Etika dalam kepribadian Islam Disusun oleh : Angga Nur Aris Setyawan Vera Indraswari
Etika dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang tidak terhingga dan agung yang bukan saja beriskan sikap, prilaku secara normative, yaitu dalam bentuk hubungan manusia dengan tuhan (iman), melainkan wujud dari hubungan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Etika antroposentrik berkisar sekitar manusia berkisar sekitar Tuhan teosentrik
Konsep Etika menurut Islam Akhlak Sebagai Kewajiban Fitriah Sumber Akhlak Islam Ruang Lingkup Akhlak Islam Akhlak kepada Lingkungan Kemuliaan Akhlak dalam Islam Baik dan Buruk dalam Pandangan Al-Quran
Akhlak Sebagai Kewajiban Fitriah Dalam hadis yang lain Nabi Saw. Bersabda yang artinya: Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku di antara kamu sekalian dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya di antara kamu sekalian ...” (HR.al-Tirmidzi). Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok keutamaan akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang Muslim, seperti perintah berbuat kebajikan (albirr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut pada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf.
Sumber Akhlak Islam Sifat sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela Manusia dengan hati nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. Berfirman yang artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".” (QS. al-A’raf (7): 172).
Ruang Lingkup Akhlak Islam Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq al- mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/ qabihah). Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah Swt.) dan akhlak terhadap makhluq (selain Allah). Akhlak Akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak terhadap Manusia
Akhlak kepada Lingkungan Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi, yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan- Nya. Dalam al-Quran Surat al-An’am (6): 38 Baik di masa perang apalagi ketika damai akhlak Islam menganjurkan agar tidak ada pengrusakan binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa, tetapi sesuai dengan sunnatullah dari tujuan dan fungsi penciptaan (QS. al-Hasyr (59): 5).
Kemuliaan Akhlak dalam Islam kemuliaan umum, yakni bahwa setiap manusia tanpa peduli apa perilakunya memiliki kemuliaan. Kemuliaan jenis ini adalah kemuliaan ciptaan yang memang Allah Swt. telah menjadikan manusia sebagai ahsani-taqwim (QS. al-Tin (95): 4) Jenis kemuliaan yang kedua adalah kemuliaan yang dicapai dan dijangkau dengan kehendak dan pilihan bebas manusia. Di sinilah manusia akan dinilai siapa yang paling baik danberlomba-lomba untuk beramal kebajikan Terkait dengan hal ini Allah Swt. Berfitman yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf (7): 179).
Baik dan Buruk dalam Pandangan Al-Quran Karena ini pula maka secara umum akhlak itu bisa berkategori baik (akhlaq mahmudah) dan bisa berkategori buruk (akhlaq madzmumah). Al-Quran memberikan beberapa kosakata yang dapat diterjemahkan dengan baik dan buruk, tetapi banyak di antara kata-kata itu yang terutama merupakan kata- kata deskriptif dan indikatif. Dalam pemakaian aktual kata-kata itu juga membawa maksud untuk memberikan penilaian (Izutsu, 1993: 245).
Ciri-ciri etika sesuai kepribadian islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW : Sifat Tabligh (menyampaikan) Sifat amanah (dapat dipercaya) Sifat siddiq (jujur) Sifat fathanah (cerdas)
Proses Pembentukan Etika 1. Proses Pembentukan Kepribadian. Dapat dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman sejawat, anak famili dan lain-lainnya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin Sabda Rasululah SAW yang artinya: “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membetuk akhlak mulia” Dalam kaitan dengan hal itu dalam satu hadits beliau pernah bersabda : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih) 2. Kepribadian Muslim. Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya. Kepribadian ummah merupakan kepribadian yang satu, tidak terpisah melainkan terintegrasi dalam satu pola kepribadian yang sama Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan. Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah) Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih) Self Education (Tarbiyah Al-Nafs)
Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Ummah. Komunitas muslim ini disebut ummah. Abdullah al-Darraz membagi kajian pembentukan itu menjadi 2 tahap, sebagaimana dikutip sebagai berikut : 1. Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga 2. Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubunga social