Pertumbuhan Dan Perkembangan Tafsir Pertemuan 3 Pertumbuhan Dan Perkembangan Tafsir Oleh: M. Miftakhul Huda, M.PdI.
Materi Perkuliahan Tafsir pada masa Rasul dan Sahabat Tafsir pada masa Tabi’in Era Kodifikasi Tafsir Era Mufassir Ragam tafsir: At-tafsīr bi ar-riwāyah, bi ad-dirāyah, dan bi al-isyārah Corak tafsir: At-tafsīr aṣ-ṣūfī, al-fiqhī, al-falsafī, al-`ilmī, dan al-adabī wa al-ijtimā`ī.
a. Tafsir Pada Masa Rasul dan Sahabat Masa Rasulullah SAW. Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, Rasulullah selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya. وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة kemudian Rasulullah bersabda : ألا إن القوة الرمي b. Masa sahabat Adapun metode sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an adalah; menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an menafsirkan Al-Qur’an dengan sunnah Rasulullah, dengan kemampuan bahasa, adat apa yang mereka dengar dari Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang masuk Islam dan telah bagus keislamannya.
Mufassir Masa Sahabat Diantara tokoh mufassir pada masa ini adalah: Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Abdullah bin Abbas Abdullah bin Mas’ud Ubay bin Ka’ab Zaid bin Tsabit Abdullah bin Zubair dan Aisyah RA. NB.Namun yang paling banyak menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas yang mendapatkan do’a dari Rasulullah SAW.
b. Tafsir Pada Masa Tabi’in Dalam periode ini muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir diantaranya: Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas Melahirkan: Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Towus Al-Yamany dan ‘Atho’ bin Abi Robah. Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab Melahirkan: Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodli. Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud Melahirkan: Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry dan Qotadah bin Di’amah As-Sadusy.
c. Era Kodifikasi Tafsir (Pembukuan) Pembukuan tafsir dilakukan dalam lima periode yaitu; Periode Pertama, masa Bani Muawiyyah dan permulaan Abbasiyah. Yang masih memasukkan ke dalam sub bagian dari hadits yang telah dibukukan sebelumnya. Periode Kedua, Pemisahan tafsir dari hadits dan dibukukan menjadi satu buku tersendiri. Dengan meletakkan setiap penafsiran ayat dibawah ayat tersebut. Ibnu Jarir At-Thobary, Abu Bakar An-Naisabury, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dalam tafsirannya, dengan mencantumkan sanad masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat dan para tabi’in.
Periode Ketiga, Membukukan tafsir dengan meringkas sanadnya dan menukil pendapat para ulama’ tanpa menyebutkan orangnya. Contoh: غير المغضوب عليهم ولاالضالين Periode Keempat, pembukuan tafsir banyak diwarnai dengan buku – buku tarjamahan dari luar Islam. Penafsiran bil aqly lebih dominan dibandingkan dengan metode bin naqly . Pakar fiqih menafsirkan ayat Al-Qur’an dari segi hukum seperti Alqurtuby. Pakar sejarah melihatnya dari sudut sejarah seperti ats-Tsa’laby dan Al-Khozin. Periode Kelima, tafsir maudhu’i yaitu membukukan tafsir sesuai disiplin bidang keilmuan. Seperti: Ibnu Qoyyim dalam bukunya At-Tibyan fi Aqsamil Al-Qur’an, Abu Ja’far An-Nukhas dengan Nasih wal Mansukh, Al-Wahidi Dengan Asbabun Nuzul dan Al-Jassos dengan Ahkamul Qur’annya.
d. Metode Penafsiran Para Mufassir : Pertama, Tafsir Bil Ma’tsur atau Bir-Riwayah Penafsirannya terfokus pada shohihul manqul (riwayat yang shohih) dengan menggunakan penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran al-Qur’an dengan sunnah, penafsiran al-Qur’an dengan perkataan para sahabat dan penafsiran al-Qur’an dengan perkataan para tabi’in. Contoh model penafsiran Bil Ma’tsur: Tafsir At-Tobary ( ( جامع البيان في تأويل أى القران terbit 12 jilid Tafsir Ibnu Katsir (العظيم تفسير القران ) dengan 4 jilid Tafsir Al-Baghowy (معالم التنزيل ) Tafsir Imam As-Suyuty (الدر المنثور في التفسير بالمأثور )
d. Metode Penafsiran Para Mufassir (lanjutan): Kedua, Tafsir Bir-Ra’yi (Diroyah). Dibagi dua: Ar-Ro’yu al Mahmudah (penafsiran dengan akal yang diperbolehkan) dengan beberapa syarat diantaranya: Ijtihad yang dilakukan tidak keluar dari nilai-nilai al-Qur’an dan as-sunnah Tidak berseberangan penafsirannya dengan penafsiran bil ma’tsur Contoh kitab tafsir Ar-Ro’yu al Mahmudah : Tafsir Al-Qurtuby - الجامع لأحكام القران Tafsir Al-Jalalain - تفسير الجلالين Tafsir Al-Baidhowy - التأويل التنزيل و أسرار أنوار Ar-Ro’yu Al- mazmumah (penafsiran dengan akal yang dicela / dilarang), karena bertumpu pada penafsiran makna dengan pemahamannya sendiri.
الكشاف عن حقائق التنزيل و عيون الأقاويل في وجوه التأويل Kedua, Tafsir Bir-Ra’yi (Diroyah). Dibagi dua: Ar-Ro’yu al Mahmudah (penafsiran dengan akal yang diperbolehkan) dengan beberapa syarat diantaranya: Ar-Ro’yu Al- mazmumah (penafsiran dengan akal yang dicela / dilarang), karena bertumpu pada penafsiran makna dengan pemahamannya sendiri. Contoh kitab tafsir Ar-Ro’yu Al- mazmumah : Tafsir Zamakhsyary الكشاف عن حقائق التنزيل و عيون الأقاويل في وجوه التأويل Tafsir syiah “Dua belas” seperti مرأة الأنوار و مشكاة الأسرار للمولي عبد اللطيف الكازاراني مع البيان لعلوم القران لأبي الفضل الطبراسي Tafsir As-Sufiyah dan Al-Bathiniyyah seperti tafsir حقائف التفسير للسلمي و عرائس البيان في حقائق القران لأبي محمد الشيرازي
Ketiga, Tafsir Isyari menurut Imam Ghazali adalah usaha mentakwilkan ayat-ayat Alquran bukan dengan makna zahirnya malainkan dengan suara hati nurani. Bentuk-bentuk Tafsir Isyari : Tashawuf Teoritis Dari kalangan tokoh-tokoh tasawuf lahir ulama yang mencurahkan waktunya untuk meneliti, mengkaji, memahami dan mendalami Alquran dengan sudut pandang teori tasawuf mereka. Tashawuf Praktis, adalah: cara hidup yang berdasarkan atas hidup sederhana, zuhud, lapar, tidak tidur pada malam hari, hidup menyendiri, menjaga diri dari segala kenikmatan, memutuskan jiwa dari segala macam syahwat. Contoh bentuk penafsiran secara Isyari antara lain Contoh Surat al-Baqarah 67: إن الله يأمركم ان تذبحوا بقرة (البقرة : 67) “.......Innallaha ya`murukum an tadzbahuu baqarah.....” makna zhahir adalah “......Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina...” tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan “....Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah...”. karya tafsir Isyari yang terkenal antara lain: Tafsir An Naisabury, Tafsir Al Alusy, Tafsir At Tastary, Tafsir Ibnu Araby.
e. Tafsir Kontemporer Tafsir Kontemporer ialah ‘Tafsir atau penjelasan ayat Al-Qur’an yang disesuaikan dengan kondisi kekinian atau saat ini’. Perkembangan Tafsir ditinjau dari Corak Penafsiran: Masa Klasik (salaf) - sudah dijabarkan diatas Masa Kontemporer (Khalaf) Merujuk pada temuan ulam kontemporer, yang dianut sebagian pakar al qur`an pemilahan metode tafsir al qur`an kepada empat metode : Ijmali ( Global ) Tahlili ( Analis ) Muqarin ( Perbandingan ) Maudlu`i ( Tematik ), Metode kontekstual (kontemporer) menafsirkan al qur`an berlandaskan pertimbangan latar belakang sejarah, sosiologi, budaya, adat istiadat, dan pranata-pranata yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat Arab sebelum dan sesudah turunnya al qur`an.
Wassalam 10.03.2016 www.paksalam.wordpress.com