AKUNTANSI KEUANGAN MADYA 1 Bab 9 Surat Berharga
Sifat Surat-surat Berharga Definisi Merupakan bentuk penyertaan sementara atau investasi jangka pendek dalam rangka memanfaatkan dana yang menganggur (idle fund). Investasi sementara menghasilkan pendapatan. Sifat Surat-surat Berharga Mempunyai pasar / dapat diperjual-belikan. Pemilikan surat berharga tidak dengan maksud menguasai perusahaan lain. Memanfaatkan dana surplus Surat Berharga akan dijual kembali jika dana dibutuhkan untuk kegiatan perusahaan.
Klasifikasi Surat-surat Berharga Efek yang dibeli dan dimiliki s/d jatuh tempo Aktiva Lancar/Tidak Lancar Held to maturity Efek yang dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat Aktiva Lancar Trading Efek yang selain kedua diatas Available for Sale Surat-Surat Berharga Obligasi Saham
Transaksi Surat-Surat Berharga Transaksi Pembelian Surat Berharga Surat-surat Berharga XX Kas XX (dicatat sebesar harga perolehan) Harga Perolehan = harga beli + semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh surat berharga (komisi, fee, biaya transaksi) Transaksi Penerimaan Pendapatan Kas XX Pendapatan Dividen XX (Jika investasi dalam bentuk saham) Atau, Pendapatan Bunga XX (Jika investasi dalam bentuk obligasi)
Transaksi Surat-Surat Berharga (lanjutan…) Transaksi Penjualan Surat Berharga (SB) 1. Jika H.Po > Harga Jual Rugi Kas XX Rugi Penjualan SB XX Surat-surat Berharga XX 2. Jika H.Po < Harga Jual Laba Laba Penjualan SB XX
Saham Contoh Investasi Sementara pada Saham Tanggal 6 Mar 2014 PT. B membeli 1000 lembar saham milik PT. A dengan harga Rp 1.200,- per lembar. Saham tersebut mempunyai nilai nominal Rp 1.000,- per lembar. Untuk transaksi itu, perusahaan dibebani biaya komisi broker sebesar Rp 50.000,- Perhitungan : H. Beli = Rp 1.200 x 1000 lbr = Rp 1.200.000,- Biaya Komisi = Rp 50.000,- Harga Perolehan = Rp 1.250.000,- Jurnal : SB-Saham PT. A Rp 1.250.000,- Kas Rp 1.250.000,- Tanggal 10 April 2014, PT. B menerima dividen tunai sebesar Rp 150,- per lembar Dividen = 1000 lbr x Rp 150,- = Rp 150.000,- Kas Rp 150.000,- Pendapatan Dividen Rp 150.000,-
Saham (lanjutan…) Tgl. 5 Juni 2014, PT. B menjual semua sahamnya dengan kurs 130% dan berkaitan dengan hal itu, perusahaan dikenakan biaya komisi broker 1%. Perhitungan : Harga Jual = 130% x 1000 lbr x Rp 1.000,- = Rp 1.300.000 (-) Biaya komisi = 1% x Rp 1.300.000,- = (Rp 13.000) Hasil Penjualan Saham = Rp 1.287.000 (-) Harga Perolehan = (Rp1.250.000) Laba Penjualan Saham = Rp 37.000 Jurnal : Kas Rp 1.287.000 SB – Saham PT. A Rp 1.250.000 Laba Penjualan Rp 37.000
Obligasi Perlu diperhatikan : Apakah tanggal transaksi bertepatan dengan tanggal bunga obligasi atau tidak. Umumnya bunga obligasi dilakukan 2 kali dalam setahun. Bunga obligasi dihitung berdasarkan : % bunga x Nilai Nominal Obligasi.
Obligasi (lanjutan…) Contoh investasi sementara pada obligasi (jika pembelian bertepatan dengan tanggal bunga obligasi) Tanggal 1 April 2014 Perusahaan membeli obligasi milik PT. X nominal Rp 10.000,- per lembar sebanyak 1000 lembar dengan harga Rp 9.600,- Bunga obligasi 9% (dibayar setiap tgl 1 April dan 1 Oktober). Jurnal 2 April 2014 : SB-Obligasi PT. X Rp 9.600.000 Kas (1000 lbr x Rp9.600) Rp 9.600.000 Jurnal 1 Oktober 2014 (jika obligasi tetap dipegang maka ada penerimaan bunga) Kas (9% x Rp 10.000 x 1000 lbr x 6/12) Rp 450.000 Pendapatan Bunga Rp 450.000 Tanggal 3 Oktober 2014 perusahaan menjual obligasi PT. X dengan kurs 102% Harga Jual = 102% x Rp 10.000 x 1000 lbr = Rp 10.200.000 H. Po = Rp9.600 x 1000 lbr = (Rp 9.600.000) Laba Penjualan = Rp 600.000 Jurnal : Kas Rp 10.200.000 Laba Penjualan Rp 600.000
Obligasi (lanjutan…) Jika transaksi terjadi antara tanggal pembayaran bunga, maka ada bunga berjalan. Bunga berjalan dihitung dari tanggal pembayaran bunga sebelum transaksi. Bunga berjalan diperhitungkan dalam jumlah yang dibayar. Pencatatan bunga berjalan : 1. Pendekatan Neraca Piutang Bunga 2. Pendekatan L/R Pendapatan Bunga
Obligasi (lanjutan…) Contoh : Obligasi PT. X pada contoh sebelumnya dibeli pada tanggal 1 Juli 2014 Perhitungan : H. Beli = 1000 lbr x Rp 9.600 = Rp 9.600.000 Bunga berjalan = 9% x Rp 10 juta x 3/12 = Rp 225.000 Jumlah Dibayar = Rp 9.825.000 Jurnal pada saat pembelian (1 Juli 2014) : 1. Pendekatan Neraca : SB-Obligasi PT. X Rp 9.600.000 Piutang Bunga Rp 225.000 Kas Rp 9.825.000 2. Pendekatan L/R : Pendapatan Bunga Rp 225.000
Obligasi (lanjutan…) Jurnal pada saat penerimaan bunga ( 1 Oktober 2014 ) : 1. Pendekatan Neraca : Kas Rp 450.000 Piutang Bunga Rp 225.000 Pendapatan Bunga Rp 225.000 2. Pendekatan L/R : Pendapatan Bunga Rp 450.000
Obligasi (lanjutan…) Penjualan Obligasi Tidak Bertepatan Dengan Tanggal Bunga Bunga berjalan diperhitungkan dalam jumlah yang diterima. Contoh : Obligasi PT. X dijual pada tanggal 2 November 2014 dengan harga Rp 9.500,- per lembar Bunga berjalan : 1 Oktober – 2 November = 9% x Rp 10 juta x 1/12 = Rp 75.000 Perhitungan : H. Jual = Rp 9.500 x 1000 lbr = Rp 9.500.000 Bunga Berjalan = Rp 75.000 Jumlah Diterima = Rp 9.575.000 Bandingkan H.Jual dengan H. Po : Harga Jual = Rp 9.500.000 (-) Harga Po = (Rp9.600.000) Rugi Penjualan = Rp 100.000 Jurnal : Kas Rp 9.575.000 Rugi Penjualan Rp 100.000 SB-Obligasi PT. X Rp 9.600.000 Pendapatan Bunga Rp 75.000
Penilaian Surat Berharga PSAK 13 Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar (Cost or Market Whichever is Lower (COMWIL). Biaya (cost) dapat ditentukan berdasarkan FIFO, Average, LIFO. Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif. Pengungkapan di Neraca Contoh : Seandainya saham dan obligasi tsb tidak dijual sampai dengan 31 Desember 2014, maka menurut metode harga perolehan nilai surat-surat berharga tersebut yang ditampilkan di Neraca sbb : Kas Surat-surat Berharga Saham PT. A Rp 1.250.000 Obligasi PT. X Rp 9.600.000 Rp 10.850.000