Penanganan Pascapanen Hasil Tanaman Kacang-kacangan
Teknologi Pasca Panen Bahan Baku Produk Akhir Penanganan Primer Penanganan Produk Sejak Pemanenan Produk Akhir Penanganan Primer Komoditas Bahan Baku Terjadi Perubahan fisik Penanganan Sekunder Hasil Penanganan Primer Produk Akhir Terjadi Perubahan fisik & Kimiawi
Kacang tanah (Arachis hypogea) Jenis Biji: Jenis berkulit biji warna merah Jenis berkulit biji warna ros Tipe pertumbuhan tanaman: Tipe tegak Tipe menjalar Biji kacang tanah mengandung 5% air, 25 – 30% protein, 43 – 50% lipid, 5 – 12% karbohidrat, 3% serat kasar, 2,5% mineral dan vitamin B & E.
Standar polong kacang tanah untuk perdagangan Karakteristik Mutu I Mutu II Mutu III 1. Rendemen, % bobot/bobot, maks 65,0 62,5 60,0 2. Kadar air biji, % (B/B), maks 9,0 3. Kadar kotoran, % (B/B), maks 1,0 2,0 3,0 4. Polong keriput, % (B/B), maks 4,0 5. Polong rusak, % (B/B), maks 0,5 6. Polong berbiji satu, % (B/B), maks 5,0 7. Kadar aflatoksin, ppm Sesuai hasil analisis
Standar biji kacang tanah untuk perdagangan Karakteristik Mutu I Mutu II Mutu III 1. Diameter biji (mm) minimum 8 7 6 2. Kadar air biji, % (B/B), maks 5-7 3. Kadar kotoran, % (B/B), maks - 0,5 3,0 4. Biji rusak, % (B/B), maks 2,0 5. Biji keriput, % (B/B), maks 4,0 6. Biji belah, % (B/B), maks 1,0 6,0 10 7. Serangga 8. Kadar aflatoksin, ppm Sesuai hasil analisis
Tahapan Panen & Pascapanen Pemanenan 100 hari stl tanam (tergantung varietas & tempat tumbuh). Ciri umum kacang tanah siap dipanen adalah: (1) Kebanyakan daun bercak-bercak coklat tua & banyak yang rontok, (2) batang agak hijau, (3) kulit buah sudah mengeras & warna bagian dalamnya ke-abuabuan, (4) apabila biji digigit terasa agak keras namun masih banyak mengandung air. Cara panen dengan mencabut tanaman, kadang tanah perlu digemburkan dulu.
Catatan: Kadang kacang tanah dipanen untuk direbus, waktu panen seminggu sebelum masak fisiologis. Ciri-cirinya: Kurang dari ¼ daun telah menguning Polong sudah terisi penuh, tetapi biji belum terlalu keras Kulit polong agak keras & berwarna coklat muda Umur tanaman 70 – 90 hari tergantung varietas
Tahapan Panen & Pascapanen 1. Perontokan/perompesan buah kacang dari batangnya 2. Sortasi buah tua (berisi penuh) vs buah muda (kurang berisi) dan pembersihan kotoran/tanah 3. Pengeringan. Saat panen kadar air 20%. Polong dijemur, tebal hamparan 3 – 5 cm, dibolak-balik. Ciri buah telah kering, bila dikocok-kocok telah terasa biji-bijinya terlepas dari kulitnya. Dalam waktu 7 – 10 hari cerah, kadar air bisa menurun menjadi 10%. Kemudian dikelompokkan menjadi mutu I, II, atau III. Jika menggunakan “batch dryer” suhu diatur 35 – 45oC, RH 55% agar buah tidak rusak pada waktu pembijian.
Tahapan Panen & Pascapanen 4. Pembijian Dilakukan bila kadar air polong 9%. Secara manual dengan tangan lebih baik meski lama, bisa juga dengan “thresher” secara mekanis. Pembijian dilakukan dengan cara memukul-mukul polong di lantai sering menyebabkan tingginya biji yang cacat/rusak 5. Pengepakan & penyimpanan. Hasil biji kering berkadar air 5 – 7% (mutu I, II, atau III). Bila lama disimpan maka perlu diperiksa secara periodik apakah telah terjadi kemunduran mutu.
Uji berkala kacang tanah selama di penyimpanan Kadar air biji Kadar kotoran, biji rusak, keriput, pecah-pecah dengan mengambil sampel 500 g dan memisah-misahkannya serta menghitung persentasenya. Diameter biji, timbang 500 g sampel lalu diayak di atas penyaring berdiameter 6 mm, 7 mm, dan 8 mm Membuang adanya hama/patogen Mengetes kandungan aflatoksin
Kacang simpan yang mengandung aflatoksin Kacang panen yang mengandung aflatoksin
Fase Saprofit dan Fase Patogen Sebelum terdapat tanaman inang yang rentan, A. flavus secara umum bersifat saprofit. Jamur mampu bertahan dalam bentuk miselia maupun konidia dan dengan segera mengkoloni tanah yang kaya akan bahan organik. Sumber bahan organik terutama berasal dari sisa-sisa tanaman yang tertinggal setelah panen atau tidak dimusnahkan. Propagul A. flavus ini dapat menjadi sumber inokulum primer bagi tanaman inang terutama yang berada di dalam tanah, seperti kacang tanah. Selain miselia dan konidia, A. flavusjuga dapat bertahan di dalam tanah dalam bentuk sklerosia
Fase Patogen Fase patogen dimulai ketika tanaman inang utama yang berupa komoditas pertanian ditanam. Pada saat awal tanam, sklerosia yang berada di permukaan tanah berkecambah menjadi sumber inokulum dan berkembang membentuk konidia baru. Konidia yang terbentuk maupun yang bertahan di tanah tersebar di pertanaman melalui bantuan serangga vektor maupun hembusan angin
Teknik Budidaya mencegah infeksi A. flavus 1. Pergiliran tanaman Beberapa biji tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak seperti jagung, biji kapas, kacang tanah dan beberapa biji tree nut merupakan inang utama A. flavus . Penanaman secara terus menerus dengan tanaman inang yang sama atau pergiliran tanaman dengan tanaman inang lain beresiko mempertahankan atau menaikkan populasi alamiA. flavus. Untuk menghindari hal tersebut, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang A. flavus merupakan langkah yang dapat ditempuh dan berpotensi menurunkan populasi alami A. flavus.
2. Pengolahan tanah Pengelolaan tanah dimaksudkan untuk mengurangi kerapatan inokulum awal, baik yang berupa miselia, konidia maupun sklerosia. Bahan organik yang berasal dari bagian tanaman inang antara lain jagung, kacang tanah dan kapas maupun bukan inang, misalnya kedelai merupakan tempat koloni A. flavus. Pengelolaan tanah sebelum penanaman kacang tanah dengan cara menghilangkan atau memusnahkan bahan organik diikuti dengan penggenangan lahan berpotensi mengurangi sumber inokulum fase saprofit.
3. Menanam inang tahan Pemilihan tanaman inang tahan merupakan langkah ekonomis yang dapat ditempuh. Selama varietas tahan belum tersedia, penanaman varietas kacang tanah agak tahan dapat menjadi pilihan dalam praktek budidaya. Varietas Jerapah, Kancil, Sima, Turangga, Domba dan Bison dilaporkan agak tahan terhadap infeksi A. flavus pra panen 4. Pemupukan berimbang Pemupukan dimaksudkan untuk membuat tanaman tumbuh optimal karena suplai nutrisi terpenuhi. Aplikasi pupuk berimbang menghasilkan kualitas biji bernas dan tidak rentan terhadap serangan hama dan infeksi patogen. Aplikasi dolomit dilakukan pada fase pembungaan di sekitar tanaman
5. Aplikasi pestisida spesifik target Serangan hama dan infeksi patogen akan mempengaruhi penampilan tanaman dan kebernasan serta kualitas biji. Biji rusak rentan terhadap infeksi A. flavus dan kontaminasi aflatoksin. Selain itu, luka makro maupun mikro akibat hama maupun patogen merupakan jalan masuk bagi A. flavus untuk menginfeksi biji atau bertahan sebagai sumber inokulum yang terbawa pada periode pasca panen. 6. Pengendalian biologi Pengendalian biologi menggunakan A. flavus strain non toksik memiliki prospek yang menjanjikan untuk mengurangi kontaminasi aflatoksin pra panen. Hidup di lingkungan yang sama untuk berkompetisi.
Panen & Pascapanen Kedelai Umur panen tgt varietas & faktor lingkungan tumbuh Kriteria saat panen: Umur tanaman Kadar air biji Kondisi visual daun & polong Terlambat panen berkecambah, berjamur, busuk, berkutu, polong pecah dsb. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merill) siap dipanen.
Empat jenis kedelai berdasarkan warna biji Kedelai Kuning. Kulit biji berwarna kuning, putih atau hijau, yang bila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan keping bijinya Kedelai hitam. Warna kulit biji hitam Kedelai hijau. Warna kulit biji hijau, ada warna hijau pada irisan keping bijinya. Kedelai coklat
Syarat kuantitatif mutu kedelai (Glycine max) Syarat mutu umum: bebas hama & penyakit, bersih dari bahan kimia, tidak apek, asam atau bau asing serta bersuhu normal. Untuk syarat pokok cermati tabel berikut. Kriteria mutu Mutu I Mutu II Mutu III 1. Kadar air maks (% b/b) 13 14 16 2. Kotoran maks (% b/b) 1 2 5 3. Butir rusak (% b/b) 3 4. Butir keriput (% b/b) 8 5. Butir belah (% b/b) 6. Butir warna lain (% b/b) 10
Cara pengujian mutu Alat dikalibrasi sebelumnya penentuan kadar air Metode oven (kadar air biji): 5 g contoh, panaskan 105oC selama 16 jam. Lima kriteria mutu lainnya (kotoran, butir rusak, butir keriput, butir belah & butir warna lain. Cara pengujian: ambil 100 g contoh paling sedikit 3 ulangan, kemudian di analisis di lab. Catatan: Pada sistem kemasan (karung goni), tiap karung diambil maksimum 250 g. Pada sistem curah, contoh diambil 1 kg diaduk rata & dibagi dengan pembagi contoh.
Teknologi Pasca Panen Kedelai Ada lima tahapan penanganan Pasca Panen Kedelai 1. Pengeringan Brangkasan. Dapat dilakukan dengan 2 cara : secara alami atau menggunakan para-para. a.Pengeringan Secara Alami Brangkasan kedelai dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan di atas lantai jemur atau menggunakan alas plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna hitam/gelap untuk mempercepat pengeringan. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi.
b. Pengeringan dengan para-para Cara ini dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim hujan. Para-para dibuat bertingkat Brangkasan kedele ditebar merata di atas para-para tersebut Dari bawah dialirkan panas dari sekam, untuk menurunkan kadar air Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18 %. Pengeringan brangkasan memudahkan pembijian Pengeringan biji tujuan perdagangan Pengeringan kadar air rendah untk disimpan Penjemuran matahari atau pengering buatan: (a) pembijian pada kadar air 17%, untuk perdagangan kadar air 13 - 14%, saat penyimpanan kadar air < 9%.
2. Pembijian Dapat dilakukan dengan pemukul (digebug) atau dengan mesin (Thresher) a. Digebug/Dipukul Brangkasan yang cukup kering di atas lantai jemur/alas lain Dipukul dengan karet ban dalam sepeda atau kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah Biji yang terlepas dari polong ditampi Biji dijemur sampai kadar air mencapai kurang lebih 14 % Disimpan dalam wadah/karung yang bebas hama/penyakit b. Menggunakan alat mekanis (power thresher) Power thresher yang biasa digunakan untuk padi dapat dimanfaatkan untuk kedelai. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik
3. Pembersihan Untuk membersihkan biji kedelai yang telah dirontokkan dapat menggunakan alat sebagai berikut: a. Ditampi. Tampi terbuat dari anyaman bambu, berbentuk bulat dan diberi bingkai penguat. b. Menggunakan mesin pembersih (Winower). Mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower. 4. Pengemasan dan pengangkutan Biji kedelai yang telah bersih disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni/plastik atau bakul Bila diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat.
Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama/penyakit Biji kedelai yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9-14 % Khusus untuk biji yang akan dijadikan benih, kadar airnya harus < 9 %. calon benih ini dicampur dengan abu jerami, disimpan dalam kaleng dan setiap bulan dijemur. Dengan cara ini biji dapat disimpan lebih dari 4 bulan.
Cara meningkatkan daya simpan (salah satu atau kombinasi): Simpan pada kadar air rendah Menggunakan kemasan Wadah/ruang simpan bersih & bebas hama Menurunkan kelembaban ruang simpan Memberikan aerasi Memberantas hama secara periodik