Permanent Establishment

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI – WP BUT PASAL 9.
Advertisements

POLITEKNIK PRATAMA PURWOKERTO
BENTUK USAHA TETAP.
 Obyek : 1. Impor barang 2. Pembayaran atas pembelian barang yg dilakukan oleh Dirjen Anggaran, bendaharan pemerintah baik pusat maupun daerah 3. Pembayaran.
PAJAK PENGHASILAN DIKENAKAN TERHADAP Atas Penghasilan yang: DITERIMA atau DIPEROLEHNYA dalam Tahun Pajak SUBJEK PAJAK PASAL 1.
Biaya Konsep, Pengakuan, dan Realisasi
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 (PPh PASAL 26)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
PPh UMUM1 PAJAK PENGHASILAN UMUM (PPh). PPh UMUM2 ADALAH Pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 PPh 23 & 26.
Pajak Penghasilan Pasal 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
PPh Pasal 24.
Matakuliah : A0572/ Perpajakan Tahun : 2005 Versi : Revisi 1
PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN UMUM
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Pajak Penghasilan Pasal 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 DAN BENTUK USAHA TETAP
Solo Business School_STIE Surakarta BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 Ayat (5) BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 Ayat (5) BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH.
Pertemuan PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 Matakuliah: F PPH Perorangan dan Badan Tahun: 2009.
1 Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan EKA SRI SUNARTI FHUI 2009.
E-LEARNING MATA KULIAH : PERPAJAKAN 1 DOSEN : MOMO KELAS : 21
Akuntansi Pajak PPh Pasal 26
PAJAK PENGHASILAN (PPH): PASAl 4 AYAT 2, PASAL 15 dan 26
Kelompok 7 Ayi Aisyah Nur Aripin Ana Sardes Yuanita Kristiani
Tax Planning PPH Pasal 21/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
PAJAK PENGHASILAN Niken Nindya H., SE., MSA., CA., Ak
PAJAK PENGHASILAN Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
BUT DAN PPH 21.
Perpajakan PPh Pasal 26 Pertemuan ke-9.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
MATERI PPh PERTEMUAN III
Shanty Vani Marthalena ( )
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 PPh 23 & 26.
Slide by: Jayu Pramudya dan Nia Paramita Departemen Akuntansi FEUI
Materi 6 Pengertian PPh Ps 23 Penghitungan PPh Ps 23
Materi 4.
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
Pajak Penghasilan Pasal 23
PPh Pasal 21 Perpajakan 2 15/11/2016.
Vhika Meiriasari, S.E, M.Si
SLIDE 12 Penghasilan dan Kredit Pajak dari Luar Negeri serta Kompensasi Kerugian.
Pasal 21, 22, 23, 24, 25 & 26 (Undang-undang No. 36 Tahun 2008)
Pajak Penghasilan Final
BENTUK USAHA TETAP.
Pertemuan 4 BENTUK USAHA TETAP
YURISDIKSI PEMAJAKAN.
Ketentuan Tentang Sumber Penghasilan
Pph PSL 26 MUST PRAM.
Tax Treaty Provision (II)
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT DALAM TAX TREATY.
BENTUK USAHA TETAP ( BUT )
Hukum Pajak Pajak Penghasilan (PPh)
PPH PASAL 23
PENGKREDITAN PAJAK LUAR NEGERI (pph pasal 24)
PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pajak Penghasilan.
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PERUSAHAAN DAGANG ASING YANG MEMPUNYAI PERWAKILAN DAGANG DI INDONESIA PENDAHULUAN Pengertian Perwakilan Dagang Asing tidak.
Bentuk Usaha Tetap dan PPh Pasal 15
PAJAK PENGHASILAN UMUM
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 (PPh PASAL 26)
PPh Pasal 23 Pengertian: Pajak atas penghasilan sehubungan dengan penghasilan dari modal dalam tahun takwim melalui pemungutan pihak ketiga, berdasarkan.
Pajak Penghasilan Pasal 24
PAJAK BUT.
PPh Ps 26 Mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri (baik pribadi maupun.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
PAJAK BUT.
Transcript presentasi:

Permanent Establishment CHRISTINE

Agenda BUT menurut tax treaty Cakupan dan penentuan Laba Usaha suatu BUT menurut tax treaty BUT menurut Ketentuan Domestik Indonesia Contoh Kasus

BUT menurut tax treaty Dalam P3B umumnya pasal-pasal yang terkait dengan BUT: Pasal 5: mengatur tentang apa yang dimaksud dengan BUT, jenis-jenis BUT, dan apa yang tidak termasuk sebagai BUT yang disepakati antara Indonesia dan negara mitra P3B. Pasal 7: mengatur tentang Negara mana yang berhak mengenakan pajak atas penghasilan BUT yang berada di suatu negara (ayat 1), apa yang menjadi penghasilan BUT (ayat 3), dan apa yang boleh menjadi biaya dari BUT (ayat 4).

BUT menurut tax treaty BUT (Bentuk Usaha Tetap) atau PE (Permanent Establishment) diatur dalam Article 5 Tax Treaty. Para 1: For the purpose of this Convention, the term “permanent establishment” means a fixed place of business through which the business of an enterprise is wholly or partly carried on.

Jenis-jenis BUT 4 bagian besar Asuransi BUT Fisik Aktivitas Keagenan

Jenis-jenis BUT BUT Fisik (Art.5(2)), meliputi: Tempat kedudukan manajemen Cabang Kantor Pabrik Bengkel Lokasi pertambangan, sumur minyak atau gas, lokasi penggalian atau penambangan sumber alam lainnya

Jenis-jenis BUT BUT Aktivitas (Art.5(3)), mencakup: (memerlukan time test) Suatu bangunan, suatu konstruksi, proyek instalasi atau kegiatan pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek tersebut, tetapi hanya apabila bangunan, proyek atau kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung untuk masa lebih dari….. Bulan

Jenis-jenis BUT BUT Aktivitas (Art.5(3)), mencakup: (memerlukan time test) Pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan oleh suatu perusahaan melalui karyawannya atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan itu …tetapi hanya apabila kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung (untuk proyek yang sama atau ada kaitannya) di suatu negara dalam masa lebih dari…bulan dalam jangka waktu 12 bulan.

Jenis-jenis BUT BUT Keagenan (Art.5(5)), yaitu: Apabila orang atau badan, kecuali agen yang bertindak bebas (independent agent), bertindak di suatu Contracting State atas nama perusahaan yang berkedudukan di Other Contracting State, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki BUT di negara disebut pertama atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang atau badan tersebut, jika ia:

Jenis-jenis BUT BUT Keagenan (Art.5(5)), yaitu: Mempunyai wewenang dan biasa melakukan wewenang untuk berunding dan menutup kontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut, kecuali yang diatur dalam para 4. Tidak mempunyai wewenang seperti di atas, tetapi biasa melakukan pengurusan persediaan barang-barang/barang dagangan dimana secara teratur ia menyerahkan barang-barang/barang dagangan atas nama perusahaan tersebut. Membuat atau mengolah di negara tersebut untuk keperluan barang-barang/barang dagangan milik perusahaan

Jenis-jenis BUT BUT Asuransi (Art.5(6)), yaitu: Suatu perusahaan asuransi dari suatu Contracting State, akan dianggap mempunyai suatu BUT di negara pihak lainnya Jika perusahaan asuransi tersebut memungut premi di wilayah negara pihak lainnya dalam Persetujuan dan menanggung resiko yang terjadi di sana melalui seorang pegawai atau melalui suatu perwakilan yang bukan merupakan independent agent.

Pengecualian Timbulnya BUT The term PE shall be deemed not to include (Art.5(4)): The use of facilities solely for the purpose of storage or display of goods or merchandise belonging to the enterprise; The maintenance of a stock of goods or merchandise belonging to the enterprise solely for the purpose of storage or display The maintenance of a stock of goods or merchandise belonging to the enterprise solely for the purpose of processing by another enterprise

Pengecualian Timbulnya BUT The term PE shall be deemed not to include (Art.5(4)): The maintenance of a fixed place of business solely for the purpose of purchasing goods or merchandise or of collecting information for the enterprise The maintenance of a fixed place of business solely for the purpose of carrying on, for the enterprise, any other activity of a preparatory or auxiliary character (kegiatan persiapan atau penunjang) The maintenance of a fixed place of business solely for any combination of activities mentioned above provided that the overall activity of the fixed place of business resulting from this combination is preparatory or auxiliary character.

Pengecualian Timbulnya BUT Art.5(7): Suatu Contracting State tidak dianggap mempunyai BUT di Other Contracting State karena ia menjalankan usahanya di Other Contracting State tersebut melalui suatu agen yang bertindak bebas (independent agent), seperti broker, general commission agent atau agen yang bertindak bebas lainnya dalam rangka melakukan kegiatan usahanya yang lazim. Dependent agent: seluruh atau hampir seluruh kegiatan-kegiatan yang dilakukannya untuk kepentingan perusahaan.

Pengecualian Timbulnya BUT Art.5(7): Independent: Ia berdiri sendiri baik dari segi hukum maupun ekonomi tidak didasarkan atas instruksi atau di bawah pengawasan perusahaan lain, hanya terbatas pada legal contract (bukan hubungan majikan dan karyawan) Ia bertindak dalam rangka kegiatannya sendiri ketika ia bertindak untuk kepentingan perusahaan lain  bila seluruh atau hampir seluruh waktunya diperuntukkan bagi satu perusahaan saja, ia akan kehilangan status “bebas” nya.

Pengecualian Timbulnya BUT Art.5(8): Pada prinsipnya keberadaan satu anak perusahaan (subsidiary) bukan merupakan suatu BUT. Tetapi subsidiary itu dapat menjadi BUT jika memenuhi keadaan yang diatur di Art. 5(5) dependent agent.

Cakupan dan penentuan Laba Usaha suatu BUT Diatur di dalam Article 7 re: Business Profits Para 1: Laba usaha dari satu Contracting State hanya akan dikenai pajak di Negara itu (negara domisili) kecuali jika perusahaan tersebut menjalankan usaha di the Other Contracting State melalui BUT.

Cakupan dan penentuan Laba Usaha suatu BUT Laba BUT tersebut dapat dikenakan pajak di negara sumber sebesar laba yang berasal dari: Kegiatan BUT attribution rule (OECD) Penjualan barang (oleh HO) di negara sumber yang jenisnya sama atau serupa seperti yang dijual BUT -->force of attraction rule Kegiatan usaha lainnya yang dilakukan HO di negara sumber yang jenisnya sama/serupa seperti yang dilakukan oleh BUT tersebut

Ilustrasi Paragraph 1-Business Profits Company R Penjualan barang/jasa PE Company S Penjualan barang/jasa Income dari kegiatan/harta yang dimiliki/dikuasainya

Cakupan dan penentuan Laba Usaha suatu BUT BUT tersebut diperlakukan sebagai badan yang terpisah dari perusahaannya dalam menentukan laba usaha BUT. Dalam menentukan besarnya laba usaha suatu BUT maka biaya-biaya yang terjadi dalam rangka mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan suatu BUT termasuk biaya overhead yang dikeluarkan oleh HO-nya untuk kepentingan suatu BUT itu dapat dikurangkan. Yang tidak boleh dikurangkan adalah pembayaran BUT ke HO dalam bentuk royalti, management fee, dan bunga kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.

BUT dalam Domestic Laws Pasal 2 ayat 5 UU PPh: BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh: orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia Untuk menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk memperoleh penghasilan di Indonesia, yaitu Income from Business or Services.

BUT dalam Domestic Laws Bentuk-bentuk BUT dapat diklasifikasikan ke dalam 4 jenis: BUT tipe Fisik: Tempat manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan. BUT tipe Aktivitas: proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; dan pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan. BUT tipe Agen: kegiatan usaha melalui orang atau badan yang bertindak selaku agen yang tidak dependen. BUT tipe Asuransi: perusahaan asuransi luar negeri yang menanggung resiko di Indonesia atau memungut premi asuransi di Indonesia melalui agen atau pegawainya. Bentuk-bentuk BUT di atas merupakan penampakan wujud dari kegiatan yang dilakukan oleh Subjek Pajak luar negeri di Indonesia.

Pajak Penghasilan untuk BUT Objek Pajak BUT (Pasal 5 ayat (1) UU PPh) Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia. c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat ada hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud. Poin b dan c lazimnya disebut sebagai force of attraction rule.

Pajak Penghasilan untuk BUT Biaya-biaya BUT (Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) UU PPh) a.BUT diperbolehkan untuk mengurangi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat yang ditarik menjadi penghasilan BUT. (Pasal 6&9 UU PPh) b.BUT diperbolehkan untuk mengurangkan biaya administrasi kantor pusat yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, diatur lebih lanjut dengan Kep. Dirjen Pajak No.Kep-62/PJ./1995 besarnya alokasi biaya overhead HO yang dibebankan pada BUT-nya di Indonesia tidak boleh melebihi ratio peredaran usaha suatu BUT dengan world wide income dari HO.

PPh untuk BUT Biaya yang tidak dapat dikurangkan oleh BUT: Royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan. Tarif PPh untuk BUT (Pasal 17 ayat (1) b UU PPh): 25 % untuk th 2010 onwards Branch Profit Tax (Pasal 26 ayat (4) UU PPh): PPh Pasal 26 yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak suatu BUT di Indonesia setelah dikurangi Pajak Penghasilan. Tarif: 20%

PPh untuk BUT Sebuah BUT dari Inggris bergerak dalam bidang jasa konsultasi SDM. Pada tahun 2010 BUT ini memperoleh penghasilan kena pajak di Indonesia sebesar Rp 500.000.000,00. Pada tahun yang sama, kantor pusat BUT tersebut memperoleh penghasilan dari Indonesia yang berasal dari jasa konsultasi SDM untuk klien terbesar perusahaan sebesar Rp 400.000.000,00. Besarnya kredit pajak PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah sebesar 200 juta. Sesuai dengan kebijakan kantor pusat perusahaan, laba setelah pajak BUT akan dikirimkan ke kantor pusatnya di Inggris. Berapakah besarnya Branch Profit Tax BUT ini untuk tahun 2010?

APABILA DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA SESUAI KEP. MENKEU, MAKA BRANCH PROFIT TAX PENGHASILAN KENA PAJAK BUT DI INDONESIA Rp 900.000.000 PPh TERUTANG : 25% X Rp 900.000.000,00 = Rp 225.000.000 Rp 675.000.000 PPh PSL 26 (BPT) YG DIPOTONG (20%) (Rp135.000.000) PKP SETELAH DIKURANGI PAJAK APABILA DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA SESUAI KEP. MENKEU, MAKA TIDAK DIPOTONG PAJAK

BUT dibandingkan dengan PMA Bentuk Usaha Tetap Penanaman Modal Asing Foreign HQ Foreign Parents Luar Negeri Luar Negeri Indonesia BUT PMA (Domestic Subsidiary) Indonesia Revenue Pasal 5(1) Expenses Pasal 5(2),5(3) Revenue Pasal 4(1) Deductible Expenses (Ps.6) - - Branch Profit Net Profit - Penghasilan Kena Pajak Pasal 16(3) - Penghasilan Kena Pajak Pasal 16(1) PPh Terutang X PPh Terutang X Tarif Pasal 17 Tarif Pasal 17

BUT dibandingkan dengan PMA Status hukum Tidak berbadan hukum Berstatus badan hukum PT Penyertaan/Equity Tidak ada Berasal dari pemegang saham Penghasilan Pasal 5 ayat (1) UU PPh Pasal 4 ayat (1) UU PPh Pengurang Penghasilan Bruto Pasal 5 ayat (2) dan (3) UU PPh Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 UU PPh Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 ayat (3) UU PPh Pasal 16 ayat (1) UU PPh Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) b UU PPh Penghasilan Kena Pajak dikurang PPh terutang Branch Profit (subject to PPh Pasal 26 ayat (4)) Tidak ada terminologi khusus, distribution to shareholder (dividend) subject to PPh Pasal 23/26

Contoh Kasus Customer website AUS b a INA W&W (incorporated, managed and controlled in AUS) AUS b a INA Transaction (a): the customers order the goods to W&W through website Transaction (b): W&W shipped the good directly from its warehouse in Australia to the customers in Indonesia Customer website

Contoh Kasus sales Subsidiary Customer AUS sales INA W&W (incorporated, managed and controlled in AUS) AUS sales INA sales Subsidiary Customer

Contoh Kasus a b Local Office Customer AUS INA W&W (incorporated, managed and controlled in AUS) AUS INA Transaction (a): W&W Inc. set up an office in Indonesia, a sales representative sent no more than five months traveling around Indonesia soliciting orders for W&W’s products. Order sent to W&W’s HO in Australia, then good shipped to Local office. Local office maintains small stock of goods for display and emergency purposes. Transaction (b): Local office sends the goods to customers (by separating a shipment from HO or re-addresses the shipment to customers) a b Local Office Customer

The End