TITRASI PENGENDAPAN Argentometri Volhard Djadjat Tisnadjaja
PENDAHULUAN Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik, digunakan bila reaksi berjalan lambat atau jika tidak ada indikator yang tepat untuk menentukan titik ekivalen. Prinsip titrasi: Larutan perak ditambahkan berlebih kedalam larutan halida, Br- + Ag+(berlebih) AgBr (endapan) Setelah reaksi sempurna endapan disaring, kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku tiosianat, Ag+ + SCN- AgSCN (larutan)
Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dengan ion tiosianat : Fe3+ + SCN- (Fe(SCN))2+ Reaksi harus dalam suasana asam karena kalau dalam suasana basa akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3 Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3 Dalam titrasi biasa digunakan (Fe3+) = 10-2 M
Metoda Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag+ dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil, suasana asam akan mencegah hidrolisis dari indikator Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral akan terganggu oleh endapan dari kation-kation lain. Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung Ag+ dengan larutan CNS-, atau tidak langsung pada penentuan Cl-, Br- dan I-. Pada titrasi tidak langsung Br- dan I- tidak terganggu oleh CNS- karena kelarutan AgBr = AgCNS, sedangkan kelarutan AgI<AgCNS. Kesalahan titrasi Cl- terjadi jika endapan AgCl bereaksi lanjut dengan CNS. AgCl(p) + CNS- AgCNS + Cl-
Karena kelarutan AgCNS < AgCl maka reaksi diatas akan bergeser ke arah kiri, sehingga hasil analisis Cl- akan lebih kecil. Hal ini dapat dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau penambahan nitrobenzen sebelum titrasi dengan CNS-. Nitrobenzen menjadi lapisan minyak yang memisahkan endapan dari CNS-.
ARGENTOMETRI FAJANS Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni senyawa organik yang teradsorpsi ke permukaan padat dari endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung. Contoh: Floureseins sebagai anion floureseinat (hijau kuning) bereaksi dengan Ag+ membentuk endapan merah intensif yang teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal karena adanya pasangan muatan ion. Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler yang mengubah warna. Gejala tersebut digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak.
Suatu endapan cenderung lebih mudah mengadsorpsi ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan. Jadi, Ag+ atau Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh endapan AgCl daripada ion Na+ ataupun NO3-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder. Fluoresein adalah senyawa asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti perubahan warna menjadi pink.
Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal menjadi partikel besar, karena akan menurunkan dengan tajam daya adsorpsi permukaan endapan terhadap ndikator. Jika itu terjadi, diatasi dengan penambahan dextrin, sebagai koloid pelindung agar endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat dapat dititrasi balik dengan larutan baku Cl-. Adsorpsi indikator harus terjadi sesaat sebelum TE dan makin cepat pada TE
Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan konsentrasi ion dari indikator asam lemah maupun basa. Misalnya flouresein dalam larutan lebih asam dari pH 7 akan melepas floureseinat lebih sedikit sehingga perubahan warna sulit diamati. Flouresein hanya dapat digunakan pada pH 7 – 10. Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran.
Indikator Indikator Analit Titran Kondisi reaksi Dikloroflouresein Cl- Ag+ pH = 4 Flouresein pH 7 – 8 Eosin Br-, I-, SCN- pH 2 Thorin SO42- Ba2+ pH 1, - 3,5 Hijau Bromkresol SCN- pH 4-5 Ungu metil Lar. Asam Rhodamin 6G Br- HNO3 s/d 0,3 M Ortokrom T Pb2+ CrO42- Lar netral 0,02 M Biru bromfenol Hg22+ Lar 0,1 M