Desain Cross Sectional Nurul Wandasari S, M.Epid Semester Genap 2012/2013 Prodi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul
Pendahuluan Merupakan penelitian epid. non-eksperimen.: Deskriptif, mis. survei desk./ penentuan nilai normal antropometrik Analitik, mis. kadar asam urat manula normal dibandingkan dgn manula kegemukan Dlm kedokteran & kesehatan: paling sering Mencakup semua yg pengukuran variabelnya hanya 1 x , pada satu saat/simultan Studi prevalens, tdk ada follow up, dpt utk: Perencanaan kesehatan Studi etiologi – menegakkan hipotesis
Skema Studi Cross Sectional Pengukuran variabel risiko (E) dan variabel efek (D) dilakukan pada satu saat secara simultan hanya satu kali D (+) a E (+) D (-) b D (+) c E (-) D (-) d
Tabel 2 x 2 Hasil pengamatan pd Cross Sectional c+d Membandingkan Prevalens efek pada kelompok E+ dgn kelompok E- Prevalens Ratio (PR)= a/(a+b) : c/(c+d)
Langkah Merumuskan pertanyaan penelitian Mengidentifikasi variabel independen (V.I.) dan variabel dependen (V.D.) Menentukan subyek penelitian Melaksanakan pengukuran Melakukan analisis
Interpretasi Hasil PR > 1 V.I. merupakan faktor risiko PR < 1 V.I. mengurangi risiko terjadinya efek PR = 1 V.I. yang diduga merupakan faktor risiko terjadinya efek, justru tidak berpengaruh Catatan: Bila 95% Confidence Interval dari PR melalui nilai 1 (mis. 0,76—2,3), VI tdk berpengaruh terhadap VD
Kelebihan studi Cross Sectional Terutama: memungkinkan penggunaan populasi masyarakat umum, tdk hanya yg berobat, hingga generalisasinya cukup memadai Relatif mudah, murah, cepat Dapat meneliti sekaligus banyak variabel Tidak terancam d.o. Dpt dimasukkan ke dalam tahapan pertama studi kohort/eksperimen, tanpa/ sedikit sekali menambah biaya Dapat digunakan utk menegakkan hipotesis
Kekurangan studi Cross sectional Sulit menentukan sebab akibat (temporal relationship tdk jelas) Menjaring subyek yang durasi sakit panjang (prevalens), bila cepat sembuh/ meninggal sulit ditentukan Subjek besar, terutama bila varaibel banyak Tdk menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, prognosis Tdk praktis utk kasus yg sangat jarang Mungkin terjadi bias prevalens / inseidens
Contoh kasus (Tugas 1) Terdapat pekerja bagian cleaning service yang terkena kanker skrotum akibat dari paparan cerobong asap pada industri. Dari 246 orang total pekerja cleaning service, sebanyak 112 orang pekerja terpapar asap cerobong dan 78 diantaranya menderita kanker skrotum. Sebanyak 118 orang pekerja free of disease and free of expose. Berapakah resiko yang dialami oleh pekerja yang terpapar untuk menderita kanker skrotum?
Tugas 2 Melakukan telaah jurnal secara epidemiologi pada jurnal tentang K3 yang anda temukan