DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Advertisements

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM
MEKANISME PENGHITUNGAN PPN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
PRESS CONFERENCE Januari 2013
PERTEMUAN #8 PPN ATAS EKSPOR/IMPOR DAN PKP PEDAGANG ECERAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN KEGIATAN DAN JENIS JASA KENA PAJAK YANG ATAS EKSPORNYA DIKENAI.
I. PPN Atas Jasa Freight Forwarding COY (FFC)
SOSIALISASI PERPAJAKAN
SOSIALISASI PERPAJAKAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2010 Tentang PENETAPAN SATU TEMPAT ATAU LEBIH SEBAGAI TEMPAT PAJAK PERTAMBAHAN.
PASAL 7 UU KUP SURAT TAGIHAN PAJAK
I. PPN Atas Jasa Freight Forwarding COY (FFC)
Pengusaha Kena Pajak.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
TEKNIS PENGHITUNGAN PPh Badan Sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008 Bandung, 10 Februari
PENYUSUTAN dan AMORTISASI
SUBJEK PAJAK.
PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun Pasal 17 Saat Penyerahan Saat Terutang Pajak Saat.
Dasar Pengenaan Pajak. Ps 1 angka 17 UU PPN 1984 Dasar pengenaan pajak adalah harga jual,penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lainnya yang.
Pajak Pertambahan Nilai SESI III
DPP dan Faktur Pajak.
PPN.
PENGAKUAN PENDAPATAN Penjualan Tunai Penjualan Kredit
Pajak Pertambahan Nilai
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Pajak Pertambahan Nilai (Sesi 2)
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 PERATURAN DIRJEN PAJAK NO. PER-8/PJ/2010 TENTANG SAAT TERUTANGNYA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS PENYERAHAN BARANG.
1 (UU NO.12/1985 jo. UU NO.12/1994) NJOP ? 3 (1 ). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yaitu : Harga rata2 y g diperoleh dari.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 39/PMK.03/2010 TENTANG BATASAN DAN TATA CARA PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS KEGIATAN.
PERTEMUAN #1 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PPN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM
Pph 2 Leasing dalam pajak.
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH
E-LEARNING MATA KULIAH. : PERPAJAKAN 1 DOSEN. : MOMO KELAS
Program Brevet A-B Terpadu
Pengantar PPN.
PPPPM bagi PKP Tertentu dan PKP yang melakukan kegiatan usaha Tertentu
AKUNTANSI PAJAK PPN Sebagaimana kita ketahui, fihak yang dikenakan kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (disingkat PPN) adalah Pengusaha Kena.
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
KELOMPOK 9 TENTANG PPN dan PPnBM
CONTOH SOAL.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM
Value Added Tax (2) Perpajakan 2 29/11/2016.
Jika terjadi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, PKP wajib memungut PPN yang terutang dan memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak [ Memori.
Oleh Tunas Hariyulianto, SE., MSi.
MATERI KULIAH PENGERTIAN FAKTUR PAJAK JENIS-JENIS FAKTUR PAJAK
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2012
STP dan Ketetapan Pajak
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PEMUNGUT PPN Niken Nindya H, SE., MSA., CA..
MATERI KULIAH PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SUBYEK PPN & PPn BM PENGERTIAN PENGUSAHA KENA PAJAK PENGUSAHA KECIL
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PPN.
Value Added Tax (2) Perpajakan 2 06/12/2016.
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn- BM)
DASAR PENGENAAN PPN DAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Direktorat Peraturan Perpajakan I
PMK 94/PMK.04/2018 Jakarta, 14 September 2018
Transcript presentasi:

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 Tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2010

MATERI Policy Statement Dasar Hukum Muatan Pasal Tanggal berlaku

1. Policy Statement Untuk memberikan kemudahan dan kepastian kepada PKP apabila dalam suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, maka dalam hal Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, cara pengkreditan Pajak Masukan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan ini.

2. Dasar Hukum Pasal 9 ayat (6) UU PPN: Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pokok Perbedaan dengan KMK 575/KMK.04/2000 PM atas perolehan BKP/JKP dikreditkan semua. PM yang telah dikreditkan diperhitungkan kembali setiap tahun (sesuai masa manfaat) dengan menggunakan pedoman penghitungan PM yang tidak dapat dikreditkan.  hasil penghitungan kembali mengurangi PM pada masa dilakukannya penghitungan kembali. PMK 78 PM atas perolehan BKP/JKP dikreditkan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. PM yang telah dikreditkan diperhitungkan kembali setiap tahun (sesuai masa manfaat) dengan menggunakan pedoman penghitungan PM yang dapat dikreditkan.  hasil penghitungan kembali dapat menambah atau mengurangi PM pada masa dilakukannya penghitungan kembali. 5

Pokok Perbedaan dengan KMK 575/KMK.04/2000 Dikenal istilah barang modal. Masa manfaat bangunan adalah 10 tahun. Masa manfaat selain bangunan adalah 5 tahun. PMK 78 Istilah barang modal diganti dengan BKP dan JKP yang masa manfaatnya lebih dari 1 tahun. Masa manfaat tanah dan bangunan adalah 10 tahun. Masa manfaat selain tanah dan bangunan adalah 4 tahun. 6

3. Muatan Pasal Dalam PMK ini, diatur definisi penyerahan yang terutang pajak dan tidak terutang pajak sesuai penjelasan Pasal 9 (5) UU PPN, sbb : Penyerahan yang Terutang Pajak adalah penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPN. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B UU PPN. 7

3. Muatan Pasal Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP P = PM x Z PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak & tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, yaitu: P = PM x Z dengan ketentuan: P jumlah PM yang dapat dikreditkan; PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP; Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya. 8

3. Muatan Pasal Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus: P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun. dengan ketentuan: P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku; PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP. T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut: - untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun; - untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun; Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku; 9

Contoh Penghitungan PKP bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung. APRIL 2011 April 2011, PKP membeli truk dengan harga Rp200 juta (PPN Rp20 juta). Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk tujuan penghitungan PM berdasarkan PMK ini ditetapkan 4 tahun. Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap seluruh penyerahan adalah 70%. PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa April 2011: Rp20 juta x 70% = Rp14 juta Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-I) MARET 2012 Total peredaran usaha tahun 2011 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp40 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp60 miliar. Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2012 adalah: Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2012) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp3 juta = Rp500 ribu Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir. Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-II) MARET 2013 Total peredaran usaha tahun 2012 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp10 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp90 miliar. Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2012 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2013 adalah: Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk Masa Pajak Maret 2013) adalah sebesar Rp4,5 juta – Rp3,5 juta = Rp1 juta Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-III) MARET 2014 Total peredaran usaha tahun 2013 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp30 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp70 miliar. Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2013 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2014 adalah: Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah: Rp3,5 juta – Rp3,5 juta = Rp 0 Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-IV) MARET 2015 Total peredaran usaha tahun 2014 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp50 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp50 miliar. Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah: Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2015) adalah sebesar Rp3,5 juta – Rp2,5 juta = Rp 1 juta Penghitungan PM sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi dilakukan pada tahun 2016.

3. Muatan Pasal Pedoman Penghitungan PM yang lain Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan PMK ini tidak berlaku bagi PKP yang telah ditetapkan untuk menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sesuai ketentuan Pasal 9 ayat (7) dan ayat (7a) UU PPN. 15

3. Muatan Pasal Ketentuan Penutup Pada saat PMK ini berlaku, KMK Nomor 575/KMK.04/2000 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 16

4. Tanggal berlaku Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010.

TERIMA KASIH