DOSEN PEMBIMBING : Drs. H ZUKARNAIN S.M Ag Anggota Kelompok 3 : Mutiara Miftahul Jannah Niken Agustina Putri Melati Wulandini
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.
B. Paham paham ketuhanan Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya. Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah: Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya. Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada?[ Mengapa alam ada? Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
Paham-paham ketuhanan: 1. Teisme adalah faham yang mempercayai adanya Tuhan. Teisme Berasal dari bahasa Yunani Teos dan hukum = aturan/paham, jadi sebuah aturan atau paham tentang Tuhan atau pengakuan adanya Tuhan. Beberapapemikir yang mempercayai ada nya Allah: Santo Agustinus( ) Thomas Aquinas ( ) Descartes ( ) Imanuel Kant ( ) Hegel ( ) Schleiermacher ( ) Alfred North Whitehead ( )
2. Deisme Deisme dianalogikan seperti Tukang Jam, yang menciptakan jam secara teratur dan membiarkannya berjalan sendiri. pandangan ini berbeda dengan teisme, sebab Allah dipercaya hanya pada waktu penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia yang sudah teratur dari semula. Allah dianalogikan seperti pencipta arloji yang bisa berjalan sangat teratur tanpa campur tangan penciptanya. Jadi Deisme hanya percaya Tuhan pertama kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham ini dianggap sebagai benih dari munculnya pandangan ateisme yang secara terbuka menyangkal adanya Tuhan.Deismeateisme Deisme dianalogikan seperti Tukang Jam, yang menciptakan jam secara teratur dan membiarkannya berjalan sendiri. pandangan ini berbeda dengan teisme, sebab Allah dipercaya hanya pada waktu penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia yang sudah teratur dari semula. Allah dianalogikan seperti pencipta arloji yang bisa berjalan sangat teratur tanpa campur tangan penciptanya. Jadi Deisme hanya percaya Tuhan pertama kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham ini dianggap sebagai benih dari munculnya pandangan ateisme yang secara terbuka menyangkal adanya Tuhan.Deismeateisme
3. Agnotisme Agnostisisme adalah paham manusia yang tidak mau tahu atau tidak tahu tentang adanya Tuhan. Namun hal ini lebih disebabkan karena kebuntuan pemikiran untuk mendefinisikan Tuhan. Bagi para filsuf ini, Tuhan di berada di luar Jangkauan pemikiran manusia. 4. Ateisme AteismeAteisme berari penyangkalan adanya Allah. Namun arti tentang Allah yang disangkal adanya, tidak sama dengan pandagan semua orang, oleh karenanya arti ateisme berbeda-beda juga. Lima model ateisme yang diuraikan Magnis Suseno adalah ateisme dalam diri Ludwig Feuerbach, Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud dan Jean Paul Sartre.Ludwig FeuerbachKarl MarxFriedrich NietzscheSigmund FreudJean Paul Sartre
5 Model ateisme menurut Magnis Suseno Ludwig Feuerbach AteismeAteisme menurut Feuerbach ( ) adalah memandang Tuhan dalam agama hanya sebagai proyeksi dari kehendak manusia saja.agamaproyeksikehendak Karl Marx Menurut Karl Marx, agama adalah candu masyarakat, karena agama, masyarakat menjadi tidak maju dan bersikap rasional. candumasyarakatrasional Ludwig Feuerbach AteismeAteisme menurut Feuerbach ( ) adalah memandang Tuhan dalam agama hanya sebagai proyeksi dari kehendak manusia saja.agamaproyeksikehendak Karl Marx Menurut Karl Marx, agama adalah candu masyarakat, karena agama, masyarakat menjadi tidak maju dan bersikap rasional. candumasyarakatrasional
Sigmund Freud Filsafat Ketuhanan dalam pandangan Sigmund Freud dengan teori psikoanalisnya dimulai denan pertanyaan, "Apakah kepercayaan akan Allah dapat dipertanggungjawabkan?"Sigmund Freud Namun Freud mengajukan pertanyaan selanjutnya,"Apakah agama benar-benar baik bagi manusia?" Jawabannya adalah ambigu. Yang ditekankan olehnya adalah seharusnya manusia bertanya akan imannya sehingga dia tidak terjebak dalam bentuk- bentuk infantil dan neurotis. singkat kata, Freud tidak memperdebatkan realitas Allah, namun lebih mengupas ilusi palsu kesadaran manusia.
Friedrich Nietzsche ( ) Friedrich Nietzsche Friedrich Nietzsche sangat terkenal dengan Sabda Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah mati". Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan. Paul Sartre ( ) Tuhan di mata Sartre kecil adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya. Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun Friedrich Nietzsche ( ) Friedrich Nietzsche Friedrich Nietzsche sangat terkenal dengan Sabda Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah mati". Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan. Paul Sartre ( ) Tuhan di mata Sartre kecil adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya. Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun
c. Nilai Ketuhanan Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56). Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Lanjutan.. Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Lanjutan.. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut; وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَوَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang. Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.