e 2Br- + 6 H2O
INDIKATOR BROMOMETRI amilum, kloroform Kelebihan Br2 diberi KI iodium yg terbentuk dititrasi dengan na tiosulfat Reaksi : Iodium + amylum Iod-amylum (biru) Iod-amylum + Na2S2O3 NaI + Na2S2O6 + amylum (biru) (tidak berwarna)
BROMATOMETRI metil jingga atau metil merah (merah tdk berwarna) Selain menggunakan indikator, TAT dapat ditandai dengan terbentuknya brom bebas yang menyebabkan warna larutan menjadi kuning muda Reaksi : O + HBr H2O + Br2(kuning) Br2 + indikator (merah) (tidak berwarna)
CONTOH SOAL vitamin C (MR= 176,12) sebanyak 17,612 gram yang dilarutkan dalam 100 ml air akan dititrasi menggunakan iodimetri. 10 ml sampel ternyata membutuhkan 20 ml iodium sampai tercapai TAT. Jika ekivalensi vitamin C diketahui adalah 1. Pertanyaan : a. hitung normalitas iodium yang digunakan! b. jenis titrasi apa yg digunakan?
TITRASI IODIMETRI Cara kerja : Hitung molaritas dan normalitas vitamin C Hitung normalitas iodium M = (gram/MR) x (1000/V) = (17,612/176,12) x (1000/100) = 1M N = valensi X molaritas = 1 x 1 = 1 N vitamin C V1.N1 = V2.N2 10.1 = 20.N2 N2 = 0,5 N iodium
CONTOH SOAL Diketahui tablet vitamin C 250 mg memiliki bobot rata-rata 550 mg. Untuk penetapan kadar vitamin C maka 200 mg sampel dilarutkan dalam 50 ml air 10 ml larutan sampel kemudian dititrasi dengan 3 ml iodium 0,1 N. Jika diketahui kesetaraan iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C, hitung kadar vitamin C dalam tablet tsb!
Jawab : Kandungan teoritis vitamin C = 200/550 x 250 = 90,91mg Kandungan vitamin C dalam 10 ml = 3 x 8,806 mg = 26,418 mg Kandungan vitamin C dalam 50 ml = (50 ml / 10 ml) x 26,418 mg = 132,09 mg % vitamin C = (132,09 mg/ 90,91 mg) x 100 = 145,298 %